Perjodohan

Dentingan suara sendok terdengar ketika benda yang terbuat dari besi itu bertemu dengan piring kaca. Beberapa gelak tawa dan cerita nostalgia menghiasi makan malam kali ini.

“Ga, kerasa ya Li, perasaan baru kemaren deh kita jajan cimol depan sekolah," ujar Ella. Wanita itu sekarang sudah berkeluarga dan memiliki seorang anak yang bernama Gema.

“Iya La, apalagi kita sering malakin abangnya buat nambah bumbu,” sahut wanita bernama Lily. Sekarang ia memiliki seorang putri yang cantik bernama Ratih.

“Ingat ga Li, dulu kita pernah bilang kalau nanti kita punya anak. Kita mau jodohin mereka berdua."

“Bener-bener. Waktu kita tiduran di bukit deket sekolah sambil ngeliat langit ya?”

Kemudian mereka berdua cekikikan sambil menikmati hidangan penutup berupa cheese cake yang dibeli Gema dan Ratih sebelumnya. Ratih disuruh membeli sebuah kue oleh ibunya sebagai buah tangan untuk tamu yang akan bertemu dengannya nanti. Gema pun demikian, ia membeli sebuah kue karena keinginan mamanya. Namun siapa sangka kue yang sekarang dipotong dan terletak di atas meja itu, disatukan dalam satu momen yang sama.

Percakapan ini terasa sedikit tidak nyaman bagi Ratih dan Gema, terutama Ratih. Bagaimana tidak ia sekarang duduk di meja makan yang sama dengan pria yang berperilaku tidak senonoh kepadanya. Tak bisa dibayangkan, karena dalam sehari saja, sudah dua kali Gema berperilaku seperti pria mesum kepada Ratih, walaupun mereka tidak saling kenal sebelumnya.

“Maaf ya Nak Gema, Ratih orangnya emang pemalu. Dia emang ga banyak bicara kalau sama orang. Maklum dia juga jarang ketemu orang, temennya pun ga seberapa. Anaknya pun jarang sekali keluar Rumah.” Kata Lily sambil menatap Gema dengan senyuman.

“Sama kok Li, Gema juga gitu. Anaknya mah kaku banget,” jawab Ella.

“jangan jangan….Jodoh kali ya?”

“Hmmmm, bener juga.”

“Hahaha.”

Kedua wanita tua itu serempak tertawa. Sementara para bapak hanya berusaha mengamini.

“Atau langsung kita tanya aja Li ke orangnya.” Senyum Ella seperti menggoda Ratih dan Gema.

“Boleh, kalau kalian berdua nikah aja gimana?” Tanya Lily sambil menatap keduanya.

Gema dan Ratih tersedak serempak. Keduanya merasa seperti dicekik dengan pertanyaan itu.

Seketika meja makan yang penuh gelak tawa langsung sunyi sementara.

“Wahh, keseleknya pun sama, haha.” Teriak Ella kegirangan sambil menepuk tangan.

“Nah ini pasti jodoh ni,” lanjut Lily.

Papa Gema dan Bapak Ratih juga ikut tertawa. Suasana yang sunyi kini hidup kembali dipenuhi dengan gelak tawa. Tapi anehnya Gema dan Ratih tidak bisa berkata apa-apa. Mulut mereka seperti dikunci karena pertanyaan tersebut.

Gema yang biasanya tegas dan sangat pemilih dalam hal wanita sekarang juga tidak bisa berkata apa-apa. Biasanya kalaupun mamanya datang membawa wanita dan ingin menjodohkannya, ia langsung mengatakan tidak dan pergi begitu saja.

"Kok gue ga bisa ngomong ya? Kenapa bisa gini? Apa sihir pemandangan indah itu yang membuat gue begini? Sial, tapi bilang enggak pun gue ga bisa. Mulut gue kaya diplester, padahal cuman bilang enggak, tapi kok susah banget. Apa jangan-jangan cewek ini punya sihir? ni gua di pelet ni pasti," batin Gema.

Gema berbicara dengan dirinya sendiri. Beragam pertanyaan dan spekulasi muncul di benaknya. Sementara Ratih yang merasa dinodai oleh tangan dan mata Gema terus melamun karena merasa sangat berdosa.

...****************...

"La, kita pamit dulu ya. Makasi udah diajak makan malam dan diganggu malam-malam gini." Kata Lily memeluk Ella.

"Gapapa kok Li, ah aku yang harusnya bilang makasi. Kamu udah jauh-jauh datang dari Bandung cuman buat ke sini." Jawab Ella sambil beradu pipi dengan Lily.

"Kapan-kapan main ke rumah aku ya, di Ciwidey Bandung. Nanti kita ke kawah putih."

"Iya, kalau ada waktu nanti aku ke sana bareng Gema, iya kan Gem?" Tanya Ella sambil menggandeng tangan putranya itu.

"Hehe iya," ucap Gema. Terlihat sebuah senyuman terpaksa terlihat dari bibirnya.

"Gem, tadi yang di meja makan tante cuma bercanda, punten enya, henteu hartosna naon." Ucap Ella dengan mengeluarkan bahasa sunda yang khas, yang artinya maaf ya ga maksud apa-apa.

"Hehe iya," jawab Gema kebingungan.

"Tapi Gem, Ratih anaknya baik lho. Memang dia baru aja pindah dan kerja jadi PNS di Dinas Pendidikan Tanggerang Selatan beberapa bulan lalu. Anaknya pun masih rada kaku, dan masih desa. Tapi ya walaupun dia masih 24 tahun, dia bisa jadi istri yang baik lo Gem buat kamu." Tambah Lily sambil mengusap lengan Gema yang cukup kekar.

Mata Gema berkedut mendengarnya. Ia tidak menanggapi apa yang disampaikan wanita ini. Ratih yang mendengarnya mencubit pinggang Ibunya yang berkata demikian. Ella dan para bapak yang melihat hanya tertawa dan menggelengkan kepala.

Kemudian Ella mendorong pinggang anaknya sambil berkata, "Oh iya, kata Gema dia mau nomor Ratih, siapa tahu bisa kenal lebih dekat."

"Oh ini nomornya nak Gem." Jawab Lily sambil merampas ponsel milik anaknya yang sedang ia genggam.

"Berapa nomornya?" Tanya Ella yang juga ikut merampas ponsel anaknya yang terlihat ragu-ragu.

Kemudian terlihat sepasang wanita yang sedang bertukaran nomor handphone. Tapi yang bertukaran nomor bukanlah mereka, melainkan anak mereka berdua.

"Kami pamit dulu ya nak Gema, Ella, Mas." Ucap Lily setelah transaksi pertukaran nomor selesai.

"Ga nginep di sini aja," jawab Ella.

"Ntar aja deh, kan sebentar lagi kita besanan." Tutur Lily seraya menutup mulutnya dengan tangan.

"Hahaha." Ella tertawa.

Perasaan Gema dan Ratih tidak enak, sepertinya kedua orang tua ini serius dalam perkataannya. Walaupun mereka berkata hanya bercanda tetapi mata mereka berkata sebaliknya.

Mobil antik itu kemudian berlalu meninggalkan rumah Gema. Meninggalkan Gema beserta kedua orang tuanya yang melambaikan tangan sampai mobil itu meninggalkan gerbang.

Saat masuk kembali ke rumah langkah kaki Gema terhenti oleh suara Ella yang memanggil namanya.

"Gem, kenalan sama Ratih. Tuh nomornya mama udah simpen di HP kamu," tutur Ella.

"Tapi ma, Gema kan-"

"Ga ada tapi-tapi lagi. Mama mau pengen cepet-cepet nimang cucu, kali ini gaada alesan lagi!" potong Ella tegas.

"Ta-"

"Udah Gem, kita udah nentuin tanggal pernikahan kalian berdua. Yaitu satu bulan dari sekarang. Keluarganya Ratih juga sepakat untuk pernikahan ini. Mama dan papa nentuin kesepakatan ini waktu kamu dan Ratih pergi berdua di dekat kolam tadi. Kali ini gaada cerita kamu bilang enggak. Kalau mama sama papa ga menentukan tanggal langsung, pasti kamu gamau dan membantah mama dan papa lagi. Mama juga percaya Ratih anak baik dan bisa mendampingi hidup kamu, jadi jangan kecewain mama sama papa."

Gema hanya terdiam mendengar ocehan mamanya. Papa Gema yang mendengarpun hanya mengangguk ke arah Gema seperti mendukung pernyataan istrinya tersebut. Sekarang Gema tidak bisa berdalih lagi, semua telah terjadi dan disepakati. Kini ia harus menghadapi sebuah pernikahan dengan wanita yang belum pernah ia temui.

Terpopuler

Comments

Aan Nurhasanah

Aan Nurhasanah

semangat dong Gema....kan tar dapat rejeki yg lebih....🤭👍👍😍😍😍😂😂😂😂

2021-06-28

0

Rohaniah Ani

Rohaniah Ani

uluh uluh...aku di Ciwidey juga ini....😘

2021-03-15

0

Aan Rasyha Rasyha

Aan Rasyha Rasyha

maju terus..gem..pantang mundur untuk mendapatkan rezeky selanjutnya..😆😆

2021-02-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!