Syarat untuk Ken

Bel pulang berbunyi kencang dan semua siswa siswi pun berhamburan keluar untuk pulang ke rumah masing-masing. Terlihat, Ayra berlari mengejar Tasya yang sudah keluar lebih dulu.

"Sya, tunggu!" Ayra terus berlari dan memanggil Tasya, membuatnya menoleh ke arah Ayra yang berlari mengejarnya di belakang.

"Ada apa sih kamu manggil-manggil aku?" Ketusnya di depan orang-orang.

"Aku ...!" Lirikan mata Ayra berkelana kesana kemari melirik temannya yang lain. "Ekhem, aku ikut pulang bareng kamu." Bisik'nya tepat di telinga Tasya.

"Gak bisa. Aku sudah ada janji sama Lita kalau mau ke mall dulu buat nyari kado untuk Ken. Sebaiknya kamu naik angkot saja." Tolaknya langsung.

"Tapi Sya, itu kan motor aku. Kenapa kamu yang nge~hak itu motor?" Emosi Ayra meningkat karena Tasya tak mengizinkannya pulang bareng. Belum sempat Tasya membuka mulutnya, suara seseorang memanggil Ayra.

"Hei Markonah. Kita masih ada urusan. Ayo ikut gue!" Kerah baju Ayra di tarik dari belakang dan ia pun berjalan mundur mengikuti tarikan tangan panjang itu.

"Ehh ... ehhh ... eeehhh!" Dia terus berjalan mundur dengan di semua mata menatap ke arahnya termasuk Tasya.

"Elu mau kemana? Kita masih ada urusan yang belom kelar tadi." Kendra melepaskan kaitan tangannya di kerah baju Ayra.

"Ish, kurang ajar kamu Ken. Dasar Markoho, jerapah, idiot." Ayra kesal menatap tajam ke arah Kendra.

Ken yang mendengar umpatan Ayra sampai membulatkan matanya sempurna. "Apa lu bilang? Gue idiot?" Sementara Ayra cengengesan menyadari dirinya salah bicara.

"Ah, hahaha. Maafkan saya tuan muda Ken, saya salah." Ayra segera meralat ucapannya.

"Bagus. Itu yang harus elu katakan kalau di depan gue."Kata Kendra.

Ayra memutar bola matanya malas. Bibirnya sampai mencong-mencong, namun saat Kendra menoleh padanya ia tersenyum manis.

Cih, gak sudi aku harus manggil kamu tuan muda kalau bukan terpaksa. Dasar si jerapah gila.

"Ayo, ikut gue sekarang!" Tangan Kendra kembali menarik Ayra. Namun sekarang yang di tarik bukan kerah bajunya lagi, melainkan tangan gadis itu.

Semua pasang mata menatap Ken yang menggandeng tangan Ayra dan membawanya ke motor sport merahnya.

"Kita kemana?" Tanya Ayra saat Ken menyuruhnya memakai helm.

"Banyak tanya mulu, gue batalin perjanjiannya!" Kendra mengancamnya lagi.

Cih, dia itu cewek apa cowok sih? Mainnya ancaman mulu. Ambekan emang si jerapah ini.

"Naik!" Titah yang mulia. Dengan malas, Ayra naik ke motor yang tingginya susah ia naiki selain berpegangan di pundak Kendra. "Elu bisa enggak sih?" Kendra kesal karena Ayra belum naik.

"Hahh, bisa ... bisa." Ia berusaha naik kembali namun tetap tak bisa.

Kendra menoleh ke belakang dan ia pun menarik tangan Ayra lalu menaruhnya di pundaknya sendiri. "Naik!" Tanpa diminta dua kali, Ayra langsung berpegangan di pundak Kendra dan naik di jok belakang.

"Sudah." Ucapnya setelah naik.

"Gitu saja repot. Dasar Markonah." Cibir Kendra sedangkan Ayra berdecih malas dengan memalingkan wajahnya ke samping. "Cih."

Perlahan motor sport merah itu meluncur di jalan beraspal. Awalnya laju motor itu biasa saja. Namun saat Kendra melirik wajah Ayra di spion yang berpaling ke samping, ide jahil muncul di pikirannya. Ditambah tangan Ayra hanya berpegangan di jok belakang.

Kecepatan motor sport merah itu sengaja Kendra tambah karena ingin menjahili Ayra. Benar saja, gadis itu protes sambil melingkarkan tangan di perutnya yang rata.

"Haaaaaa, dasar Markoho sialan. Aku bisa mati ini." Pelukan tangan Ayra sangat erat di perut Kendra dengan wajahnya menempel du bahu Ken.

Kendra tertawa puas dalam hati karena bisa mengerjai gadis brisik ini. Namun, seketika wajahnya berubah tegang saat merasakan sesuatu yang menonjol dan menempel di punggungnya.

Deg

Benda kenyal yang menempel di punggungnya terasa sangat mengganggu di hati dan pikiran Kendra. "Astaga, cukup besar." Gumamnya tanpa sadar yang untungnya tak di dengar Ayra. Ia kemudian menggelengkan kepalanya tak mau membayangkan yang tidak-tidak.

"Ken, bisa kurangi kecepatannya gak sih? Aku takut banget ini." Rengek Ayra berteriak masih menempel di punggung Kendra.

"Biar cepet sampainya." Bohong jika dia tak suka kalau dada Ayra menempel di punggungnya.

Senyum Kendra tak pernah luntur dari bibirnya. Dia sangat menikmati walaupun di depan Ayra dia selalu marah. Motor sport merah itu terparkir di parkiran sebuah pusat perbelanjaan. Mereka turun dari motor dan mulai berjalan masuk ke dalamnya.

"Mau ngapain kita kesini?" Tanya Ayra dengan polosnya.

"Periksa pinggang gue." Ucap Kendra asal.

Ayra memicingkan mata menatap Kendra. "Ini kan mall. Ngapain kamu periksa disini? Bukannya ke dokter."

"Sudah tahu ini mall. Kenapa elu masih tanya, Markonah?" Ia berjalan lebih dulu kemudian menoleh lagi ke belakang karena Ayra tak mengikutinya. "Woi, elu mau jadi manekin diem mulu disitu? Buruan, nanti kita terlambat!" Ayra langsung menoleh dan berlari mengekor langkah Kendra yang panjang.

Mereka berjalan menuju lantai atas dan memilih barang yang biasa untuk hiasan di acara ulang tahun. Kendra membayar semua barang belanjaan dengan kartu kreditnya.

Ayra menatap black card di tangan Kendra.

Buset, si jerapah banyak duit rupanya. Pantas saja dia menerima syarat dari aku dengan mudahnya.

Lamunan Ayra terbuyarkan saat Kendra menepuk jidatnya dengan tepat.

"Napa lu? Ada barang yang mau di beli?" Tanya Kendra dan Ayra mengangguk setelah mengaduh. "Aduh." Ia mengelus keningnya yang di tepuk Kendra. "Apa?" Tanya Kendra lagi.

"Daleman." Jawaban asal Ayra membuat Kendra teringat kejadian saat dada Ayra menempel di punggungnya.

"Se-serius?" Kendra menjadi gugup.

"Iya lah aku serius. Gimana jadinya pesta kamu tanpa semua itu." Kendra semakin tak karuan mendengar ucapan Ayra.

Maksudnya, dia mau memakai daleman doang di acara ulang tahun gue? Oh ya ampun, gadis bodoh ini. Apa jadinya kalau sampai yang lain melihat tubuh seksi si bodoh dan itunya yang besar.

Ayra menatap heran kepada Kendra. "Kenapa kamu ngelamun? Cepetan keburu kesorean, dodol." Ayra menarik tangan Kendra yang masih berkeliaran dengan pikirannya.

Kendra mengikuti tarikan tangan Ayra dengan pasrah.

Ya tuhan, ini pertama kalinya gue di ajak belanja daleman sama cewek. Kuatkanlah hati hambamu ini, tuhan. Amiin.

Dia terus berdo'a dalam hati sambil mengikuti tarikan tangan Ayra sampai ke tempat daleman yang di maksud Ayra.

"Ayo pilih. Kamu mau beli apa saja?" Tanya Ayra.

"Terserah lu aja." Jawaban Kendra membuat Ayra terbengong.

"Ini kan pesta kamu, Ken. Kenapa jadi aku yang milih?"

"Elu kan yang mau bantuin gue. Jadi, elu saja yang milih." Jawaban Kendra lagi-lagi membuat Ayra tak mengerti.

Iya kaleee gue milihin daleman buat elu. Malu dong gue.

Wajah Kendra memerah karena memikirkannya saja. Apalagi kalau menyentuhnya? Haish, gak kebayang. pikir Kendra.

"Kamu mau yang gede apa yang kecil?" Pertanyaan Ayra membuat Kendra tersentak.

"Yang gede." Jawabnya cepat.

"Mau ambil berapa?" Tanya Ayra lagi.

"Terserah lu. Sepuluh juga boleh." Kata Kendra tanpa menoleh ke arahnya.

"Sepuluh? Banyak amat. Emangnya tamu undangan kamu berapa orang sih?"

"Satu kelas di tambah teman-temannya si Edrik dan si Deo lima orang." Jawab Kendra.

Ayra berpikir sejenak sebelum mengambilnya. "Satu kelas tiga puluh orang di tambah temennya si Edrik dan si Deo lima orang. Hemm, Satu bungkus dua belas biji. Empat saja cukup biar gak mubajir."

Ayra mengambilnya dan menaruh di troli belanjaannya. Kemudian ia mendorong kembali trolinya dan Kendra pasrah mengikuti. Ayra melirik ke sana sini dan matanya tertuju ke stand di sebelah. "Ken, kamu suka yang warna merah apa hijau?"

"Hitam." Lagi-lagi Kendra menjawab asal pertanyaan tanpa meliriknya.

"Gak ada yang hitam, Ken. Adanya yang merah sama yang hijau." Kata Ayra kesal karena Kendra dari tadi memberikan jawaban yang asal.

"Terserah lu aja. Mungkin merah juga lucu, lebih berani." Ucapnya malas.

"Lucu? Lebih berani? Dia ngomong apaan sih? Apel merah aja dibilang lucu dan lebih berani. Aneh." Ayra megambil beberapa dan menaruhnya di troli.

Karena Ayra kesal pada Kendra yang selalu menjawab asal-asalan, akhirnya dia memutuskan sendiri apa aja yang mau di beli. Kendra terus mengekor tanpa melirik apapun di sekitarnya.

Belanjaan yang menggunung di meja kasir satu persatu di masukkan ke kantong kresek berlogo khusus. Para kasir yang berjejer melihat ke arah mereka, terutama wanita.

Si cowok ganteng bingit cuy. Keren abis, iiihhhh ... gumush. Pengen deh cubit pipinya.

Waaah, mereka ini belanja buat sebulan apa ya. Tapi tunggu, mereka memakai seragam sekolah. Apa mungkin kakak beradik, ataukah pacaran, atau jangan-jangan korban pernikahan dini. Oh ya ampun.

Ungkapan hati mbak kasir perempuan melihat Kendra yang tampan dan dengan pikiran masing-masing.

"Ken, bayar!" Ucapnya setelah sampai di kasir.

"Nih." Black cardnya di berikan kepada Ayra. Ayra menatap kartu limited itu. Kemudian ia mengambilnya dan memberikan kepada kasir.

Cowoknya tajir banget sih.

"Silahkan masukan pinnya!" Pinta si mbak kasir.

"Ken, pinnya berapa?" Tanya Ayra. Kendra langsung menekan nomor enam digit disana.

"Terima kasih. Semoga harinya menyenangkan kakak!" Ucap mbak kasir sopan.

Ayra mengangguk setelah mengucapkan "Sama-sama." Kemudian dia mendorong lagi troli untuk membawa barang belanjaannya. "Kemana lagi kita?" Tanya Ayra selanjutnya.

"Sudah semua dalemannya?" Kendra balik bertanya.

"Sudah, nih!" Kendra menatap barang yang ada di troli.

"Sejak kapan lu beli ini semua?" Ayra mengernyitkan dahinya. "Dan ... mana bungkusan daleman lu itu? Jangan di satukan sama belanjaan yang lain. Awas ya, entar gue salah ngambil lagi." Peringatan Kendra semakin membuat Ayra bingung.

"Ini semua daleman buat kamu." Jelas Ayra meembuat alis Kendra terangkat sebelah.

Kendra kebingungan maksud dari ucapan Ayra barusan. "Maksud lu?"

"Ini semua daleman buat kulkas kamu. Kan kamu mau ngadain acara ulang tahun yang otomatis kan kita makan-makan. Jadi, aku beli deh semua ini. Keren kan aku?" Kendra menepuk jidatnya mendengar penjelasan Ayra yang polos.

Gue kira daleman yang dia maksud itu daleman buat si besar itu, ehhh. Dia jadi inget lagi kan. Haish, Ayra.

"Gue kira daleman apaan?" Kendra menggelengkan tak percaya.

"Bilang saja makanan. Kenapa elu bilangnya daleman? Orang lain kan akan berpikir macem-macem. Dasar Markonah." Kata Kendra sebelum ucapan selanjutnya hanya bergumam. "Termasuk gue."

"Isi kulkas kan sama-sama daleman juga, Markoho." Ucapnya tak mau di salahkan.

"Ckk, dasar lu. Gadis bodoh tetap saja dodol." Cibir Kendra sedangkan Ayra hanya mendelik malas.

"Lalu, ini barang gimana bawanya?" Kendra menatap Ayra yang sibuk sendiri.

"Kenapa elu berbelanja banyak kalau tak tahu gimana cara bawanya?" Kendra kesal sekali. Bagaimana bisa jika Ayra berbelanja banyak untuk mempersiapkan pesta ulang tahunnya.

"Kan kamu yang minta aku buat bantuin."

"Kan bisa pesan makanan jadi, markonah. Dasar, bikin gue kesel saja." Entahlah. Kendra bingung harus ngomong apa lagi. Sedangkan Ayra terdiam menunduk dan tak tahu harus berbuat apa.

Dia yang minta aku buat bantuin, sekarang dia yang marah sendiri. Huuh, menyebalkan.

Melihat Ayra melamun, Ken melengos kesal. "Dorong troli ke luar dan tunggu gue di depan!" Perintah Kendra yang langsung di turuti Ayra.

Sementara Kendra berlari lagi ke dalam dan membeli sesuatu. Ia kembali setelah menemukan barang yang di carinya. "Ayo, kita pulang!" Ajaknya pada Ayra kemudian.

Mendengar ajakan Ken, Ayra melotot. "Kita? Aku harus balik ke rumah dulu dong, Ken. Masa iya aku pake baju seragam. Setidaknya aku bisa mandi dan berganti pakaian rumahan." Ujarnya kesal. Namun Kendra tak memperdulikannya.

"Taksi." Ia menghentikan taksi yang lewat di depan. "Tolong antarkan semua barang ini ke alamat ini." Ia pun menyerahkan secarik kertas bertuliskan alamat dan namanya.

"Titip di satpam penjaga dan bilang kalau ini barang punya Kendra Pradhana."

Supir taksi mengangguk dan menerima kertas dan tak lupa uang sebagai ongkosnya.

"Beres. Tinggal elu yang gue urus. Ayo, kita balik!" Tangan Ayra di tarik hingga parkiran dan memberika helm padanya.

"Tapi ... tapi." Ayra tak bisa protes saat helm di masukan ke kepalanya oleh Kendra.

"Huucchh!" Dengusan kesal terdengar.

"Kalau lu nolak, syarat yang di ajukan akan batal." Ayra semakin cemberut dengan perkataan Kendra.

Kalau bukan demi itu, aku gak mau ngikutin semua kemauan kamu. Ditambah, ancaman kamu yang padahal kamu itu gak kenapa-napa. Dasar si jerapah jelek.

Rutuk Ayra kesal kepada Kendra.

Epilog

"Apa syaratnya?" Tanya Kendra.

"Aku akan bantuin kamu di pesta ulang tahun, tapi kamu harus bayar aku pake duit." Tawar Ayra dengan senyum licik.

Tentu permintaan Ayra membuat Kendra membelalakan mata. "Elu minta bayaran? Hei, Markonah. Gue itu minta lu ganti rugi bukan mau nyewa lu sebagai pelayan sehari. Dasar lu, mata duitan." Cibir Kendra.

"Bodo amat. Aku gak mau rugi dong. Lagian, aku yakin pinggang kamu gak kenapa-napa." Kendra gelagapan dengan perkataan Ayra.

"Gu-gue ...!"

"Aku bakal laporin kamu balik ke pihak sekolah kalau kamu sewenang-wenang sama aku!" Ancamnya balik.

Dari pada ribet urusannya, tanpa pikir panjang Kendra langsung menyetujuinya.

Namun Ayra tak menyangka, jika syarat yang di tawarkannya di terima Kendra begitu saja. Dia berharap Kendra menolaknya, bukan malah menerimanya.

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

DEBU KAKI

DEBU KAKI

terus semangat

2022-03-29

0

R.F

R.F

3 like hadir. like balik iya kak. Air mata Lisa

2022-03-12

0

Emak Femes

Emak Femes

Hai Ayra, emak mampir 👋👋

2022-01-01

0

lihat semua
Episodes
1 Terlambat bangun
2 Denda untuk Ayra
3 Syarat untuk Ken
4 Persiapan pesta
5 Tempat untuk pesta
6 Pesta di bubarkan
7 Lagu untuk Kendra
8 Akhirnya, menginap juga!
9 Kesalah pahaman
10 Pengumuman
11 Tamparan
12 Tak sengaja
13 Marahnya Ayra
14 Pertemuan terakhir
15 Meninggalkan rumah
16 Seseorang
17 Tinggal di kontrakan
18 Mencari dia
19 Alasan kepergian
20 Tamu tak diundang
21 Kendra pingsan
22 Menyebalkan!
23 Makan malam
24 Sedikit coretan
25 Idola para wanita
26 Drama Kendra dan Ayra
27 Mimpi
28 Mulai deh!
29 Lagi dan lagi
30 Istri dadakan
31 Supir pribadi tuan
32 Gadis galak
33 Siapa dia?
34 Pria dingin
35 Rumah Andra
36 Andra and the black card
37 Ada apa denganmu?
38 Ungkapan isi hati
39 Menghilang
40 Mencari alamat
41 Rumah nenek
42 Obat nyamuk
43 Ada yang datang
44 Ternyata dia
45 Kekhawatiran papa
46 Cerita kebenaran
47 Penyesalan Kendra
48 Pacar Kendra
49 Salah paham lagi
50 Punk and the genk
51 Nasib jomblo
52 Kembali pulang
53 Ikut pulang
54 Rumah tuan Hendra
55 Calon menantu.
56 Memaksa pindah
57 Si gadis kecil
58 Di usir
59 Pelukan bahagia
60 Berpisah
61 Kehilangan
62 Siapa gadis kecil itu?
63 Kulkas gila
64 Kakak sepupu tercinta
65 Makan berdua
66 Penculikan
67 Penculik Ayra
68 Dalang penculikan
69 Merindukanmu
70 Gak bisa di balikin!
71 Film romantis bikin nangis
72 Honey
73 Menyesal
74 Alasan
75 Hilang ingatan
76 Pulang ke rumah
77 Kedatangan seseorang
78 Sepenggal cerita
79 Temui dia.
80 Kamu!
81 Sentuhan
82 Tidur bersama
83 Kabar dari bibi
84 Panik
85 Kekasih dalam hati
86 Kritis
87 Sikap egois
88 Menunggu
89 Keputusan Andra
90 Meninggalkannya
91 Hidup baru
92 Perjodohan
93 Keputusan yang salah
94 Diagnosa dokter
95 Pendarahan akibat pukulan
96 Selamatkan dia
97 Hari pernikahan
98 Sah
99 Suami Ayra
100 Malam pertama
101 Bahagia bersamanya
102 Menantu mama
103 Panik bikin darah naik
104 Izin pulang
105 Calon suami Mela
106 Kebahagiaan(End)
107 Semua bahagia(End)
108 Rillis novel baru
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Terlambat bangun
2
Denda untuk Ayra
3
Syarat untuk Ken
4
Persiapan pesta
5
Tempat untuk pesta
6
Pesta di bubarkan
7
Lagu untuk Kendra
8
Akhirnya, menginap juga!
9
Kesalah pahaman
10
Pengumuman
11
Tamparan
12
Tak sengaja
13
Marahnya Ayra
14
Pertemuan terakhir
15
Meninggalkan rumah
16
Seseorang
17
Tinggal di kontrakan
18
Mencari dia
19
Alasan kepergian
20
Tamu tak diundang
21
Kendra pingsan
22
Menyebalkan!
23
Makan malam
24
Sedikit coretan
25
Idola para wanita
26
Drama Kendra dan Ayra
27
Mimpi
28
Mulai deh!
29
Lagi dan lagi
30
Istri dadakan
31
Supir pribadi tuan
32
Gadis galak
33
Siapa dia?
34
Pria dingin
35
Rumah Andra
36
Andra and the black card
37
Ada apa denganmu?
38
Ungkapan isi hati
39
Menghilang
40
Mencari alamat
41
Rumah nenek
42
Obat nyamuk
43
Ada yang datang
44
Ternyata dia
45
Kekhawatiran papa
46
Cerita kebenaran
47
Penyesalan Kendra
48
Pacar Kendra
49
Salah paham lagi
50
Punk and the genk
51
Nasib jomblo
52
Kembali pulang
53
Ikut pulang
54
Rumah tuan Hendra
55
Calon menantu.
56
Memaksa pindah
57
Si gadis kecil
58
Di usir
59
Pelukan bahagia
60
Berpisah
61
Kehilangan
62
Siapa gadis kecil itu?
63
Kulkas gila
64
Kakak sepupu tercinta
65
Makan berdua
66
Penculikan
67
Penculik Ayra
68
Dalang penculikan
69
Merindukanmu
70
Gak bisa di balikin!
71
Film romantis bikin nangis
72
Honey
73
Menyesal
74
Alasan
75
Hilang ingatan
76
Pulang ke rumah
77
Kedatangan seseorang
78
Sepenggal cerita
79
Temui dia.
80
Kamu!
81
Sentuhan
82
Tidur bersama
83
Kabar dari bibi
84
Panik
85
Kekasih dalam hati
86
Kritis
87
Sikap egois
88
Menunggu
89
Keputusan Andra
90
Meninggalkannya
91
Hidup baru
92
Perjodohan
93
Keputusan yang salah
94
Diagnosa dokter
95
Pendarahan akibat pukulan
96
Selamatkan dia
97
Hari pernikahan
98
Sah
99
Suami Ayra
100
Malam pertama
101
Bahagia bersamanya
102
Menantu mama
103
Panik bikin darah naik
104
Izin pulang
105
Calon suami Mela
106
Kebahagiaan(End)
107
Semua bahagia(End)
108
Rillis novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!