Andina menyelimuti Baby Aqila yang kembali tertidur setelah kenyang menyedot ASI. Ia memindahkan sang bayi ke dalam box nya, khawatir kalau tidur di ranjang Athaya yang masih terlelap, berguling menimpa adiknya. Maklum, anak sulung itu kalau tidur selalu bergerak, berguling posisi. Arya sedang pergi ke masjid subuh dan belum kembali.
Andina melirik jam berbentuk bulat yang menempel di dinding. Sudah jam 6 pagi ternyata, tapi ia masih mengantuk karena tengah malam harus menemani sang putri yang melek, mengajaknya bicara, sambil memberinya ASI. Beruntung Arya setia menemaninya begadang hingga dirinya merasa tenang dan bahagia.
Andina sudah membaca tentang Baby Blues Syndrome. Ia bersyukur tidak mengalaminya, karena banyak yang perhatian kepadanya. Paling pertama tentu Arya, ia selalu ada di dekatnya dikala malam begadang. Siang, ada Mama dan Ibu yang selalu mengunjunginya sampai sore. Jadinya siang dan malam ada orang-orang terdekat yang ikut merawat kedua anaknya.
"Eh, Mas Arya. Ngapain?" Andina yang baru keluar dari kamar mandi dengan tubuh segar berbalut kimono, menjengit kaget. Tiba-tiba pinggangnya direngkuh dari belakang oleh suaminya, yang tidak tahu kapan datangnya.
"Sayang, hmm segar sekali. 40 hari berapa lama lagi sih. Aku jadi pengen--" Arya mengecup leher putih Andina yang terbuka. Rambutnya yang basah dibungkus handuk yang digelung ke atas.
"Mulai deh mesum. Baru seminggu Mas, sabar atuh. Sudah ah, lepas. Nanti jadi tegangan tinggi aku nggak tanggung jawab--" Andina mengurai tangan Arya yang melingkar di perutnya.
"Tunggu dulu, sayang. Aku ada kejutan untukmu. Sekarang pejamkan mata!" Arya membalikkan tubuh istrinya sehingga menghadapnya. Dengan raut heran, Andina menuruti perintah Arya.
"Berapa lama Papi? Aku sudah merem nih," ujar Andina, karena merasa Arya tidak melakukan apapun.
"Sekarang buka matanya!" Arya memberikan kembali perintah.
Perlahan Andina membuka matanya. Pandangannya langsung disambut dengan kilau liontin berlian berbentuk hati.
"Happy first anniversary, Andinaku." Arya memakaikan kalung bertali pendek itu di leher jenjang sang istri. Ciuman hangat mendarat di bibir merah jambu Andina, menyesap manisnya sesaat.
Andina tentu kaget dengan kejutan yang diberikan Arya. Ia lupa jika hari ini adalah tanggal pernikahan mereka.
"Ah, maaf suamiku. Aku sampai terlupa--" Andina memegang kalung yang dipasangkan oleh Arya. Menatapnya dari pantulan cermin. Kalung yang mencerminkan karakternya, simpel tapi elegan.
"Ini indah sekali, Mas. Makasih ya." Andina balas mengecup pipi suaminya.
"Hm, melihat sikapmu yang biasa-biasa, aku yakin kamu pasti lupa." Arya menjawil hidung mancung Andina dengan gemas.
"Sayangnya kita nggak bisa ngerayain ke luar. Aqila baru seminggu," lanjut Arya sambil membantu Andina memakaikan gamis busui.
Andina menggelengkan kepalanya. "Bukan soal kemananya, yang penting dengan siapanya. Kita ngumpul di rumah saja sama anak-anak, buatku sudah bahagia. Yang penting kebersamaan, Mas."
"Wow amazing. Istriku bijak sekali!" Arya mendekap erat Andina yang selesai mengganti baju. Kemesraan mereka terganggu dengan suara tangis Aqila yang membuat Athaya pun ikut terbangun.
****
Baby Aqila menggeliatkan tubuhnya saat merasakan hangatnya mentari pagi. Di samping baby bouncer yang digunakannya, Arya tampak menjaga dengan hati-hati. Dengan menggunakan kacamata hitam, sang putri terlihat imut dan lucu. Athaya tak ketinggalan ikut menemaninya sambil sesekali mencium pipi merah adiknya dengan sayang.
"Sudah berapa lama berjemurnya, Papi? Jangan lama-lama--" Andina datang menghampiri ketiganya dengan membawa susu untuk Athaya.
"Baru 8 menit, sayang. 2 menit lagi selesai." Arya melirik jam yang melingkar di tangannya. Sebelumnya Andina sudah mengingatkan, cukup berjemur 10 menit saja sesuai anjuran dokter.
"Ini susu buat kakak. Ayo diminum biar cepat besar. Biar bisa gendong adek--" Andina memberikan segelas susu hangat kesukaan Athaya.
"Susu buat ade mana?" sebelum meminumnya, Athaya mendongak menatap Mama Andina yang berdiri ikut mengawasi Baby Aqila.
"Adek udah minum susu tadi, udah kenyang. Ayo kakak minum, jangan lupa bismillah dulu--"
Athaya mengangguk patuh. Dengan suara cadel ia mengucapkan bismillah, lalu meneguk susunya sekaligus sampai tandas dan bersendawa.
"Udah habis Ma--" Athaya mengangkat gelasnya yang sudah kosong.
"Alhamdulillah, kakak pinter deh!" Andina mengacungkan jempolnya. Memberi pujian kepada Athaya agar anak itu senang mendapat apresiasi.
"Baby Aqila sudah selesai berjemur, Mama. Sekarang mau apa lagi?" Arya menggendong putrinya yang kedua pipinya makin berisi, sambil ditimang-timang. Sungguh pemandangan yang adem siapapun yang melihatnya. Keluarga kecil itu begitu kompak saling membantu merawat buah hati.
"Dibawa lagi ke kamar, Mas. Adek waktunya mandi," jawab Andina sambil menuntun Athaya ikut ke dalam.
"Kaka juga mau mandi!" rengek Athaya yang minta dimandikan oleh Andina.
"Kakak mandinya sama Papi aja. Kita main gelembung-gelembung sabun, mau gak?" Arya membujuk Athaya agar tidak merajuk terus sama Andina. Dan Athaya pun berseru girang menyahuti ajakan Papinya.
Beberapa kado yang belum sempat dibuka tersimpan rapi di dekat box bayi. Diantaranya dari teman-teman Andina, juga dari kantor pusat yang datang diwakili oleh Meta dan beberapa staf perempuan. Memberikan ucapan selamat atas kelahiran Baby Aqila.
"Mas, belum siap-siap ke kantor?" Andina yang selesai memandikan Aqila, ikut duduk di ruang keluarga. Aroma wangi sang bayi membuat Arya yang tengah fokus berkutat dengan laptopnya menjadi berpaling. Ia simpan laptopnya di meja, lalu memperhatikan bayi yang sedang menyedot ASI dengan rakus itu.
"Aku mau nemenin kamu dulu di rumah. Besok baru masuk kantor." Arya mengecup pipi istrinya dengan sayang. Wanita yang telah memberinya anak perempuan yang lucu itu, meskipun badannya lebih gemuk, sama sekali tidak mengurangi rasa sayang Arya terhadapnya.
"Mas Arya, nggak perlu khawatir. Aku nggak terkena baby blues kok, aku menjalani momen merawat bayi dengan ikhlas. Begadang malam, jam tidur jadi tak teratur, aku ikhlas kok. Makanya tidak stres" Andina meyakinkan Arya agar tenang. Sudah 5 hari suaminya kerja dari rumah demi menemaninya.
Arya menatap mata indah dengan bulu mata lentik itu. Mencari kesungguhan di kedua netranya.
"Oke sayang. Kalau seperti itu aku jadi tenang." Kekhawatiran Arya bukan tanpa alasan. Karena dulu mami nya Athaya mengalami syndrome itu. Bawaannya sensitif, uring-uringan tak karuan. Tapi memang Arya selama menemani Andina di rumah, tidak mengalami hal itu.
Tentu saja, karena mereka dua perempuan yang berbeda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Evy
pasangan terlove love aqu
arya&andina.. ❤❤
2023-02-12
1
Mmh Rilfa
y nmanya orkay,..gmpg bgt kzh hadiah,.kzh kejutan buat istri,.yg psti si istri sueneng bgt,.lah qt..org nggk berada mna ada thor,..bs mkn z udh syukur,...
2022-03-10
2
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
ademnya
2021-11-25
2