Kemudian Dido mengajak bapaknya berjalan menghampiri Selomita yang sedang berolahraga di pinggir sawah.
"Hey, Sel!" sapa Dido seraya berjalan beriringan dengan Pak Condro.
Selomita langsung melihat ke arah Pak Condro, dan kepalanya pun menunduk. Lalu kakinya langsung berlari menghindari Dido. Dengan cepat Dido menarik lengan Selomita.
"Sel," panggil Dido sembari memegang lengan Selomita.
" Apa maumu?" tanya Selomita yang ingin melepaskan pegangan tangan Dido.
"Aku hanya ingin mendengar penjelasan darimu, soal Bapakku!" kata Dido masih memegang lengan dan mendekati Selomita
Selomita pun melirik ke arah Pak Condro, dia hanya disuruh mamaknya agar menjauhi Pak Condro. Dan Selomita tidak mengetahui alasannya.
"Aku--" kata Selomita yang terhenti.
"Aku kenapa?" tanya Dido memaksa.
"Aku hanya disuruh mamakku, untuk menjauhi keluarga bapakmu," kata Selomita yang mulai tersudut.
"Apa alasannya?" tanya Dido sambil menatap kedua mata Selomita.
"Siapa nama mamakmu?" tanya Pak Condro.
"Mak, mak Inah," kata Selomita dengan nada gemetar.
"Sainah?" tanya Pak Condro yang sangat kenal dengan nama mamak Selomita.
"Kenapa Bapak, bisa tahu nama mamakku?" tanya Selomita.
"Tidak, aku hanya menebak." Pak Condro berkilah.
Mak Inah merupakan gadis yang dicintai oleh Pak Condro. Namun cintanya terhalang oleh restu kedua orang tua. Pak Condro harus menikah dengan pilihan kedua orang tuanya, yaitu yang sekarang menjadi istri pertamanya bernama Maya. Setelah menikah dengan Maya, dia mencoba melamar Mak Inah, hanya saja Mak Inah sudah menikah dengan ayah Selomita yang kini merantau ke kota.
Ayah Selomita adalah buruh bangunan, yang pulang ke desa enam bulan sekali. Dan semenjak kelahiran anak ke empat, yang bernama Sarina, Mak Inah hanya hidup bersama ketiga anaknya.
Mak Inah selalu bilang kepada anak-anaknya, jangan mendekati keluarga Pak Condro. Karena dia sudah sangat merasa sakit hati dengan sikap Pak Condro, yang tidak bisa mempertahankan cintanya.
"Apakah bapak kenal dengan Mak Inah?" tanya Dido.
"Tidak, bapak hanya menebak," kata Pak Condro." Lepaskan dia!" perintah Pak Condro kepada Dido.
Kemudian Selomita pergi meninggalkan Dido dan bapaknya.
"Anakmu cantik, seperti engkau Sainah," kata hati Pak Condro seraya menatap kepergian Selomita.
"Pak, ayo kita jalan! ajak Dido.
"Apakah kau menyukai gadis itu?" tanya Pak Condro.
"Sejak pertama kali melihatnya, aku sudah jatuh cinta kepadanya," jawab Dido. "Apakah boleh Pak?" tanya Dido.
"Bapak tidak bisa menjamin, kalau Sainah akan merestui hubungan kalian." kata hati Pak Condro.
"Kau harus berjuang, Nak!" kata Pak Condro menyemangati Dido.
"Bukan karena dia orang miskin?" tanya Dido.
"Apakah itu alasan dia menjauhimu?" tanya Pak Condro.
"Iya, Pak!" jawab Dido.
"Kau berjuanglah sendiri," kata Pak Condro dengan tersenyum lalu merangkul pundak Dido.
Kemudian mereka masih melanjutkan perjalanan, menyusuri area ladang dan sawah milik Pak Condro.
Selomita pun sampai kerumahnya dan langsung menuju kamar mandi. Dia langsung membersihkan diri.
"Mak!" panggil Selomita yang sedang mengeringkan rambutnya.
"Ada apa, Sel?" tanya Mak Inah.
"Aku ingin bertanya tentang, Pak Condro." Selomita berucap dengan nada suara terbata-bata.
"Ada apa kau bertanya tentang dia?" kata Mak Inah dengan nada yang sedikit emosi.
"Tadi aku bertemu dengan Pak Condro dan dia tahu nama mamak!" kata Selomita
"Kamu bertemu dimana?" tanya Mak Inah.
"Di area persawahan, Mak!" jawab Selomita.
"Mamak sudah bilang, jangan dekat-dekat dengan keluarga Pak Condro!" jawab Mak Inah dengan marah.
"Apa alasannya, Mak?" sahut Selomita.
"Kamu tidak perlu tahu , jangan sekali-kali kau berhubungan dengannya ataupun keluarganya," jawab Mak Inah dan langsung pergi meninggalkan Selomita.
Siang ini Selomita hanya menjaga adiknya, yang sedang bermain. Tidak ada kesibukannya yang biasa di kerjakan, yaitu membuat keripik singkong.
Hari ini Mak Inah ada panggilan kerja untuk panen di ladang. Jadi tugas Selomita adalah menjaga kedua adiknya. Saat sedang membaca buku novel kesukaannya, datanglah tukang pos yang membawa bungkusan di tangannya.
"Permisi!" Sapa tukang pos yang biasa ke rumah Selomita.
"Iya, Pak!" jawab Selomita.
"Ada paket dan kiriman dari kota," Kata Pak Pos.
"Oh, mana Pak?" Tanya Selomita.
"Ini kotak besar dan ini amplopnya!" Kata Pak Pos yang memberikan kotak besar berwarna coklat dan amplop berwarna putih.
"Terima kasih ya, Pak!" Kata Selomita kepada Pak Pos.
"Iya," jawab Pak Pos lalu dia pamit untuk mengantarkan barang yang lain kepada pemiliknya.
Selomita langsung menaruh paket yang berbentuk kotak di atas meja, lalu membaca amplop putih yang di berikan oleh tukang pos.
"Dari Kak Fania , yang ini untuk Mamak," Kata Selomita yang melihat amplop bertuliskan nama Fania dengan nama pengirimnya.
"Lalu kotak ini dari siapa?" Ucap Selomita yang melihat nama pengirimnya. Dia bolak balik dari atas bawah, depan belakang tak juga di temui nama pengirimnya. Hanya ada tertulis untuk Selomita.
Selomita penasaran, apa isi yang berada di dalam kotak. Diambil gunting untuk merobek solasi yang menempel.
Dibukanya perlahan sisi atas kotak. "Apa ya isinya?" Kata Selomita.
"Itu apa, Kak?" Tanya Fatur yang sudah berada di samping Selomita.
"Kakak juga belum tahu," jawab Selomita seraya menggelengkan kepalanya.
Saat di buka dan melihat isi didalam kotak, Selomita sangat terkejut. Ternyata isinya adalah plastik dan mesin pres, untuk membungkus keripik.
Selomita sangat terkejut dengan paket yang dikirim oleh seseorang, yang tidak diketahui namanya.
"Plastik dan mesin pres ini dari siapa, ya?" gumam Selomita. "Ah, sudahlah!" acuh Selomita.
Kemudian Selomita menaruh paket itu, kedalam kamarnya. Lalu dia mengajak adiknya bermain kembali dan dia duduk di depan pintu, sambil membaca novel favoritnya.
Jam sudah menunjukkan pukul tiga sore, Mak Inah pun sudah terlihat di dalam rumah, sedang membersihkan diri di kamar mandi.
Selomita yang terbangun dari tidur siangnya, langsung menyerahkan isi amplop dari kakaknya.
" Mak, ini dari Kak Fania," Kata Selomita yang memberikan amplop putih.
"Oh iya, mamak akan belanja kebutuhan dapur dengan uang dari kakakmu." Kata Mak Inah.
"Iya, Mak!" Kata Selomita.
Selomita langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Sore ini dia akan mengambil singkong di rumah Pak Jaya.
Karena nanti malam Selomita akan membuat keripik singkong. Dan memakai alat yang di berikan oleh pengirim rahasia.
Selomita melangkah kakinya keluar, menuju rumah Pak Budi. Jarak yang tidak begitu jauh, hanya saja harus melewati ladang.
Saat melewati ladang yang sudah mulai akan di panen jagung, Selomita melihat Dido yang sedang mengumpulkan para buruhnya.
Dia berjalan cepat agar tidak terlihat oleh Dido, dan tak menoleh ke arah Dido.
Nafasnya terputus-putus saat berada di ujung ladang. " Akh, seperti di kejar-kejar maling" Gumam Selomita.
" Kenapa aku harus menghindar dari Dido?" Kata Selomita yang memutar kedua bola matanya.
Lalu Selomita kembali melanjutkan perjalanannya menuju rumah Pak Budi.
Tiba-tiba langit mulai menghitam, awan gelap sudah berkumpul di desa itu. Selomita yang masih menimbang singkong mempercepat pekerjaannya. Berharap saat hujan turun dia sudah berada di rumah.
" Jadi berapa kilo Pak?" Tanya Selomita.
" Jadi 30 kilo, seperti biasa " Kata Pak Budi.
" Baik, Pak. Ini uangnya " Kata Selomita yang menyerahkan beberapa lembar uang untuk membayar singkong.
" Terima kasih ya Pak, saya pamit dulu" Kata Selomita yang sudah membawa dua bungkus kantong plastik di kedua lengannya.
-
-
-
- Dukung terus karya author dengan cara Like, vote dan komentarnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments