" Tet, tet, tet.."
Terdengar bunyi bel, menandakan waktu nya istirahat. Selomita mulai menjajakan jualannya, mulai dari kelasnya sampai ke kelas-kelas yang lain. Terkadang para guru pun ikut membeli keripiknya.
Bu Nanda adalah wali kelasnya saat ini, dia sering memesan keripik singkong ukuran satu kilo balado dan satu kilo original. Untuk cemilan anak-anak nya di rumah saat sedang belajar ataupun berkumpul keluarga.
Selesai berjualan menjajakan keripik nya, Selomita langsung menuju kelas untuk menghitung pendapatan nya. Uang yang dia dapatkan separuh di tabung di sekolah. Karena jika di bawa pulang, maka akan terpakai untuk kebutuhan sehari-hari.
Dia ingin melanjutkan kuliah di daerah pusat kota yang sudah sangat terkenal. Biayanya memang sangat mahal, dan kurang jika hanya mengandalkan uang hasil jualan. Tetapi Selomita sangat optimis, apalagi Bu Nanda pernah bilang masuk kuliah negeri bisa menggunakan jalur prestasi.
Karena prestasi Selomita di sekolah terbilang masuk tiga besar. Jadi Selomita semakin semangat untuk belajar dan berjualan. Agar Selomita bisa mencapai cita-cita membahagiakan kedua orangtuanya.
Sepulang sekolah, Selomita selalu berjalan menyusuri pusat kota. Dan untuk menuju rumah nya, dia selalu berjalan kaki. Langkah kaki nya di percepat, karena dia harus membantu mamaknya mengupas singkong untuk dibuat keripik.
Saat kakinya melangkah ke area ladang, di tengah perjalanan dia melihat ada seorang pemuda yang sangat tampan. Seperti nya dia orang baru di desanya, dan Selomita belum pernah melihatnya.
Perlahan Selomita berjalan menuju ke arahnya, tampak sang pemuda kelihatan bingung. Akhirnya Selomita memberanikan diri untuk menghampirinya dan menyapanya.
" Kamu orang baru ya di desa ini?" Tanya Selomita yang sedikit ragu.
" Iya, aku bingung. " Kata pemuda tampan tadi.
" Bingung kenapa?" Tanya Selomita seraya memperhatikan pemuda yang berada di hadapannya.
" Aku lupa jalan pulang." Kata pemuda itu seraya menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri.
" Nama kamu siapa?" Tanya Selomita yang langsung memandang wajahnya.
" Namaku Dido " jawab pemuda tadi sambil tersenyum.
" Hey, kenapa dia melihat ku seperti itu? Apa dia suka padaku?" Gumam Dido yang menjadi salah tingkah.
" Nama orang tuamu?" Tanya Selomita sambil menatap mata Dido dengan intens.
" COndro Wijaya" Kata Dido pemuda yang baru saja mengenalkan namanya.
" Cantik, senyuman nya terlihat sangat manis." kata Dido dalam hatinya.
" Oh kamu anak Pak Condro, baiklah akan aku antarkan. " Kata Selomita sambil mengangkat kedua alisnya, dan langsung berjalan ke arah kirinya.
" Hey, nama kamu siapa?" Tanya Dido dari arah belakang punggung Selomita
" Namaku Selomita." Jawab Selomita yang menoleh sekilas.
Selomita pun mengantarkan Dido menuju rumah Pak Condro. Berjalan menyusuri sungai dan lahan perkebunan. Daerah kampung nya memang masih banyak perkebunan yang ditanami oleh hasil kebun milik petani.
" Kamu anak Pak Condro yang ke berapa?" Tanya Sela yang berjalan di depan Dido.
" Aku anak yang ke dua. " Jawab Dido.
" Dari istri yang ke berapa?" Tanya Selomita yang tahu pasti kalau Pak Condro merupakan juragan di kampung nya dan memiliki istri lebih dari dua.
" Kenapa kamu bertanya hal itu?" Kata Dido yang tersinggung.
" Orang desa sini juga sudah tahu, kalau Bapakmu punya banyak istri." Ketus Selomita.
" Kamu ikhlas gak sih nganterin aku?" Tanya Dido.
" Kalau gak ikhlas ngapain aku jalan di depan kamu?" Ucap Selomita yang berhenti sejenak lalu berbalik badan ke arah Dido.
Tiba-tiba langkah Dido terhenti juga, dia kaget karena Selomita berhenti mendadak dan mereka hampir bertabrakan.
" Aku anak dari istri yang kedua." Jawab Dido yang wajahnya hampir mendekati wajah Selomita
Mereka saling bertemu pandang, tatapan mata mereka saling menyatu.
Dan Selomita langsung membalikkan badannya lagi ke arah jalan menuju rumah Pak Condro.
" Kuliah atau sekolah?" Tanya Selomita melanjutkan pembicaraan.
" Aku sudah lulus sekolah dan ingin meneruskan usaha bapakku." Kata Dido.
" Oh, " kata Selomita
" Oh, kenapa ?" Tanya Dido yang langsung menarik lengan Selomita.
" Gak apa-apa" kata Selomita, " Kita hampir sampai, dan itu rumah nya" kata Selomita sambil menunjuk rumah Pak Condro.
" Oh iya, itu rumahku. Terima kasih, ya!" Kata Dido sambil mengulurkan tangannya.
" Kamu mau ngapain?" Tanya Selomita bingung.
" Mau berjabat tangan, ini ungkapan terima kasih." Kata Dido.
" Oh iya, sama-sama. Aku pulang dulu ya!" Kata Selomita yang pamit.
" Kamu tidak ingin mampir dulu?" Kata Dido mempersilahkan Selomita bertamu ke rumah nya.
" Tidak, biasanya Bapakmu tidak mau menerima orang miskin seperti kami." Sindir Selomita yang langsung berlari dan meninggalkan Dido.
Dido bingung dengan perkataan Selomita, dan hati kecilnya mulai bertanya-tanya.
" Siapa gadis itu, kenapa sikapnya acuh dan tak tertarik melihat ku. " Kata hati Dido yang penuh percaya diri memuji dirinya sendiri.
Selomita lalu memutar balik ke arah rumah nya, cukup jauh jaraknya dari rumah Pak Condro. Dia berjalan dengan cepat menyusuri anak sungai yang sudah mulai deras arusnya. Melewati sisi-sisi perkebunan yang tadi dia lewati bersama Dido, laki-laki yang baru saja dia kenal.
Langkah kakinya terhenti saat Pak Budi memanggilnya, " Sel, singkong nya sudah dicabut. Mau diambil kapan?" Tanya Pak Budi yang merupakan pemilik kebun singkong. Keripik singkong buatan Selomita adalah hasil kebun milik Pak Budi.
Nanti saya balik lagi, Pak. Mau ganti seragam dulu" sahut Selomita.
Kemudian dia kembali berjalan menuju rumah nya yang masih berjarak 500 meter. Derap langkah kaki nya selalu semangat diikuti nyanyian yang dilantunkan sepanjang perjalanan. Selomita merupakan gadis yang periang dan ramah pada setiap orang. Para pemuda banyak yang ingin menjadi kekasihnya, tetapi Selomita belum memikirkan hal itu. Semua pemuda dikampung nya dianggap hanya sebagai teman. Mereka pun sangat senang jika Selomita melewati dan menyapanya. Biasanya para gadis di kampung nya pada gengsi dan sombong. Jika berteman, para gadis di kampung Selomita selalu milih-milih. Tidak begitu dengan Selomita, dia ingin semua remaja di kampung nya dijadikan sebagai teman.
" Assalamualaikum, Mak" ucap Selomita memberikan salam saat pulang sekolah.
" Wa'alaikum salam" jawab Mak Inah. Mak Inah adalah panggilan mama Selomita yang sudah dikenal di kampung nya.
Banyak orang mengenali keripik nya dengan sebutan Keripik Mak Inah.
" Mak, Pak Budi berpesan untuk mengambil singkong yang baru saja dipanen." Kata Selomita yang sedang melepas sepatu nya.
" Oh iya, Mamak hampir lupa" kata Mak Inah.
" Biar Selomita aja yang ambil Mak" kata Selomita yang langsung mengganti bajunya.
" Ajak Fatur, agar tidak berat membawa singkong nya" kata Mak Inah yang sedang mengupas singkong.
" Sel, sebaiknya kamu makan dulu. Mamak sudah tumisin kangkung sama ikan asin " kata Mak Inah yang menyuruh Selomita untuk makan.
" Baik, Mak!" Ujar Selomita
Selomita langsung menuju meja yang terdapat diatasnya ada nasi , sayur kangkung dan ikan asin.
" Mak, ini hasil jualan ku. " Kata Selomita yang memberikan beberapa lembar uang kepada Mak Inah.
" Apa sebagian sudah kamu tabung?" Tanya Mak Inah.
" Sudah, Mak" seru Selomita
Lalu Selomita melanjutkan makan siang nya yang sudah terlambat karena tadi harus mengantar Dido anak Pak Condro.
Selesai makan, Selomita langsung menuju rumah Pak Budi.
" Fatur." panggilan Selomita untuk adiknya
" Iya, Kak" jawab Fatur yang sedang bermain didepan teras bersama Sarina adiknya yang bungsu.
" Antarkan Kakak ke rumah Pak Budi." kata Selomita.
" Baik, Kak" kata Fatur menurut.
Selomita pun berjalan terlebih dahulu, dan kemudian disusul Fatur. Sarina yang berdiri di sebelah pintu hanya menatap kakak-kakak nya yang meninggalkannya.
Sesampainya di rumah Pak Budi, Selomita langsung menyusun singkong yang baru saja di panen. Masih banyak tanah liat yang menempel.
" Jadi 30 kilo Pak!" kata Selomita yang memberikan beberapa lembar uang kepada Pak Budi.
" Terima kasih ya Sel" kata Pak Budi yang menerima uang dari Selomita.
Singkong Pak Budi terkenal bagus dan cocok untuk dijadikan keripik.
Biasanya Selomita membelinya dua hari sekali pada saat senin sampai jumat. Sedangkan sabtu dan minggu sekolah libur, jadi dia hanya memproduksi untuk ditaruh di warung saja. Itu juga kalau di warung sudah habis, kalau belum maka dia membuatnya pada minggu sore. Khusus hanya untuk sekolah Selomita.
Singkong sudah di ikat dan di masukkan kedalam kantong plastik. Selomita pun membawa dua puluh kilo ditangan kanan dan kiri. Sisanya yang sepuluh kilo dibawa oleh Fatur. Badan Fatur belumlah cukup besar untuk membawa singkong yang jumlahnya banyak.
Saat menuju arah rumah nya, terlihat Dido sedang mengendarai motor melintas di depan Selomita. Dido seperti mengenal gadis yang membawa bungkusan plastik yang kelihatan sangat berat.
Dido pun berhenti di depan Selomita, " Selomita?" Sapa Dido yang memberhentikan motor tepat di depan Selomita.
" Kamu?" Tanya Selomita.
" Aku Dido, yang baru saja kau antar mencari rumah bapakku" kata Dido menjelaskan.
" Oh iya, ada apa?" Kata Selomita.
" Kamu bawa apa?" Tanya Dido yang melihat bungkusan di tangan Selomita." Sepertinya berat sekali" kata Dido bingung.
" Ini singkong" kata Selomita yang menunjukkan bungkusan nya.
" Banyak sekali" kata Dido
" Untuk diolah menjadi keripik" kata Selomita.
" Oh, mari ku bawakan. Tunjukkan saja rumahmu" kata Dido
" Tidak perlu, rumah kami sudah dekat" kata Selomita menolak bantuan Dido. Dia tidak ingin berurusan dengan keluarga Pak Condro.
" Baiklah akan aku bonceng adikmu, ayo Dik" ajak Dido yang akan menaikkan Fatur keatas motornya.
" Ayolah Sel, tadi kamu kan sudah nganterin aku. Jadi aku harus membalasnya" tutur Dido.
" Aku ikhlas, jadi kamu tidak usah bayar" kata Selomita.
" Ya sudah, anggap ini adalah bantuan ku. Dan kamu harus menerimanya" kata Dido ," Tidak bagus menolak kebaikan orang" imbuhnya.
" Baiklah kalau kau memaksa, kau bonceng saja adikku. Seperti nya dia lelah " kata Selomita yang menaikkan adiknya ke atas motor.
" Berikan karungnya " kata Dido yang meminta karung yang di gendong oleh Selomita
" Ini, awas jangan sampai ada yang jatuh " kata Selomita mengingatkan.
" Baik akan aku jaga sepenuh hati" kata Dido yang menggombali Selomita.
" Kau pintar menggombal ya?" Kata Selomita.
Kemudian Dido pun berjalan meninggalkan Selomita yang masih separuh perjalanan kearah rumahnya.
Fatur menunjukkan arah rumahnya, kemudian mereka pun sampai.
" Disini, Kak " kata Fatur.
" Oh, ini rumahmu?" Tanya Dido
" Iya, Kak " jawab Dido
Lalu tiba-tiba muncul Rina dari arah belakang rumah Selomita, dia sangat terkesima dengan wajah Dido yang sangat tampan yang mempunyai postur tubuh tinggi dengan kulit putih seperti model iklan di televisi. Kemudian dia mendekati Dido dan menyapanya.
.
-
* Ditunggu kelanjutannya episode berikutnya
Dukung author dengan cara like dan berikan komentar mu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Becky D'lafonte
bagus ceritanya
2022-10-05
0
Alriani Hespiapi
lanjut
2022-09-25
0