CINTA TERHALANG RESTU
PROLOG
Selomita nama panggilan nya. Hidup di sebuah keluarga yang sederhana. Membuat dia harus membantu kedua orang tuanya, untuk mencari nafkah.
Mamaknya di tinggal bekerja oleh ayahnya ke kota, dan sudah enam tahun tidak pulang ke rumah.
Selomita mempunyai tiga orang saudara kandung yang pertama kakaknya sudah duduk di bangku kuliah bernama Fania. Yang kedua adalah Selomita dan anak ketiga bernama Fatur usia 10 tahun dan terakhir Sarina yang berusia 5 tahun
Selomita merupakan gadis yang berparas cantik di desanya. Lalu dia bertemu dengan Dido Karisma anak pengusaha kaya yang baru saja datang dari kota. Dido dengan paras tampan dan terkenal karena kekayaannya disukai oleh banyak gadis di desanya.
Para gadis di desanya, berlomba-lomba ingin sekali menjadi kekasihnya. Tetapi hati Dido sudah terpaut dengan sikap Selomita yang selalu membuat Dido penasaran dan ingin menjadikan Selomita sebagai kekasihnya.
Tetapi hubungan Selomita dan Dido terhalang, karena masa lalu yang kelam dari kedua orang tua mereka.
Kisah cinta mereka harus terhalang, karena kebencian Mak Inah yaitu mamak dari Selomita kepada ayah Dido yang bernama Condro Wijaya.
Entah rasa benci seperti apa yang Mak Inah rasakan. Sampai-sampai semua anaknya di beri peringatan, agar jangan mendekati keluarga Pak Condro.
Dido yang sudah jatuh hati pada Selomita, harus memperjuangkan cintanya. Dia harus meyakinkan Mak Inah kalau masa lalunya hanya miliknya, bukan untuk anaknya.
Semenjak duduk di bangku SMA dirinya sudah tidak malu lagi untuk menawarkan jajanan ke teman-teman sekelasnya. Yang penting pada esok hari dia bisa berangkat sekolah dengan uang yang dia dapat hari ini.
*****
RUMAH SELOMITA
Kegiatan Selomita di pagi hari, dia selalu sibuk dengan jualan yang akan dibawa ke sekolah.
"Mak, keripiknya sudah di bungkus?" tanya Selomita yang sudah mengenakan seragam sekolah.
"Sudah, Sel." Mak Inah adalah mamak Selomita .
"Aku berangkat sekolah dulu ya, Mak." Selomita sambil membawa tas beserta bungkusan keripik di tangannya.
Kemudian Selomita mencium tangan mamaknya lalu berpamitan.
Selomita berjalan menyusuri jalanan yang sepi, dan belum ada orang yang melewati. Dia harus berangkat pagi-pagi agar tidak terlambat ke sekolah. Rumahnya yang jauh dari pusat kota harus ditempuh dengan berjalan kaki sejauh dua kilometer.
Sungguh sangat melelahkan jika setiap hari harus berjalan kaki. Tetapi semangat Selomita yang ingin bersekolah tak membuat dia merasa lelah.
Sesampainya di pusat kota, Selomita langsung menaiki angkutan umum yang mengarah ke sekolah nya. Dia mencari nomor angkutan umum yang menuju arah sekolah yang masih kosong. Kemudian dia pun naik, dan duduk di pojok dekat pak supir.
Sambil memijat-mijat kakinya, Selomita meletakkan bungkusan keripik di pangkuannya.
Pak supir masih menunggu penumpang yang lain. Karena jika hanya Selomita yang naik maka tidak banyak pendapatan yang diterimanya.
Selomita memang selalu berangkat ke sekolah sesudah azan subuh. Dia mengerti akan kondisi yang dia lalui dengan jalan kaki menuju pusat kota sampai angkot yang harus menunggu penumpang.
Setelah beberapa penumpang sudah naik dan hampir terisi penuh, sang sopir melajukan mobilnya.
Jarak antara pusat kota dan sekolahnya tidak begitu jauh. Hanya saja Selomita harus menunggu sopir yang menunggu penumpang lain.
Hanya sepuluh menit Selomita duduk di angkot, kemudian dia harus memberhentikan supir yang melajukan mobilnya.
" Kiri, kiri.." Kata Selomita yang langsung memberikan beberapa koin kepada sopir angkot.
Kemudian dia berjalan lagi menuju sekolah yang jaraknya hanya 300 meter dari halte bus.
" Tet, tet, tet..."
Bel sekolah berbunyi, pas sekali dengan kedatangan Selomita yang sudah berada di depan pintu gerbang sekolah.
Selomita pun memasuki sekolah dan menuju kelasnya 12A. Selomita langsung menuju tempat duduknya yang berada di barisan kedua persis di depan meja guru.
Bungkusan keripik yang satu sudah Selomita titipkan di kantin Mang Oking, yang satu lagi akan dia bawa berkeliling saat jam istirahat.
Para siswa semua berbaris di depan kelas, mereka di pandu baris berbaris oleh ketua kelas. Kemudian ketua kelas memberi aba-aba untuk masuk pada barisan sebelah kanan disusul barisan berikutnya.
" Sel, kamu bawa keripiknya?" Tanya salah seorang teman langganan Selomita
" Bawa Fat, ada yang original sama balado " kata Sela yang menunjukkan kantong plastik berisi keripik singkong.
" Aku mau balado satu, sama original dua " jawab Fatimah, Fatimah adalah sahabat Selomita. Dia duduk bersebelahan dengan Selomita, dan Fatimah tahu kalau Selomita sudah berjualan keripik singkong sejak kelas satu SMA.
" Oke! " sahut Selomita yang langsung memisahkan keripik pesanan Fatimah.
Fatimah sengaja memesan keripik terlebih dahulu, karena dia tahu kalau keripik singkong buatan Selomita selalu laku dan habis terjual. Selomita hanya membawa 50 kantong keripik singkong yang separuh isi balado sisanya original. Itupun dibagi dua sama kantin yang dia titipin.
Selomita termasuk anak yang pandai, dia selalu semangat dalam belajar. Beruntung dia mendapatkan beasiswa di sekolah, sehingga untuk biaya pendidikan dapat terbantu.
Lalu Selomita meletakkan bungkusan keripik di bawah mejanya.
Dia berharap hari ini keripik yang di bawa akan laku terjual.
Para siswa menunggu kedatangan guru yang akan mengisi pelajaran pada jam pertama.
Ada yang bercanda dengan teman sebangku, dan ada yang sedang mengerjakan PR. Suasana kelas Sela hening saat guru yang mengisi jadwal pelajaran pertama sudah masuk ke dalam kelas.
Tak ada satupun suara yang terdengar, seperti sebelumnya saat guru belum datang.
Ketua kelas memberi aba-aba untuk memberi salam kepada guru yang sudah berdiri di depan kelas.
Pelajaran pertama adalah waktunya Bu Ratih mengajar. Bu Ratih adalah guru PPKN dan terkenal sangat tegas.
Tetapi sebenarnya ketegasan itu semata-mata, karena ingin anak-anak menghormati pada semua guru dan orang yang lebih tua.
Karena pada zaman sekarang banyak siswa yang tidak hormat pada guru ataupun orang yang lebih tua.
Setelah gadget smartphone masuk ke tanah air, siswa hanya di sibukkan dengan berbagai aplikasi yang membuat mereka lupa pada mata pelajaran.
Dan Bu Ratih sangat khawatir dengan perkembangan anak zaman sekarang yang semakin tergerus dengan hilangnya rasa empati dan simpati serta kurangnya hormat pada orang yang lebih tua.
Dalam mengisi mata pelajaran, dia selalu mengkampanyekan agar setiap siswa dapat hormat dan patuh pada kedua orang tua.
-
Ditunggu kelanjutannya episode berikutnya.
Silakan like ya guys, kalau kamu suka sama ceritanya 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Alriani Hespiapi
saya mampir thor
2022-09-25
0
ameliaynsh
ada kata yang terlalu bertele tele yaa,tapi aku coba terus baca
,semangat authorr
2021-04-20
1
Ana Irma Putri Cahyanti
baru mulai baca
2021-04-17
1