Hari masih pagi, baru pukul 6 lebih 15 menit. Tapi langit sudah terang karena sinar mentari yang mulai terbit. Seorang pria dengan setelan hoodie dan celana jogger berlari pelan menuju sebuah rumah yang asri dengan taman yang tertata. Di dalamnya terdapat satu pohon mangga rindang yang belum berbuah karena belum musim.
Dengan keringat bercucuran, Rendi masuk ke dalam rumah langsung menuju ruang makan. Seperti biasa, segelas air putih hangat sudah tersedia di meja, disiapkan sang istri. Jogging pagi minimal 30.menit menjadi rutinitasnya sebelum berangkat praktek ke rumah sakit. Hm, pantas saja badannya selalu bugar dan kekar.
Selesai duduk dengan meminum segelas tinggi air hangat, Rendi berpindah menuju halaman belakang.
"Sayang--" Rendi memanggil Marisa yang sedang berenang. Ia berjongkok di tepi kolam. Airnya yang seolah biru karena pantulan keramik kolam tampak menyegarkan. Suara gemericik air mancur di sudut pilar benteng yang tinggi, dengan aneka tanaman hias menambah kesejukan dan kesegaran mata saat memandang.
Marisa hanya melambaikan tangan. Ia kembali meluncurkan tubuh indahnya dengan gaya dada menuju ujung kolam sepanjang 8 meter.
Byurrr.
Hanya dengan memakai celana dalam dan bertelanjang dada, Rendi ikut menyusul istrinya yang bergerak ke ujung. Marisa bersandar di tepi kolam, tersenyum lebar menunggu kedatangan Rendi yang mendekat padanya.
"Aww--" Marisa memekik geli dan tertawa lepas karena Rendi yang menyelam, memeluk perutnya sambil menggelitiki. Wajah tampannya muncul ke permukaan, mendaratkan morning kiss di bibir sang istri.
Marisa melingkarkan tangannya di leher suaminya itu, membalas pagutan tak kalah panas. Sinar mentari pagi menambah hangat dua sejoli yang saling bertaut bibir, menikmati desiran dan hasrat yang kini mencapai ubun-ubun, menginginkan lebih.
"Naik yuk, sayang!" suara Rendi tampak berat dengan nafas yang memburu. Mereka saling beradu kening, menormalkan kembali tarikan nafas yang tersengal efek ciuman hot yang mereka ciptakan.
"Hubby, baru saja turun. Ayo 2 balikan lagi baru naik!" Marisa mendorong tubuh berotot Rendi hingga bergerak berenang dengan gaya punggung.
Marisa menonton gerak suaminya itu dari atas sambil berjemur di kursi santai pinggir kolam. Selesai menuntaskan berenangnya, Rendi menghampiri Marisa, ikut duduk menempel di sisi kursinya.
"Sayang, ada kegiatan apa hari ini?" Rendi mengusap teteaan air yang jatuh dari rambutnya menimpa pipi mulus istrinya.
"Aku mau ke rumah kak Arya dulu, pengen ketemu baby Aqila. Gemes. Jadi pengen segera punya *bab*y deh." Marisa tersenyum, mengusap perutnya yang masih rata.
"Sabar. Kita jalani dan nikmati saja, jangan jadi beban." Rendi mengecup pipi sang istri dengan mesra.
"Iya Hubby."
"Terus nanti jam 11 aku ada janji ketrmuan sama Mona dan Lula di cafe nya mbak Celine. Sebelum hubby pulang, aku sudah ada di rumah kok." Marisa.mengusap rahang tegas suaminya yang sedikit kasar karena dipenuhi jambang halus yang belum dicukur.
****
Suasana rumah satu lantai bergaya tropis mediterania itu tampak sepi. Asisten rumah tangga sedang berbelanja ke pasar, membeli kebutuhan dapur. Di kamar utama, tuan dan nyonya rumah melanjutkan olahraga pagi di atas ranjang. Bergelut menyalurkan segenap rasa cinta, rasa saling memiliki dan membutuhkan, sekaligus menyemai benih yang semoga kelak menuai buah.
"Terima kasih, sayang." Rendi mengecup bibir Marisa selesai mencapai bersama puncak kenikmatan surga dunia. Rendi menjatuhkan tubuhnya di sisi sang istri, mengistirahatkan sejenak tubuhnya yang berkeringat.
"Hm. Baru saja mandi, jadi mandi lagi deh," ujar Marisa dengan mata terpejam sambil mengatur nafasnya yang masih terengah.
"Coba tadi bercintanya di kamar mandi, kan jadi gak perlu dua kali mandi." sahut Rendi sambil mendekap tubuh polos istrinya di balik selimut.
Marisa memiringkan tubuhnya menjadi menghadap suaminya. "Ya nggak boleh dong hubby. Bercintanya suami istri itu bagian dari ibadah. Dan ibadah itu harus dilakukan di tempat yang suci. Kamar mandi kita memang bersih, tapi tidak suci. Bagaimana mau menghasilkan bibit anak soleh kalau membuatnya aja di sembarang tempat." Marisa langsung sewot menceramahi sang suami yang hanya terlihat rambutnya saja.
Rendi yang membenamkan kepala di dada sang istri tampak tersenyum lebar. Kegemasannya terhadap Marisa ia tumpahkan dengan mendusel- dusel wajahnya di bagian yang empuk nan menghangatkan. Dia bukannya tak tahu, hanya sengaja mengetes Marisa sejauh mana dia tahu soal adab berhubungan suami istri.
Marisa mulai.menguap berkali-kali. Bergelung dalam selimut dan lelahnya usai bercinta membuatnya mengantuk. "Ah, aku jadi ngantuk. Mau bobo lagi ah--"
"Eh-eh nggak boleh tidur lagi sayang, nanti saja siang tidurnya. Ayo aku gendong ke kamar mandi, kita mandi bareng lagi." Tanpa menunggu jawaban, tangan kekar Rendi mengangkat tubuh istrinya. Membawanya ke kamar mandi. Marisa hanya tersenyum manja, pasrah saat suaminya kembali menyalakan shower air hangat mengguyur tubuh keduanya.
Selesai sarapan pagi, Marisa mengantar Rendi sampai teras dengan membawa jas putih tersampir di lengannya. Celana panjang hitam berpadu kemeja navy lengan pendek, membungkus tubuh proporsional Rendi yang tampan dan fresh look.
"Awas ya hubby, kalau ada emak-emak ganjen jangan tebar pesona, jangan diladeni!" Marisa memberikan jas putih khas profesi dokter itu diiringi ultimatum. Resiko punya suami dokter tampan, jadi bahan halu emak-emak juga perempuan lajang yang melihatnya. Mungkin, salah satu penyebab pasiennya banyak karena pesona sang dokter yang ramah plus tampan.
Rendi terkekeh menanggapi istrinya yang menjadi posesif jika sudah berhubungan dengan perempuan yang suka tebar pesona terhadapnya.
"Siap kanjeng ratu. Satu bidadari sepertimu sudah cukup memenuhi relung hati, memberikan ketenangan dan kenyamanan untukku. Untuk apa melirik wanita lain di luaran." Rendi mengedipkan matanya. Dicubitnya dagu lancip istrinya dengan gemas.
"Kamu juga sayang, nggak boleh tebar pesona sama cowok-cowok teman kampus atau cowok manapun. Nanti aku suntik mati cowok itu!" Rendi balas mengultimatum sang istri yang tentu saja dengan suasana becanda.
"Siap pak dokter,.hamba akan patuh!" Marisa mengangkat tangan kanannya memberi tanda hormat. Keduanya kompak tertawa bersama dengan kelucuan yang mereka buat.
Marisa mengecup punggung tangan suaminya yang dibalas Rendi dengan kecupan mesra di keningnya. Senyum manis dan lambaian tangan mengantarkan Rendi yang keluar melajukan mobilnya menuju rumah sakit tempatnya praktek pagi. RSIA AMINAH.
Sebuah motor ojol berhenti di depan gerbang, saat Marisa akan menutupnya. Bi Titi, asisten rumah tangga baru datang dari pasar dengan membawa dua kantong belanjaan.
"Biar bibi yang nutup neng," bi Titi yang baru turun dari motor mencegah Marisa yang akan mendorong pintu gerbang. Biasanya itu menjadi tugas mang Musa, hanya saja dia sedang mengantarkan beras ke Rumah Singgah Silih Asuh milik Andina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
zian al abasy
hehe bru ini bca novel penuh makna hehee..biasany kbnyakan novel brcinta senng ny d kmar mandi..d meja kerja d kntor d dapur meja d smua tmpt tp ini beda bner"ajaran islam yng sesungguhny gk mnjijikan sprti crta yng lain..mmpir lg thor nyari lg kryamu thor dn ktmu..crtanya bnyak masukan ilmu bs d contoh..crtnya kocak prshbatn sejti.
2024-07-02
3
lucky gril
dikira mak salah alur ternyata alhamdulillah alur cerita nya ternyata lanjutan dr sintriple A😍
2024-04-24
0
Teh Ai..
up date
2024-02-12
0