Laura dan Claretta duduk, menunggu kedatangan orang yang ditunggu mereka. Laura merapihkan helaian rambutnya, memakai lip gloss ke bibirnya.
"Gue udah cantik kan?" tanya Laura kepada Claretta sambil mengaca lewat kamera ponselnya.
Claretta tertawa kecil melihat tingkah temannya. "Udah cantik kok. Bentar lagi dia sampe."
Laura mengangguk kecil. Tidak butuh waktu lama, seorang cowo yang masih memakai seragam sekolah menghampiri mereka.
"Hai," sapanya.
Pandangan Laura seketika terhenti begitu saja. Dari penampilan, dia adalah tipe Laura. Tapi, tidak tau apakah bisa membuat Laura nyaman atau tidak.
"Adriel," kata cowo itu sambil mengulurkan tangan kepada Laura.
Laura pun meraih tangan Adriel. "Laura."
Karena tidak mau menjadi pengganggu, Claretta memilih untuk meninggalkan mereka berdua. "Gue duluan ya."
Awalnya Laura tidak setuju kalau Claretta pergi meninggalkannya. Tapi, karena ini adalah kesempatan untuk ngobrol berdua dengan Adriel, Laura pun mengiyakannya.
"Hmm. Udah makan?" tanya Adriel sambil membolak-balik buku menu yang ada di meja.
Laura menggelengkan kepalanya pelan. "Belom."
"Mau makan apa?"
"Yang ini aja. Sama minumnya air mineral," jawab Laura sambil menunjuk salah satu makanan.
Setelah memesan makanan dan minuman, keduanya saling diam. Sangat canggung.
"Sekolah dimana?" Akhirnya, Laura memutuskan untuk menyari topik duluan. Walaupun, baginya agak sulit.
"Kasih Karunia School. Tau?"
"Oh, tau. Deket sekolah gue dong ya?"
"Iya. Biasa lo sekolah sama siapa, Ra?"
"Sendiri," jawab Laura sambil tersenyum memperlihatkan deretan giginya.
Adriel merapihkan tatanan rambutnya menggunakan jari jemarinya, membuat Laura terpesona dengan wajahnya yang cool.
Beberapa menit kemudian, makanan mereka datang. Selama makan, hanya suara sendok dan piring beradu yang terdengar diantara mereka.
"Udah mau balik?" tanya Adriel setelah keheningan diantara mereka.
"Iya, udah sore. Takut dicari mama," jawab Laura setelah melihat arloji yang melingkar dipergelangan tangan kirinya. Waktu pukul 17:21.
Adriel melambaikan tangannya ke atas, memanggil pelayan disana. "Mas, bill-nya."
Tanpa disadari, Adriel merhatikan Laura yang sedang bermain ponsel dihadapannya. Cantik - batinnya. Sebenarnya, Adriel tidak kesulitan untuk mencari pasangannya. Tapi, yang menjadi permasalahannya adalah, semua cewe yang mendekatinya pasti hanya bertahan sebentar. Adriel adalah tipe cowo yang bosenan.
"Hei, ngeliatinnya serius amat," ucap Laura menyadari Adriel dari lamunannya.
Adriel terkekeh. "Kagum."
"Hah?" bingung Laura setelah mendengar respon cowo didepannya.
"Cantik," gumam Adriel yang masih bisa didengar oleh Laura.
Laura tersenyum malu. Pipinya memerah. Walaupun sudah sering dibilang 'cantik', tapi tetap saja malu.
Seorang pelayan datang, merusak suasana mereka. "Nih, dek, bill-nya."
"Gue yang bayar," ucap Adriel yang melihat Laura sedang mencari sesuatu ditasnya. Adriel yakin, kalau Laura sedang mencari dompetnya.
Setelah membayar, mereka berdua jalan menuju parkiran. "Lo balik sama siapa?" tanya Adriel sambil menoleh ke arah Laura.
Laura mengeluarkan kunci mobilnya, lalu menunjukkan kepada Adriel. "Bawa mobil."
"Rumah lo dimana emang?"
"Perumahan Royal Gading Mansion."
Adriel menganggukkan kepalanya. "Lumayan jauh dong ya."
"Mayan," jawab Laura sambil tertawa kecil.
"Makasih ya buat hari ini," kata Adriel sambil memiringkan tubuhnya ke arah Laura. Dia memberikan senyum hangatnya.
Laura ikut tersenyum. "Harusnya gue yang bilang terimakasih."
Hening. Laura pun berjalan meninggalkan Adriel.
"See you next time. Tiati ya, Ra," ucap Adriel sebelum Laura berjalan lebih jauh.
Laura menoleh ke belakang, ke arah Adriel. Dia melambaikan tangannya.
"Ra," panggil Adriel. Dia berjalan mendekati Laura.
"Hmm?"
"Bagi id line atau nomor hp lo dong," minta Adriel dengan tawa kakunya. Jujur saja, Adriel jarang sekali minta kontak cewe. Biasanya si cewe yang minta kontak Adriel.
Laura mengulurkan tangannya ke arah Adriel. Adriel mengerutkan alisnya, bingung apa yang dilakukan oleh cewe dihadapannya.
"Hp lo?" ujar Laura. Dia tau, pasti Adriel sedang bingung kenapa dia mengulurkan tangannya.
"Oh.. iya, bentar." Adriel mengambil ponselnya dari saku celana sekolahnya. Dia memberikan benda itu kepada Laura.
Menatap apa yang dilakukan Laura membuat otaknya berpikir keras. Adriel hanya bisa diam, merhatikan Laura yang sedang mengetik pada layar ponsel miliknya.
"Nih." Setelah mengembalikan ponsel milik Adriel, Laura berjalan menuju mobilnya. Waktu sudah menjelang malam. Dia takut ibunya khawatir.
*
Melihat suasana rumah yang sepi, membuat Laura sedikit bingung. Tumben sekali rumah ini sangat sepi. Biasanya jam segini pasti ada Arief yang sedang menonton televisi di ruang bawah. Dan, pasti ada Alma yang sibuk masak di dapur. Tapi, sore ini tidak seperti biasanya.
"Ma, pa," panggil Laura sambil menoleh sana-sini mencari keberadaan orang tuanya.
"Pada kemana ya," gumam Laura yang masih sibuk mencari orang tuanya.
"Mama sama papa pergi," sahut Olin. Dia berdiri dengan wajah judesnya.
"Kemana?" tanya Laura sambil menaruh tasnya ke atas sofa.
"Mana gue tau!" jawab ketus Olin.
Laura menghela nafasnya. Lalu tersenyum miris. "Gue salah apa sih sama lo?"
Olin tertawa, seakan-akan ada yang lucu dari perkataan Laura barusan. "Banyak!"
"Kenapa didepan orang-orang, lo selalu berbuat baik sama gue? Pas kita lagi berdua doang, lo jahat sama gue." Akhirnya Laura berani memberi tau apa yang ada dipikirannya sekarang.
Lagi-lagi Olin tertawa. "Gini ya.. kadang gue kasihan sama lo. Ga mungkin gue malu-maluin lo didepan orang-orang." Olin berbohong.
"Harusnya lo ngaca! Lo ga pantes ada disini!" teriak Olin membuat Laura menundukkan kepalanya. Karena takut terbawa emosi, Laura mutuskan untuk mengalah. Dia berjalan gontai menuju kamarnya.
*
Cuaca pagi ini tidak bagus. Sepertinya hujan akan turun. Laura baru saja menyelesaikan kegiatan mandinya. Kini dia sudah memakai seragam sekolahnya.
Setelah merasa siap, Laura menuruni anak tangga rumahnya. Dia mengambil roti yang ada di meja makan, lalu mengolesi dengan selai yang selalu tersedia di meja makan rumahnya.
Baru saja Laura melangkahkan kakinya menuju mobilnya, hujan turun cukup deras. Waktu sudah menunjukkan pukul 06:31, kalau dia tidak buru-buru berangkat, akan telat lagi. Dengan nekat, Laura mengambil payung dan menerobos derasnya hujan.
Tin tin
Mobil Laura terhalang oleh sebuah mobil yang tiba-tiba berhenti didepan gerbang sekolah. 5 menit lagi beli akan berbunyi. Karena kesal, Laura membuka jendela kacanya.
"Woi, maju. Gue mau masuk, udah telat," teriak Laura sambil menekan klaksonnya berkali-kali.
"Sabar," jawab cowo yang sedang turun dari mobil itu.
"Lama banget sih. Gue telat nih, belom parkirnya lagi. Terus jalan ke kelas lagi. Lu kira gue apaan bisa secepet itu. Gc lo-"
"Bawel banget sih!" ketus Nathan yang sedang membenari tali tas di bahunya.
Melihat mobil didepannya sudah berlalu, Laura mengegas mobilnya dengan kencang. Nathan hanya diam melihat mobil Laura yang berlalu cepat dihadapannya.
Laura berlari menuju kelasnya. Dia menoleh ke arah arloji yang dipakainya. Sudah lewat 3 menit. Semoga belom ada guru yang masuk ke kelas.
Tok tok
"Kamu lagi. Kenapa telat mulu sih kamu, Laura!!" teriak bu Ani. Laura tidak pernah tidak dihukum olehnya.
"Kenapa ibu yang masuk kelas saya mulu dah? Dari kemarin ketemu ibu mulu perasaan," gumam Laura yang membuat seisi kelas menahan tawanya. Hanya Laura yang berani melawan bu Ani.
Tok tok
"Misi. Maaf, bu, saya telat," ucap Nathan sambil menundukkan sedikit kepalanya.
"Kamu juga. Masih murid baru udah telat. Kalian berdua saya hukum!"
Laura memutar bola matanya malas. Kalau saja tadi mobil Nathan tidak mengganggu jalannya, pasti tidak akan telat.
"Kalian ikut ibu sekarang!"
Bukannya mengikuti bu Ani, Laura malah berjalan menuju mejanya. Melihat itu membuat bu Ani semakin kesal.
"LAURA!" suara bu Ani mengerikan. Seisi kelas reflek menutup telinganya.
"Sabar, bu. Mau naruh tas doang. Ya kali saya dihukum bawa-bawa tas," jawab Laura sambil melempar tasnya ke atas mejanya.
"Gue mau dong dihukum sama Nathan juga," bisik Claretta dengan wajah betenya.
Laura menggelengkan kepalanya setelah mendengar bisikan Claretta. Dia aja gamau dihukum sama Nathan. Kok Claretta mau sih? Masih cakepan juga Adriel.
"Cepetan Lauraa.." Bu Ani membuka pintu dengan keras. Untung saja tuh gagang pintu gak copot.
"Iya iya."
Nathan menoleh ke arah bu Ani. Beneran mereka disuruh beresin aula yang segede ini? Dengan waktu 1 jam? Belom tentu Laura mau ikut beresin.
"Gamau, bu. O-to-the-gah, ogah!" bete Laura sambil berkacak pinggang. Dia mengalihkan pandangannya ke arah lain. Males banget beresin aula segede ini. Malah cuman berdua sama Nathan.
"Laura.."
"Iya, bu. Iya," potong Laura. Dia sudah tau, bu Ani pasti akan ngomong panjang lebar. Supaya itu tidak terjadi, Laura mengiyakannya.
"Awas ya kamu kabur lagi, Laura! Kemarin buku di perpus aja gak kamu selesain! Kalo sampe ini gak selesai, orang tua kamu akan saya panggil." Bu Ani pun meninggalkan mereka berdua didalam aula.
Thank you buat yang udah ngebaca❣️
Tunggu episode berikutnya ya!
Like dan komen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Nelly Susy
up
2020-09-18
1