Dengan ditemani rembulan yang bersinar begitu perkasa di singgasananya dan diperindah oleh kelip bintang. Liana duduk sendiri diatas ayunan yang berada halaman samping rumahnya.
Sesaat kebimbangan merajai pikirannya, saat mengingat tentang calon Suami yang satu paham dengannya menentang keras perjodohan ini.
Namun disisi lain Ayahnya dan juga calon Ayah mertuanya yang sangat bahagia dengan perjodohan yang telah diatur mereka sejak lama.
"Ah... Tempat ini sama sekali tidak berubah" Desah Ayah berjalan kearah sang Putri yang duduk sendiri dipekarangan rumahnya yang tak cukup terang.
"Sama seperti pertama kali Ayah buatkan ayunan ini untukmu" ulas Ayah sembari duduk disebuah bangku yang terbuat dari tumpukan batu bata tak jauh dari tempat Liana saat ini.
"Ayah belum tidur?" sejenak Liana menoleh memandang lembut wajah Ayahnya disertai dengan senyum diwajahnya.
Geleng Ayah, "Ayah, ingin menemani Putri Ayah."
"Apa Kamu ingat? Waktu itu Kamu menangis tanpa henti meminta dibuatkan ayunan ini, kalau tidak salah kamu berumur sekitar dua belas tahunan atau kurang ya?" ucap Ayah mencoba mengulang memori masa lalunya.
"Hiss...!" Desis Liana dengan tampang cemberut.
"Ayah yang benar saja! Aku tidak mungkin menangis hanya minta ayunan saat berumur setua itu. Waktu itu Aku masih berumur delapan tahun bukan dua belas tahun. Ayah!" protes Liana.
"Ahhh benarkah?" Senyum sesal Ayah.
"Tentu saja." Tegas Liana
"Maafkan Ayah, daya ingat Ayah semakin menurun." Sesal Ayah.
"Tidak apa-apa. Biarpun nantinya Ayah sudah tidak dapat mengingatku, bagi Liana Ayah tetaplah yang terbaik" puji Liana.
"Benarkah? Sesayang itu kah Liana pada Ayah?" Tanya Ayah penuh dengan harapan.
"Ayah ini bicara apa? Tentu saja Aku sangat sayang padamu. Lebih dari yang Ayah bayangkan" jelas Liana.
"Terima kasih telah mencintai Ayah tanpa surut! Walau setelah apa yang Ayah lakukan padamu sungguh tidak adil" Ayah menyadari itu, jika sang Anak sulung berkorban besar tentang kekacauan yang dia buat dimasa lalu.
"Ayah ini bicara apa? Cinta Liana pada Ayah tidak akan kikis meski apapun itu. Walaupun Ayah sering lupa, bertambah keriput atau apapun itu, tapi Ayah tetap yang terbaik bagi Liana" tutur lembut Liana sembari turun dari ayunan dan memeluk Ayahnya dari belakang.
"Liana sayang Ayah" Ungkap Liana dengan mata yang berkaca-kaca.
"Ayah juga sangat, sangat menyayangi putri Ayah ini" balas Ayah sambil mengelus lembut tangan Liana.
"Liana!" panggil Ayah dengan suara tuanya.
"Hem?"
"Bagaimana pendapatmu tentang Arvin? Apakah dia tampan?"
"Dia memang tampan tapi jauh lebih tampan Ayah." Nilai Liana.
"Dasar gadis nakal, mana bisa Kamu membandingkan lelaki tua keriput ini dengan pria setampan Arvin."
"Memang kenyataanya seperti itu. Ayahlah pria tertampan, terbaik diseluruh dunia ini."
"Sudah jangan buat kepala Ayah bertambah besar kerena dipuji terus?"
"Memang kenapa? Tidak ada salahnya kan dipuji anak sendiri?"
"Iya, memang anak ayah yang satu ini benar-benar pintar sekali menggambil hati Ayahnya".
Suara gela tawa keduanya terdengar sampai kedalam rumah. Ibu yang menyaksikan adegan itu seketika meneteskan air matanya karena terharu melihat pengorbanan anaknya yang merelakan kebahagiaannya hanya demi menjaga senyuman Ayahnya agar tetap merekah menghiasi wajah tuanya.
"Ayah!" Seru Liana.
"Hem?"
"Aku rindu sekali bermainan ayunan bersama Ayah lagi. Seperti waktu aku masih kecil" ujar Liana.
"Saat itu Ayah mengayunkan ayunannya tanpa berhenti." Ulik masa Lalu Liana yang tersimpan apik di otaknya.
"Saat itu Aku merasa sedang terbang, hampir mencampai Awang-awang" ucap Liana mengatakan perasaannya.
"Kenapa hanya waktu kecil. Kalau Liana mau? Saat ini juga Ayah akan mengayuh ayunan untuk Liana" tawar Sang Ayah.
"Memang bolehkah?" tanya Liana mencoba memastikan.
"Tentu saja. Dengan senang hati Tuan Putri" tutur manis Ayah sembari membungkukkan badannya, memberikan sebuah tawa kecil di bibir Liana.
"Sekarang duduklah yang manis dan berpeganglah yang erat! Karena kita akan segera meluncur dengan cepat".
Ayah mulai mengayun dengan penuh rasa sayang. kebahagiaan yang begitu sederhana tercipta begitu indah seperti bintang dilangit malam walau cahayanya kecil tapi sinarnya membuat malam yang terselimut kabut putih dan langit hitam pekat terlihat begitu menakjubkan.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments