“Gem, woi Gem”, ujar salah seorang pria yang menggunakan kacamata.
Ia terus menjentikkan jari ke arah Gema yang sedang sibuk dengan laptopnya.
“Lo budek ya, dengerin napa.” Tambahnya lagi sambil menjitak kepala Gema dan mengacak-acak rambutnya yang bergaya Comma.
“Apa sih, ganggu aja.” Gema mendengus jengkel. Hidungnya kembang-kempis menahan amarah.
“Gem, soal tadi pagi co-“
“Ga urus”
“Tapi Gem gaada sa-“
“Ga peduli”
“Woi! guguk, dengerin dulu gue ngomong napa.” Kini pria itu mulai mengatakan kata-kata mutiara kepada Gema.
Kali ini Ia merasa jengkel kepada Gema. Semenjak tadi Gema tidak mendengarkan perkataan Adam, yang ia lihat Gema terus bekerja dengan menatap layar laptopnya.
“Apasih Dam ?” jawab Gema. Ia kemudian menatap Adam sambil menyedot ice *a*mericano yang mulai berkeringat karena kedinginan.
Biasanya Gema memang tidak langsung pulang ke rumah saat jam kerja di kantornya selesai. Kalau tidak lembur, biasanya saat sore hari menuju senja Gema mampir ke coffee
shop yang berada di kawasan perkantorannya.
Tak jarang ia juga mengajak teman kantornya, dan yang sekarang sedang bersamanya adalah Adam. Seorang Manajer Operasional dengan perusahaan yang sama dengan Gema.
Alasan Gema tidak langsung pulang adalah, karena ia malas berurusan dengan kemacetan di ibu kota.
Saat sore menuju senja biasanya memang jam padat lalu lintas. Makanya Gema lebih memilih pulang selepas Maghrib ataupun selepas Isya untuk menghindari kemacetan.
“Gini lo Gem, lo pikir-pikir lagi deh. Gue tau lo kesel waktu tragedi obat perkasa di pantry tadi pagi. Tapi setelah melihat hal kaya gitu, apa lo ga ngerasa lo harus ngelakuin sesuatu gitu?”
Kata Adam dengan tatapan yang serius.
“Apa? Maksud lo nikah gitu?” jawab Gema.
Gema mengepal tangannya. Terlihat dari dahinya yang mengeluarkan sedikit urat pertanda jengkel.
“Ya begitulah, yang lo tunggu apa lagi sih Gem? Lo udah mapan, karir lo bagus, tampan pula. Walaupun gue jijik bilang kaya gitu. Tapi kenyataannya memang seperti itu Gem”
“Ta-tapi Dam, gu-gu-”
“Alah alesan apalagi lo gem. Udah seribu alesan gue denger dari lo dan semuanya ga masuk akal. Sekarang lo pasti mau bilang belum ada yang pas, bener kan?” potong Adam.
“I-ya sih, tapi kalau belum ada yang pas mau gimana”
“Alah alasan klasik lo Gem, kayak ABG pacaran,” decak Adam.
Percakapan mereka terhenti sementara. Gema menatap ke sudut lain coffee shop. Terlihat sepasang manusia yang sedang duduk dan meminum secangkir kopi. Sepertinya mereka sepasang suami istri.
Hal itu bisa dilihat dari sebuah cincin yang terpasang di jari mereka berdua. Kehangatan mereka dapat terasa kepada Gema sampai mengukir sebuah senyuman di wajah Gema.
Walaupun pasangan tersebut hanya berbincang seperti biasa.
Mungkin ini yang dimaksud oleh Adam. Hal yang sederhana akan terasa sangat istimewa. Selain itu hal yang terasa biasa saja menjadi lebih bewarna. Seketika gema menatap Adam karena penasaran dengan satu hal.
“Dam, gue mau nanya ama lo,” tutur Gema.
“Huh?" Sahut Adam sambil mengusap layar ponselnya.
“Kenapa lo bisa nikah sama istri lo? Simplenya alasan lo nikah deh sama Winda?”
“Mau tahu lo?”
Gema hanya mengangguk. Kemudian Adam mendekatkan mulutnya ke telinga Gema sambil berbisik.
“Gue mau nikah ama Winda, karena dia punya barang kecil tapi imut. Gue kira pas aja gitu di mulut,” bisik Adam.
“Goblok!” teriak Gema.
Ia terperanjat mendengar bisikan dari Adam. Teriakan Gema bahkan menarik perhatian pengunjung coffee shop yang lain. Adam yang melihat tingkah Gema hanya cekikikan.
“Kira-kira begitu Gem.” Tambah Adam sambil tersenyum kecil.
“Gila lu ya, masa gara-gara gitu doang,” balas Gema. Ia masih terlihat terkejut dengan pernyataan rekan kerjanya itu.
“Jujur Gem, gue ga munafik. Sebagai cowok pertama yang terlihat dari wanita itu ya fisiknya. Namun gue kebablasan aja fokus ke satu titik, naluri kali ye, hehe. Nih gue kasih tau, emang bisa kita melihat cewek langsung ke hatinya dengan mata telanjang? Enggak kan?”
“Iya juga sih.”
“Tapi setelah gue mengenal Winda lebih jauh, baru deh gue kenal Winda kaya gimana. Sifatnya, perangainya, apa yang dia suka, apa yang enggak. Kalau ada cowok bilang dia bisa menilai wanita itu baik atau enggak hanya dengan satu kali menatapnya, menurut gue itu bullshit ya, itu sama kaya gombalan buaya ala remaja SMA untuk dapetin cewek yang dia suka.”
“Emang iya ya?” Tanya gema lagi sambil menopang dagu.
“Ya menurut lo? Gini ya Gem, gue kasih tahu. Terkadang untuk mencari seorang wanita yang mendampingi hidup lo. Lo perlu menambahkan imajinasi dari fantasi yang lo ciptakan sendiri”
“Maksudnya?” Tanya Adam sambil menggaruk kepala.
“Maksudnya lo itu harus menambahkan hal yang sedikit dewasa gitu lo Gem. Ya lo tau sendiri lah. Hal itu untuk memenuhi kriteria pasangan lo, disamping kepribadiannya. Gua kasih contoh ni, misalkan lo pengen cewek yang beban atasnya yang gede”
“Dam….”
“Atau bagasi belakangnya yang aduhai.”
“Dam…pelanin suara lo.”
“Atau me-“
Gema dengan cepat menutup mulut Adam yang terus mengoceh. Suaranya yang cukup besar membuat sedikit perhatian, sehingga pengunjung wanita yang duduk di kursi sebelah melirik mereka curiga.
“Tapi dam, kan sifatnya sama perilakunya juga penting. Ga bisa melulu soal fisik lah.” Tegas Gema sambil melepaskan tangannya dari mulut Adam.
“Gue tau kok Gem, tapi bukankah itu tugas kita sebagai suami? Supaya bisa membimbing dan mendidik istri nanti. Gem, percaya atau enggak walaupun lo cari keujung dunia manapun yang namanya wanita yang sempurna itu gaada. Makanya Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan untuk saling melengkapi satu sama lain, makanya lo ngaji, gatau kan lo?” Sambil menunjuk ke arah Gema.
“Tau ya.” Jawab Gema bersungut-sungut.
“Pernikahan juga mengajarkan lo banyak hal Gem, seakan-akan lo berada di sebuah lautan dengan sebuah kapal untuk mencapai tujuan. Nah, kapal itu harus lo jaga supaya ga karam, gimana caranya, ya lo dengan pasangan lo yang tahu. Nah, ini juga perlu lo ingat Gem, cara lo mendidik dan membimbing istri lo juga mempengaruhi pernikahan lo nantinya”
"Nah apa itu?" ujar Gema semakin penasaran.
"Kalau menurut gue, jika lo nanti jadi suami. Ajarin istri lo dengan baik, bukan memerintah kayak bos, karena dalam rumah tangga menurut gue kita juga harus bekerja as a team. Jika ada suatu hal yang ga sesuai dengan harapan lo nanti, komunikasikan dengan baik, tapi ingat jangan pernah memaksa pasangan lo berubah sesuai kemauan lo, cukup saranin hal baik buat dia, dan biarkan dia menentukan pilihannya.”
Perkataan Adam memang benar. Pria yang sebenarnya banyak bercanda ini terlihat serius memberikan wejangannya. Setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya seperti seorang yang sudah berpengalaman dalam pernikahan, membuat Gema melamun, menerbangkan angannya untuk melayang mengudara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
gia anggi🌷
tanya Gema...mestinya
2022-01-08
0
Aan Nurhasanah
lanjuuut,....
2021-06-28
0
Siru
menghibur...😁😁
lanjutt
2021-03-14
0