Deo dan Edrick terkejut karena ternyata yang membuka pintu bukan si pemilik apartemen, melainkan seorang gadis teman berbeda kelas dengan mereka.
"Kamu!" Ayra tersenyum sambil melambaikan tangan ke arah keduanya. "Hai!"
"Sedang apa kamu disini, Ayra?" Namun bukan Ayra yang menjawab pertanyaan keduanya. Melainkan orang yang baru saja bangun dari tidurnya itu.
"Dia lagi bantuin gue untuk persiapan pesta." Kendra melangkah menghampiri.
Kedua sahabatnya menoleh ke arah sumber suara. "Kenapa? Bukannya ada kita?"
"Ckk, laga lu. Elu berdua mau bantuin gue tapi jam segini baru dateng. Bantuin apaan? Untung ada dia." Tunjuk Kendra kepada Ayra.
"Sorry bos. Kita tadi habis nganter cewek dulu buat belanja dan nyari hadiah buat lu juga." Elak mereka.
"Hadiah apaan nih? Gue tahu kalian berdua pasti cuma bawa barang biasa." Perkataan Kendra tepat sekali. Namun mereka tetap berkilah.
"Enggak dong bos. Kita sekarang bawa yang baru dan spesial pokoknya."
Kendra menaikan sebelah alisnya. "Apaan itu?"
"Rahasia dong!" Mereka saling pandang dan tersenyum.
"Hem, gue gak perduli. Ayo bantu gue buat hias tempatnya!" Kata Kendra sembari melangkah.
Tanpa di minta dua kali, keduanya langsung mengangkat barang yang ada di dus besar dan membawanya keluar apartemen Kendra.
Ayra bingung melihat kedua teman si jerapah ini. Kenapa dia malah keluar dan membawa dus besar itu? Bukankah mereka ingin membantu menghias tempat? "He-hei, kalian mau kemana?" Namun keduanya tak mendengar teguran Ayra sehingga ia berbalik masuk.
"Ken, bukannya mereka mau bantuin kita untuk beres-beres tempat ini? Kenapa mereka keluar?" Tanya Ayra.
Kendra berhenti karena pertanyaan Ayra. "Gadis bodoh. Siapa yang akan merayakan disini? Gue gak mau semua orang masuk ke tempat gue. Bisa-bisa mereka mengotori apartemen gue. Iyuuuhh." Ucap Kendra jijik.
Ternyata dia gila kebersihan juga.
"Lalu, kita berpesta dimana?" Tanya Ayra lagi.
"Di atas ada tempat yang cukup luas dan biasa di pakai untuk pesta." Jelasnya dan Ayra cuma membulatkan bibirnya. "Oooh."
"Yuk, buruan! Kita harus menyiapkan semua sebelum jam tujuh." Kendra mengangkat semua sisa barang yang akan di siapkan untuk pesta ulang tahunnya.
"Tunggu!" Ayra berlari ke dapur dan mengambil kue buatannya.
"Itu hasil kerja keras lu yang tadi?" Tanya Kendra sedangkan Ayra tersenyum manis sehingga Kendra sekejap terpana namun dia mampu menguasai dirinya. Dia berdehem sebelum berkata lagi. "Ekhem, ya sudah. Ayo, kita bawa ke atas!" Kendra melangkah terlebih dahulu dan diikuti Ayra di belakangnya.
Apa-apaan ini? Kenapa senyum si bodoh bisa membuat gue terpana?
Kendra melangkah terus sambil menggerutu dalam hati. Sedangkan si gadis yang di panggil bodoh hanya mengekor sambil membawa ku tart buatannya di tangan. Sampailah mereka di atas. Tempat yang di jadikan basecamp sekaligus untuk berpesta.
Saat sampai di atas, Ayra yang takjub akan keindahan tempat itu langsung berseru dengan girangnya. "Waaahh, indahnya!" Mata Ayra tak berkedip saat memandang ke sekitaran.
"Tentu dong. Kami ahlinya dalam menghias tempat dan menjadikannya indah." Deo dan Edrick ber~tos ala mereka yang mengepalkan tangan dan saling mengadunya.
Kendra langsung terlihat marah. Dia gak suka jika Ayra memuji kedua temannya itu. Namun, seketika dia tersenyum mendengar ucapan Ayra.
"Maksudku, pemandangan ini lah yang indah." Kedua tangan Ayra terbuka lebar dan ia menatap ke atas. "Sinar rembulan menerangi kita, bintang-bintang bertaburan, dan ... lihat! Kita bisa melihat lampu kota yang kerlap-kerlip dari atas sini."
Penuturan Ayra membuat senyum Deo dan Edrick menghilang, namun tidak dengan Kendra. Ia tersenyum puas bahkan sampai tertawa. "Hahaha. Makanya jangan terlalu bangga pada diri sendiri, dodol."
"Ish, si Ayra. Kau mematahkan hati kami." Keduanya cemberut layaknya anak kecil.
Kendra semakin tertawa melihat tingkah kedua sahabatnya yang sedang merajuk itu. "Bhahahaa."
Ayra melirik Kendra yang tertawa terpingkal-pingkal. "Kenapa kamu tertawa?" Seketika Kendra terdiam.
"Ekhem. Ayo kita selesaikan semuanya!" Dia mengalihkan pembicaraan.
Mereka pun meyelesaikannya tepat waktu tanpa ada yang terlewatkan. Kemudian bersiap untuk menyambut tamu undangan. Ayra tampak bingung. Ia tak ada persiapan apapun seperti gaun pesta, karena dia hanya berniat membantu jalannya acara saja. "Emh, Ken. Aku tunggu di apartemen~mu, boleh?" Tanya Ayra hati-hati.
Ketiga pria tampan itu melirik ke Ayra yang tampak bingung. "Kenapa? Lu gak mau hadir di acara ini?"
"Bu-bukan gitu. Ta-tapi aku tak memakai baju yang pantas untuk acara~mu, Ken. Dari pada aku mempermalukan~mu, lebih baik aku tunggu di apartemen~mu saja ya."
Ketiganya saling pandang dan mengedikkan bahu. "Terserah." Ucap mereka singkat.
Ayra turun dan bergegas masuk kedalam apartemen Kendra setelah melihat teman sekelasnya sudah pada datang. Dengan sedikit berlari, Ayra masuk kedalam apartemen dan menutup pintunya kembali. Dia diam tak bersuara di balik pintu apartemen Kendra dan mengintip di lubang yang ada di tengah.
Trap trap trap
Langkah kaki terdengar mendekat dan berhenti di depan pintu. "Sepertinya tadi aku melihat Ayra masuk ke sini deh!" Ucap salah satu teman sekelasnya.
"Masa sih? Gak mungkinlah. Kamu salah lihat kali." Ucap yang lain.
"Tidak. Aku tak mungkin salah lihat. Dia berlari menuju pintu ini dan langsung menutupnya begitu melihat kita." Keukeuh orang itu.
"Kita buktikan saja kalau kau ini benar atau salah. Mari kita tekan bel~nya!" Usul salah satunya untuk menghentikan perdebatan kedua temannya.
Mereka pun setuju dan menekan bel untuk memanggil si penghuni apartemen.
Ting tong ... ting tong.
Bel terus di tekan berulang untuk membuat si pemilik membuka pintunya. Namun, tak ada yang keluar dari dalam sana membuat mereka merasa kesal.
"Lihat. Tak ada siapapun kan disini. Kamu salah lihat kali. Kalau memang ini ada pemiliknya, mungkin dia akan cepat membuka pintunya karena bunyi bel terus mengganggu. Tapi, ternyata dia gak keluar."
"Iya, kamu pasti salah lihat. Ini apartemen mewah dan yang tinggal disini hanya orang-orang tertentu dan tajir. Tak mungkin jika Ayra tinggal disini."
Sebagian mengiyakan ucapan teman mereka. Akhirnya, mereka pun pergi menuju tempat acara. Sepertinya mereka sudah mengetahui jelas tempat dimana acara berlangsung. Mungkin mereka memang sering diundang kesini sama Kendra.
Ayra bernafas lega dengan mengelus dadanya. "Syukurlah."
Ayra bukannya tak terganggu dengan suara bel itu, namun ia memilih diam dan tak membukakan pintu. "Huuhh, kenapa mereka sangat peduli sekali terhadap orang lain." Gerutu kesal Ayra. "Tapi, untung saja mereka segera pergi. Kalau tidak, kupingku bisa lepas dari tempatnya."
Ayra berjalan ke dapur dan membuka lemari es untuk mengambil makanan. "Perut keroncongan setelah bekerja. Tak apa kan jika aku mengambil sedikit makanan ini. Lagi pula, aku sudah bekerja disini." Ia mengambil beberapa buah dan cemilan. "Ken, perutku sangat sakit. Aku ambil makanannya ya." Kata Ayra.
"Iya silahkan. Ambil saja sepuas-puasnya. Apapun yang ada di sana, makan saja." Jawabnya sendiri. "Makasih ya, Ken." Ucap Ayra lagi. "Sama-sama." Jawanya kemudian lagi.
Ayra bertanya dan menjawab sendiri pertanyaannya seolah dia sedang meminta izin kepada si pemiliknya. Dia sampai cekikikan sendiri karena merasa geli dengan ucapannya sendiri. "Apa dia akan menjawabnya seperti itu? Ah, sudahlah. Ngapain mikirin dia? Dia sedang asyik berpesta. Aku juga akan berpesta besar disini. Makan-makan. Hehehe." Ia terkekeh sambil memakan semua makanan yang diambil dari lemari es.
Rasanya damai banget dunia ini. Bertumpang kaki sambil menonton film kartun kesukaannya. Naruto the movie. Bodo amat lah jika ini rumah orang. Toh dia sudah bekerja setengah hari. Ditambah dirinya tadi tak sempat makan.
"Aaahhhh, kenyang'nya."
Ayra mengusap perutnya yang sedikit mengembang setelah ia menghabiskan dua buah apel, tiga bungkus snack kentang, tiga minuman kaleng, lima buah sosis bakar, dan kue yang ia bikin untuk Kendra saat percobaan pertama yang gagal.
Perut sudah terisi dan matanya mulai mengantuk. "Hoaammhh." Mulutnya sampai terbuka lebar. "Pestanya sampai jam berapa sih? Ini sudah jam sepuluh dan mereka belum selesai pesta, padahal aku sudah mengantuk. Mungkin tidak apa-apa jika aku tidur sebentar dan menunggu mereka selesai pesta."
"Kalau aku pulang sekarang dan disini harus ada yang di bereskan lagi, mungkin si Markoho jerapah itu gak akan membayar upahku dong. Pasti dia akan bilang ... Kamu tak kompeten dalam bekerja. Jadi, kamu tak seharusnya meminta bayaran." Ayra mengikuti gaya bicara Kendra yang arogan.
"Cih, dia kan orangnya ambekan. Pasti tar ngomongnya bakal gitu. Gak bakal salah lagi." Ayra berspekulasi sendiri.
"Hoaammhh." Rasa kantuk terus menyerangnya sampai ia pun tertidur di sofa dengan televisi masih menyala.
Waktu terus berlalu dan karena saking lelahnya, Ayra tak mendengar seseorang masuk ke dalam dan berteriak memanggil namanya.
"Ayra!"
*Lanjut gaesss...
Like, komen, dan vote. Tinggalkan mawar untukku, dengan secangkir kopi dan sebuah hati supaya diriku semakin semangat untuk updatenya.
Terima kasih😘😘😘**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
DEBU KAKI
next
2022-02-27
1
Ꮇα꒒ҽϝ𝚒ƈêɳт
Tontonannya ... Narutodemupi..
2022-02-03
1
triana 13
like lagi
2021-12-31
1