Siang hari, suasana rumah menjadi ramai dengan kedatangan Ayah, Ibu, dan Ceu Edoh. Mereka langsung menuju ruang keluarga dimana Andina baru saja selesai menyusui Baby Aqila.
Ibu menenteng rantang stainles berisi sayur katuk yang dibuatnya di rumah.
"Teteh, nih makan dulu sayur katuknya mumpung masih hangat. Biar ASI nya makin melimpah." Ibu menyimpan rantang di atas meja.
"Neng Andin, Mas ganteng, selamat ya. Semoga putrinya menjadi anak yang soleha. Maaf ceu Edoh nggak ngasih apa-apa, hanya bawa sekantong baju untuk kerja di sini--" Ceu Edoh berkata sambil mesem-mesem. Ia terlampau bahagia dan semangat saat mendapat tawaran dari Ibu Desi untuk bekerja di rumah Arya.
"Aamiin. Do'anya saja sudah cukup, Ceu Edoh." Andina yang membalas. Arya hanya tersenyum menanggapinya.
"Oh ya, Ceu. Beneran mau kerja di sini? Nggak terpaksa kan?" Andina ingin meyakinkan lagi. Ia sudah sepakat dengan Arya untuk menambah asisten rumah tangga untuk membantu Bi Idah. Kehadiran anggota keluarga baru tentunya akan menambah pekerjaan rumah tangga.
"Ugghh sama sekali tidak terpaksa Neng. Yang ada malah seneng, serasa mimpi. Mana Kang Adang lagi nganggur, sementara urusan perut dan biaya sekolah anak harus tetap ada." Ceu Edoh menjelaskan dengan berapi-api, lengkingan suaranya membuat Baby Aqila terperanjat.
Ceu Edoh langsung mendapat teguran dari Ibu Desi agar volume suaranya dikecilkan. Ia pun menutup mulutnya sambil cengengesan.
"Suami Ceu Edoh biasanya kerja apa?" Arya pun ikut menimpali.
"Kang Adang kerjanya serabutan, Mas ganteng. Jadi buruh bangunan bisa, sopir tembak angkot hayu, jadi hansip acara hajatan oke."
"Suami Ceu Edoh sekalian saja kerja di sini jadi security merangkap tukang bersih-bersih taman. Mau nggak?" Arya yang berempati dengan cerita Ceu Edoh tentang keadaan ekonominya, berinisiatif menawarkan pekerjaan juga untuk Kang Adang.
Ceu Edoh membelalakan matanya yang berat karena bulu mata anti maling eh anti badai. Ia memang dandan paripurna karena akan berjumpa Mas ganteng idolanya. Orang yang dulu selalu ceu Edoh intip saat berkunjung ke rumah Andina.
"Ini mah namanya sudah jatuh tertimpa tangga. Alhamdulillah, mau banget atuh Mas ganteng. Eceu akan telepon si akang, dia pasti seneng dengar kabar ini." Ceu Edoh dengan percaya diri membuat ungkapan. Dirinya bertambah senang juga tampak girang bukan kepalang.
Arya tertawa lepas mendengar bagaimana pede nya Ceu Edoh menyampaikan peribahasa. Andina dan yang lainnya pun ikut terkekeh dibuatnya.
"Edoh, salah atuh peribahasanya. Harusnya 'Seperti mendapat durian runtuh'," ujar Ayah Wahyu meralatnya. Orang yang ditegur hanya cengengesan karena malu, sudah salah membuat ungkapan.
"Tapi nanti anak-anak sama siapa Ceu?" tanya Andina. Jangan sampai dua orang anak ceu Edoh yang masih sekolah SMP itu tidak ada yang mengurus jika dua-duanya bekerja.
"Di rumah kan ada emak, Neng. Jadi tenang."
Andina mengangguk. Ia lalu menitipkan Baby Aqila kepada Arya karena mau mengajak Ceu Edoh ke dapur sekalian makan sayur katuk. Sekalian juga mengenalkan dengan Bi Idah.
"Ceu Edoh nanti satu kamar sama Bi Idah, itu kan ada 2 bed. Kalau Kang Adang nanti satu kamar sama Pak Asep." Andina memberi arahan sekaligus tugas yang harus dikerjakan Ceu Edoh. Intinya, diharapkan keduanya harus kompak dalam berbagi pekerjaan.
"Oh ya satu lagi, Ceu Edoh nggak perlu dandan cetar begitu, kayak mau dangdutan saja. Dandan sederhana saja dan seperti ini Ceu Edoh makin cantik." Andina mengacungkan jempolnya dengan tampilan Ceu Edoh yang memakai kerudung instan. Yang dipuji hidungnya tampak kembang kempis, senang.
Di ruang keluarga
"Nak Arya, keberatan nggak dengan kelakuan Ceu Edoh seperti itu? Dia memang selalu rame, bicaranya heboh tapi baik dan bisa diandalkan kok," Ibu meminta pendapat Arya. Kalau-kalau menantunya itu tidak menyukainya.
"Nggak apa-apa Bu. Malah seru, rumah jadi rame. Arya juga akan tenang kalau sewaktu-waktu harus ke luar kota. Andina ditemani orang-orang yang bisa dipercaya."
Dengan raut muka baru bangun tidur, Athaya menghampiri Papinya yang duduk di sofa sedang memangku Baby Aqila. "Hei, jagoan Papi sudah bangun--" Arya mengecup puncak kepala Athaya yang menggelayut di lengannya.
"Sini neng geulisnya sama Aki dulu." Ayah mengambil alih Baby Aqila yang masih terjaga, mungkin karena suasana ramai yang didengarnya. Matanya mengerjap-ngerjap saat sang kakek menimangnya.
"Aki, kaka juga mau digendong." Athaya berdiri di sofa dengan merentangkan tangannya. Arya melarangnya karena Aki Wahyu akan kerepotan. Tapi Athaya merengek karena tak mau kalah mendapat perhatian dari kakeknya itu.
"Ayo sini Aki gendong. Tapi kakak di belakang ya!"
Athaya dengan senang, nemplok di punggung sang kakek. Sementara adiknya digendong di depan.
"Pegangan yang kuat ya!
Nelengnengkung Nelengnengkung **
*G*eura gede geura jangkung
Geura nyiar elmu luhung
Geura mikanyaah indung
Lunta ka tungtung Cipandan
Dugi kana babantarna
Cintana indung ka anak
Sesah milari pantarna
Ayah Wahyu sambil berdiri, menyanyikan sepotong tembang Cianjuran "NIMANG". Tembang yang sarat makna petuah untuk anak agar selalu berbakti kepada orangtua.
Baby Aqila seperti menikmati kesyahduan sang kakek selama menimang dirinya sampai matanya terpejam dalam lelap.
Arya tersenyum menyaksikan pemandangan kakek dan cucu yang hangat itu. Dia juga turut mendengarkan lirik tembang yang dinyanyikan sang mertua.
...0000000...
**
Nelengnengkung Nelengnengkung
Segeralah besar dan tinggi
Segeralah mencari ilmu yang hebat
Segeralah menyayangi Ibu
Pergi ke ujung Cipandan
Sampai ke bagian yang dangkal
Cintanya Ibu kepada anak
Susah mencari bandingnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Aisyah Hayati
penasaran dgn visualnya ceu edoh 🤣
2022-09-05
1
Ekawati Hani
Thor, Ceu Edoh visual yg ada di imajinasiku pembantu nya kang Mus preman pensiun😁 yang jd asisten nya ceu esih klo bikin kicimpring😁
2022-04-08
1
s4r1
oalahhh jd dr sni ceu edoh datang.mknya kaget kok di part 1 sdh ada ceu edoh😃..mantap euy
2022-02-26
1