Persiapan pesta

Tasya pulang kerumahnya dengan kesal. Bagaimana tidak? Kendra menarik Ayra di depan matanya. Ya walaupun terlihat sedikit kasar caranya Kendra menarik Ayra, namun tetap saja membuat hati Tasya panas.

Motornya diparkirkan sembarangan. Ia berjalan masuk ke rumahnya. "Di bawa kemana sih si Ayra sama Ken? Bisa-bisanya Ken ada urusan sama Ayra. Kenapa bukan sama aku saja. Huuhh!" Tasya mengeluh terus sambil melangkahkan kakinya untuk masuk rumah.

Dia melempar tas di sofa dan mendudukkan bokongnya di salah satu sofa itu. "Ckk, walaupun rumah bersih dan rapi, tapi tetap saja tak ada makanan di dapur. Hish, menyebalkan." Gerutu kesal Tasya sampai menendang meja di depannya yang terbuat dari kayu.

Dukk

"Aa-aduh, sakitnya." Ia memegangi kakinya yang sakit karena menendang meja.

"Sialan ini meja. Aku tendang dia ngelawan. Kagak tahu diri banget lu, ya." Ia terus mengelus kakinya yang di pake nendang meja. "Haaaa, dimana sih si Ayra? Kenapa dia tak pulang ke rumah?" Tasya terus berteriak.

Tiba-tiba, dia mendengar suara motor berhenti di depan rumahnya. Tasya mengintip dari balik tirai yang ia singkap sedikit. Terlihat Ayra pulang di boceng Kendra. Tasya mendengar jelas suara Kendra yang berteriak kepada Ayra.

"Buruan, Markonah. Atau gue yang akan masuk ke rumah lu dan mengacak-acak semuanya!" Ancaman Kendra pada Ayra.

"Iya, bawel." Ayra berlari masuk kedalam rumah.

Ken ngancam Ayra mau mengacak rumahnya? Tapi, untuk apa dia berkata seperti itu? Memangnya, mereka mau pergi kemana?

Banyak sekali pertanyaan yang muncul di pikiran Tasya. Namun ia diam dan memperhatikan mereka dari dalam. Sampai Ayra tepat membuka pintu dan tangannya langsung di tarik oleh Tasya dengan kasar.

"Darimana saja kalian?" Cerca Tasya.

Ayra terkesiap dengan tarikan tangan Tasya yang sedikit kasar sampai ia meringis kesakitan. "Sakit, Sya. Kenapa kamu narik aku kenceng banget?" Ayra mencoba melepaskan cengkraman tangan Tasya di pergelangannya namun semakin di pererat olehnya.

"Aku bertanya sama kamu, darimana saja sampai jam segini baru pulang?" Tanya Tasya lagi.

"A-aku ...!"

"Markonah. Lelet banget sih lu kaya keong. Buruan atau gue dobrak rumah lu sekarang juga." Teriakan Ken menghentikan keduanya sampai menoleh ke arah kaca.

Ayra menghempaskan cengkraman tangan Tasya di pergelangan tangannya. Ia buru-buru masuk kamar dan mengganti pakaiannya dengan kaos oblong dan celana jeans selutut.

Tasya tetap mengekor sampai ke kamar Ayra dan terus bertanya kepadanya. "Kamu mau kemana, Ayra? Kenapa Kendra menunggumu?"

"Sya, nanti saja ya aku jelasinnya. Aku harus buru-buru keluar dan nemuin dia. Kalau tidak, dia akan menerobos masuk kesini." Ayra menolak untuk menjawab pertanyaan Tasya.

"Hei, kamu harus jelasin dulu sama aku." Cegah Tasya saat Ayra akan keluar kamar.

"Tolong, Sya. Aku harus segera pergi menemui Kendra. Kalau tidak dia akan marah." Ucap Ayra memelas.

Namun Tasya tak perduli. Ia terus menarik tangan Ayra dan ingin mendengar penjelasannya.

"Markonah, buruan." Teriak Kendra dengan menggedor pintu rumah Ayra.

"Astaga, dia lama sekali. Apa dia ingin mengingkari janjinya?" Gerutu kesal Kendra yang terus menggedor pintu rumah Ayra.

Ayra langsung menghempaskan cengkraman tangan Tasya dan segera berlalu ke luar.

"Ma-maaf Ken, aku sedikit lama." Ucapnya sambil melirik ke dalam rumah dan Kendra melihat arah lirikan mata Ayra.

"Siapa yang di dalam? Bukannya lu tinggal sendiri di rumah?" Kendra melangkah kembali ke teras.

Ayra langsung menarik tangan Kendra untuk menjauh dari rumah. "Tidak ada siapa-siapa. Ayo, keburu kesorean! Aku kan harus mempersiapkan semuanya." Kendra menatap Ayra dan mengikuti tarikan tangannya.

Kalau dia sampai tahu di dalam ada Tasya, bisa gawat ini. Huuh!

Tanpa bertanya lagi, Kendra langsung memakai helm kembali dan memberikan helm satunya untuk Ayra pakai. Kemudian motor sport hitam itu melaju kembali di jalan beraspal. Tak ada obrolan di sepanjang perjalanan menuju tempat tinggal Kendra.

Sesampainya di tempat itu, mereka di hampiri satpam yang membawa semua barang Kendra yang tadi di kirimkan terlebih dahulu menggunakan taksi.

"Mas Kendra, ini barang-barangnya. Mau saya bawakan ke atas?" Tanya satpam dengan sopan.

"Ah, tidak usah pak. Biarkan dia yang bawa." Tolaknya yang kemudian memberikan semua barang itu kepada Ayra.

"Tapi mas, ini banyak dan cukup berat lho! Kasihan si mbaknya." Tutur satpam yang merasa simpati kepada gadis mungil di hadapannya ini.

"Biarkan saja pak. Lagi pula, saya sudah membayarnya." Ucap Kendra dan pak satpam pun tidak bisa mengatakan apapun lagi. Hanya tatapan simpati saja yang ia lemparkan ke arah gadis di hadapannya.

Mungkin dia akan bilang, semangat ya dek!

Ayra melongo seketika saat barang yang banyak itu di sodorkan ke arahnya dan harus di bawa ke atas. "Markoho, bagaimana bisa aku membawa semua barang ini sendirian? Lagi pula, ini barang berat semua. Bisa mati aku kalau membawa semuanya sendiri." Ia melihat semua barang yang tergeletak di lantai.

"Salah sendiri. Kenapa mau membeli itu semua?" Kendra melangkah terlebih dahulu.

"Ish, dasar si jerapah jelek. Markoho, gimana caranya aku bawa semua barang ini?" Teriak Ayra kesal dan Kendra berbalik untuk menatapnya.

"Elu bisa bawa separuh-separuh. Nanti balik lagi untuk mengambilnya kembali. Gampang bukan?" Ia pun kembali berjalan dan menekan angka di lift yang menuju lantai dua belas.

Ayra buru-buru berlari membawa kantong di kanan dan kiri tangannya mengikuti Kendra yang sudah berjalan terlebih dahulu.

"Pak, titip sebagian barang ya." Ucapnya pada satpam sebelum berlari menyusul Kendra.

Sialan si jerapah jelek. Dia malah ngerjain aku. Iiihh, kalau bukan kejadian tadi, mungkin aku tak akan berurusan sama si jerapah jelek.

Ia terus menggerutu kesal sepanjang jalan ke apartemen Kendra.

Klik.

Pintu apartemen terbuka lebar. Seketika mata Ayra berbinar melihat isi di dalamnya yang mewah.

"Woooww, keren!" Ucapnya dengan mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan.

"Tutup mulut lu, bodoh. Kenapa menganga seperti itu? Apa lu ingin lalat masuk kedalam mulut lu?" Cibir Kendra dan seketika Ayra menutup mulut dengan menggunakan telapak tangannya.

"Apa disini banyak lalat?" Pertanyaan polos Ayra mengundang gelak tawa Kendra.

"Hahaha. Elu itu bodoh. Gue cuma mengerjai lu. Elu pikir disini memang banyak lalat? Haish, Markonah." Dia berjalan ke kamarnya.

"Jangan lupa ambil lagi semua barangnya di bawah!" Ucap Kendra sebelum masuk ke kamarnya.

"Cih, jerapah jelek. Bisanya nyuruh terus, dasar bossy." Ayra menggerutu kesal namun dia tetap melangkah keluar dan turun kembali untuk mengambil sisa barang.

Beberapa saat kemudian ...

"Hah hah, capek banget sih." Tangannya mengibas-ibas mengusir rasa penatnya dengan napas yang ter~engah.

Walaupun AC di ruangan ini menyala dengan normal, tetap saja Ayra kepanasan karena lelah bolak balik terus.

"Sudah?" Pertanyaan Kendra membuat mata Ayra terbuka saat ia mulai terpejam.

"Sudah selesai." Jawabnya malas.

"Lalu, sekarang apa yang akan lu lakukan lagi?" Tanya Kendra. "Bukankah lu harus mempersiapkan pesta ulang tahun gue?" Ketusnya lagi.

Ayra berdiri dengan malas sambil memutar bola matanya. "Ckk, iya iya. Dasar jerapah jelek." Dia berjalan menuju dapur dan mulai membuka bungkusan yang berisi bahan untuk membuat kue.

"Elu mau bikin apa?" Tanya Kendra yang melihat Ayra sedang sibuk di dapurnya.

"Bikin kue." Jawabnya singkat.

"Kue? Emang lu bisa?" Kendra meremehkan kemampuan Ayra.

Ayra hanya melirik Kendra sekilas sebelum ia memasukan semua bahan satu persatu kedalam wadah yang kemudian ia mixer. Ia meninggalkan bahan kue yang sedang di mixer kemudian menyusun minuman kaleng dan buah-buahan di kulkas supaya menjadi dingin.

Tanpa memperdulikan pertanyaan Kendra, Ayra terus membuat masakan dan menyiapkan segalanya. Sedangkan Kendra yang tidak di perdulikan sama sekali oleh Ayra pun merasa bosan. Ia memilih ke ruang tengah dan menonton televisi.

Adonan kue yang sudah mengembang ia masukan kedalam oven dan menunggu tiga puluh menit untuk mematangkannya. Setelah semua selesai, ia menyusun di meja makan dan terlihat sangat senang dengan hasil yang cukup memuaskan menurutnya. "Ahhh, selesai juga."

Ayra merasa lega karena sudah menyelesaikan pekerjaannya untuk persiapan pesta ulang tahun Kendra. "Sekarang jam lima lewat tiga puluh menit, sedangkan pestanya jam tujuh. Masih ada waktu untuk menghias ruang tengah. Hemm, aku harus secepatnya membereskan semuanya supaya bisa pulang cepat."

Dia langsung bergegas mencuci kembali peralatan masak yang tadi di gunakan dan menyusun kembali ke tempat semula. Di langkahkannya kaki menuju ruang tamu untuk menyusun tempat itu sebagai tempat pesta.

Langkahnya terhenti saat melihat Kendra yang terlelap di sofa ruang tengah dengan televisi masih menyala. "Markoho, kok kamu tidur sih? Bukannya bantuin beres-beres." Ayra terus menggoyangkan lengan Kendra.

Namun dia tak juga bangun, malah memiringkan tubuhnya dan menghadap ke sandaran sofa. "Hish, orang ini. Bikin kesel saja." Gerutu Ayra kemudian mengedarkan pandangan ke segala penjuru ruangan.

Apartemen sebesar ini tak ada siapapun lagi penghuninya. Cuma dia seorang yang nempatin. Kenapa dia tak tinggal sama ayahnya saja sih? Katanya rumahnya juga besar di perumahan elit? Kenapa dia memilih tinggal disini sendirian?

"Ah, bodoh amat. Itu urusan dia, bukan urusanku." Ayra berdiri kemudian berjalan lagi ke ruang tamu untuk membereskan ruangan itu.

Saat dia sedang asyik berbenah, tiba-tiba bel berbunyi pertanda ada tamu yang datang.

Teng tong

"Ada tamu jam segini. Bukankah pestanya jam Tujuh, kenapa sudah ada tamu jam segini?" Ia melirik jarum jam yang menunjukan angka enam lewat lima belas menit.

Bel terus di tekan dengan tak sabar oleh si tamu. Ayra langsung berlari menghampiri Kendra untuk membangunkannya.

"Markoho ... Jerapah, bangun. Ada tamu itu." Namun Kendra tak bangun juga. "Haish, gimana bangunin dia sih? Tuh tamu gak sabaran lagi." Ayra bingung untuk membangunkan si tuan rumah.

Buka ... enggak? Buka ... enggak?

Ia terus menimang pilihan antara mau buka pintu atau enggak. Karena, si tuan rumah saja tidur. Karena bel terus berbunyi, akhirnya pilihan Ayra jatuh untuk membukakan pintu bagi si tamu.

Ceklek

Pintu sudah terbuka. Tamu yang sudah menunggu di luar yang sedari tadi tak sabar itu pun langsung mendorong pintu dan nyelonong kedalam.

"Kenapa pin nya di ganti sih, Ken. Kita jadi susah kan buat masuk ke dalam." Kedua orang itu langsung memberondong pertanyaan dengan gerutuan kesalnya. "Mana lama banget lagi bukanya." Lanjut keduanya tanpa menoleh ke belakang orang yang menutup pintu. "Ken, elu dengerin kita gak sih?" Mereka berbalik dengan kesal karena yang di ajak ngobrol tak menghiraukannya.

Namun saat keduanya berbalik, mereka terkejut dengan orang yang membukakan pintu untuk mereka.

"Kamu????"

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

Laskar Pelangi

Laskar Pelangi

kaget ya

2021-11-20

0

Flora

Flora

nah nah kaget kan? siapa tuh? temen sekelas aura juga atau temen Ken yg lain??🤔

2021-11-19

0

🌹Dina Yomaliana🌹

🌹Dina Yomaliana🌹

huhh mana mau Ken sama cewek rusuh sama kamu Sya😪😪😪😪😪 emang enak di cuekin Ken🤪

mending kasih tau Ken, Ay😌 biar Ken bisa lindungin kamu dari mak lampir kek Tasya itu😪😪😪😪😪

2021-11-11

0

lihat semua
Episodes
1 Terlambat bangun
2 Denda untuk Ayra
3 Syarat untuk Ken
4 Persiapan pesta
5 Tempat untuk pesta
6 Pesta di bubarkan
7 Lagu untuk Kendra
8 Akhirnya, menginap juga!
9 Kesalah pahaman
10 Pengumuman
11 Tamparan
12 Tak sengaja
13 Marahnya Ayra
14 Pertemuan terakhir
15 Meninggalkan rumah
16 Seseorang
17 Tinggal di kontrakan
18 Mencari dia
19 Alasan kepergian
20 Tamu tak diundang
21 Kendra pingsan
22 Menyebalkan!
23 Makan malam
24 Sedikit coretan
25 Idola para wanita
26 Drama Kendra dan Ayra
27 Mimpi
28 Mulai deh!
29 Lagi dan lagi
30 Istri dadakan
31 Supir pribadi tuan
32 Gadis galak
33 Siapa dia?
34 Pria dingin
35 Rumah Andra
36 Andra and the black card
37 Ada apa denganmu?
38 Ungkapan isi hati
39 Menghilang
40 Mencari alamat
41 Rumah nenek
42 Obat nyamuk
43 Ada yang datang
44 Ternyata dia
45 Kekhawatiran papa
46 Cerita kebenaran
47 Penyesalan Kendra
48 Pacar Kendra
49 Salah paham lagi
50 Punk and the genk
51 Nasib jomblo
52 Kembali pulang
53 Ikut pulang
54 Rumah tuan Hendra
55 Calon menantu.
56 Memaksa pindah
57 Si gadis kecil
58 Di usir
59 Pelukan bahagia
60 Berpisah
61 Kehilangan
62 Siapa gadis kecil itu?
63 Kulkas gila
64 Kakak sepupu tercinta
65 Makan berdua
66 Penculikan
67 Penculik Ayra
68 Dalang penculikan
69 Merindukanmu
70 Gak bisa di balikin!
71 Film romantis bikin nangis
72 Honey
73 Menyesal
74 Alasan
75 Hilang ingatan
76 Pulang ke rumah
77 Kedatangan seseorang
78 Sepenggal cerita
79 Temui dia.
80 Kamu!
81 Sentuhan
82 Tidur bersama
83 Kabar dari bibi
84 Panik
85 Kekasih dalam hati
86 Kritis
87 Sikap egois
88 Menunggu
89 Keputusan Andra
90 Meninggalkannya
91 Hidup baru
92 Perjodohan
93 Keputusan yang salah
94 Diagnosa dokter
95 Pendarahan akibat pukulan
96 Selamatkan dia
97 Hari pernikahan
98 Sah
99 Suami Ayra
100 Malam pertama
101 Bahagia bersamanya
102 Menantu mama
103 Panik bikin darah naik
104 Izin pulang
105 Calon suami Mela
106 Kebahagiaan(End)
107 Semua bahagia(End)
108 Rillis novel baru
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Terlambat bangun
2
Denda untuk Ayra
3
Syarat untuk Ken
4
Persiapan pesta
5
Tempat untuk pesta
6
Pesta di bubarkan
7
Lagu untuk Kendra
8
Akhirnya, menginap juga!
9
Kesalah pahaman
10
Pengumuman
11
Tamparan
12
Tak sengaja
13
Marahnya Ayra
14
Pertemuan terakhir
15
Meninggalkan rumah
16
Seseorang
17
Tinggal di kontrakan
18
Mencari dia
19
Alasan kepergian
20
Tamu tak diundang
21
Kendra pingsan
22
Menyebalkan!
23
Makan malam
24
Sedikit coretan
25
Idola para wanita
26
Drama Kendra dan Ayra
27
Mimpi
28
Mulai deh!
29
Lagi dan lagi
30
Istri dadakan
31
Supir pribadi tuan
32
Gadis galak
33
Siapa dia?
34
Pria dingin
35
Rumah Andra
36
Andra and the black card
37
Ada apa denganmu?
38
Ungkapan isi hati
39
Menghilang
40
Mencari alamat
41
Rumah nenek
42
Obat nyamuk
43
Ada yang datang
44
Ternyata dia
45
Kekhawatiran papa
46
Cerita kebenaran
47
Penyesalan Kendra
48
Pacar Kendra
49
Salah paham lagi
50
Punk and the genk
51
Nasib jomblo
52
Kembali pulang
53
Ikut pulang
54
Rumah tuan Hendra
55
Calon menantu.
56
Memaksa pindah
57
Si gadis kecil
58
Di usir
59
Pelukan bahagia
60
Berpisah
61
Kehilangan
62
Siapa gadis kecil itu?
63
Kulkas gila
64
Kakak sepupu tercinta
65
Makan berdua
66
Penculikan
67
Penculik Ayra
68
Dalang penculikan
69
Merindukanmu
70
Gak bisa di balikin!
71
Film romantis bikin nangis
72
Honey
73
Menyesal
74
Alasan
75
Hilang ingatan
76
Pulang ke rumah
77
Kedatangan seseorang
78
Sepenggal cerita
79
Temui dia.
80
Kamu!
81
Sentuhan
82
Tidur bersama
83
Kabar dari bibi
84
Panik
85
Kekasih dalam hati
86
Kritis
87
Sikap egois
88
Menunggu
89
Keputusan Andra
90
Meninggalkannya
91
Hidup baru
92
Perjodohan
93
Keputusan yang salah
94
Diagnosa dokter
95
Pendarahan akibat pukulan
96
Selamatkan dia
97
Hari pernikahan
98
Sah
99
Suami Ayra
100
Malam pertama
101
Bahagia bersamanya
102
Menantu mama
103
Panik bikin darah naik
104
Izin pulang
105
Calon suami Mela
106
Kebahagiaan(End)
107
Semua bahagia(End)
108
Rillis novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!