EMPAT SEKAWAN LOVE STORY
Ini adalah season 2 SANG PENGASUH. Yang belum baca, sebaiknya baca dulu ya. Biar dapat benang merahnya.
Cerita kita mulai kembali dari pasangan Ricky dan Safa yang belum genap sehari naik status menjadi suami istri.
Jangan lupa tinggalkan jejak di bawah ya, readers tersayang!
.
.
****
Telepon dari Andina membuat Safa girang bukan kepalang. "Beb, beneran mau lahiran sekarang?" Tapi tak ada sahutan lagi dari sebrang sana.
“Hallo, Safa.”
Suaranya berganti, rupanya telpon diambil alih oleh Arya. Dengan wajah serus Safa membalas iya-iya setiap menanggapi perkataan Arya dari sebrang. Dan akhirnya mereka berjanji untuk bertemu di rumah sakit saja, tak perlu ke rumahnya.
Setelah menutup pintu dan menguncinya, Safa bergegas menuju lemari, dengan tergesa membuka baju tidur yang dipakainya tanpa mengindahkan sekeliling. Cukup lama Safa menimang-nimang memilh baju yang akan dipakai diiringi hariring pelan, hanya dia yang tahu lagu apa yang dinyanyikan. Dasar Safa, dia cuek saja dengan kondisi hanya memakai pakaian dalam saja.
“Astagfirullah hal’adziim”
Safa memekik kaget saat seseorang muncul dari kamar mandi. Ricky yang muncul dari kama mandi, ikut kaget melihat Safa yang tanpa baju.
Baju yang belum dipakai, ditutupkan ke tubuh bagian depan sambil dirrinya undur memepetkan badan ke lemari. "Ya Allah, kok aku bisa lupa kalau aku sudah menikah dengannya," batin Safa.
“Ahh, A Iky awas tutup mata dulu. Eh berbalik aja deh, aku mau pakai baju nih." Safa menahan Ricky yang akan melangkah mendekatinya.
"Sudah gitu aja sayang. Ini kan waktunya buka-bukaan." Ricky menaik turunkan kedua alisnya dibarengi senyum penuh arti. Tanpa bisa dicegah, Ricky mendekati Safa dan memeluknya penuh hasrat.
“Eits, lepas Aa, ayo kita ke
rumah sakit. Andina mau lahiran…” Safa menahan bibir Ricky yang bersiap akan
menyosornya.
“Besok saja kita menengoknya ya!” Bibir Ricky memberontak dari telunjuk Safa yang menghalanginya.
“Ihh nggak bisa-gak bisa , aku sudah saling janji akan menunggui saat momen lahiran. Plis ya ya Aa Iky sayang--" Safa merayu Ricky dengan tatapan memelas disertai usapan lembut ujung jari menyusuri wajahnya.
“Kenapa sih harus melahirkan di malam pertama kita." Ricky mendengus sambil mengurai pelukannya. Tongkat sakti di bawah pusar yang sejak tadi tegak, tidur lagi karena adanya ketukan di pintu. Kini pun kembali tegak tapi harus segera ditenangkan karena belum waktunya meninggalkan jejak di wilayah teritorial.
“Ya mana bisa kita nawar, semua sudah kehendak Allah," sahut Safa melirik suaminya dari pantulan cermin. Ia sudah memakai bajunya dengan cepat saat Ricky berjalan menuju ranjang.
“Sabar, kiita masih punya malam-malam yang lain. Ayo cepet Aa, aku sudah siap!”
Dengan lunglai, Ricky melangkah kembali ke kamaar mandi. " Gerutuan Ricky hanya diteriakkan dalam hatinya saja. Saat ini, ia sedang berupayamembujuk tongkat saktinya agar tidur kembali.
****
“MasyaAllah cantiknya keponakanku." Safa memandang takjub bayi merah yang terlelap dalam gendongan Mama Rita.
“Safa mau gendong?” Mama Rita menyorongkan bayi ke depan Safa. Namun Safa menolaknya.
"Aku belum berani Ma, masih anget bayinya."
“Apaan sih beb, kayak kue baru keluar dari oven." Andina terkekeh dengan kelakar Safa. Ada-ada saja istilah yang dibuat solmetnya itu.
"Fa, sorry ya malam pertamanya jadi terganggu," Andina berbisik pelan saat ada kesempatan berdua dengan Safa.
“Woles aja beb, malam besok juga masih panjang," sahut Safa santai.
Jam dua dini hari, Safa dan Ricky pulang bersamaan dengan yang lainnya. Selama di rumah sakit, Ricky terlampau kenyang diledekin ketiga Cs nya hingga kantuk pun lewat. Diluar ekspektasinya, ia berhasil ikut mengalami kegagalan malam pertama.
Sampai di rumah, hasratnya sudah hilang oleh rasa lelah dan ngantuk yang mendera. Keduanya pun terkapar di ranjang. subuh terbangun hanya untuk sholat, lalu melanjutkan kembali tidur yang belum cukup.
Sore hari kedua,suasana rumah mulai kembali ke semula. Kerabat sudah pulang ke alamatnya masing-masing. Hanya keluarga inti yang kini sedang bersantai menikmati sore.
"Ricky, kenapa buru-buru pindahan. Disini dulu atuh sampai seminggu mah." Mama Lilis kaget mendengar Ricky akan mengajk pindah Safa besok, ke apartemennya.
"Lusa, akku mulai masuk kerja lagi Ma. Soalnya boss Arya belum bisa masuk kantor, masih betah di rumah sama si kecil. Kalau berangkat dari sini terlalu jauh." Selain alasan jauh, tentu saja ada alasan lainnya. Dia ingin bebas berekspresi memperlakukan istrinya. Kalau di sini canggung dengan mertua.
“Biarkan aja Ma, kan sekarang tanggung jawab kita selaku orangtua sudah berpindah ke suaminya. Mau dibawa kapanpun dan kemanapun, itu sudah hak suaminya. Safa wajib nurut." Bapak Sujana ikut berkomentar
“Iya pak. Tadinya mamah masih sono (kangen) sama pengantin. Kalau gitu alasannya sih, Mama nggak bisa nahan."
“Tenang aja Mah, kita nanti akan sering main ke sini kalau libur. Aku juga akan kangen sama ceramah mama,' Safa cengengesan menatap mamanya. Teringat, ia kadang suka usil dengan mamanya,membiarkan baju kotor teronggok di a tas kasur. Alhasil mama Lilis mengeluarkan ceramah panjang soal kebersihan.
"Awas ya Fa, sudah punya suami mah harus berubah," Mama Lilis mengacungkan pisau yang sedang dipakainya memotong semangka. Candaan ibu dan anak itu membuat Ricky tertawa. Hatinya menghangat dan bersyukur, kini memiliki kembali keluarga yang utuh.
Pukul 9 malam, sepasang pengantin sudah undur diri dari ruang keluarga dimana tadi mereka berbincang santai dengan kedua adik Safa bernama Ikbal dan Della.
Ricky keluar dari kamar mandi selesai menggosok gigi, menghampiri Safa yang sedang menyisir rambut hitam sebahu yang tergerai. Ia memeluknya dari belakang.
"Lingerienya pakai ya," Ricky berbisik lirih diiringi kecupankecupan kecil di tengkuk dan belakang telinganya. Sentuhan yang membuat Safa merasakan gelenyar aneh dan merinding.
"Nanti ah dipakainya kalau sudah pindah aja ya, malu pas nejemurnya." Safa terkikik, membayangkan kain tipis dan transparan itu melambai-lambai di tambang jemuran.
“Teh. Teh Safa…”
Suara teriakan panggilan diringi ketukan di pintu, terdengar. "Duh, ada apa lagi sih," Ricky menggerutu. Ia melepas pelukannya karena Safa akan membukakan pintu.
“Ada apa Del?”
Della, adik bungsu Safa yang masih duduk di kelas 6 SD tampak berdiri di balik pintu.
"Teh, si Denok ada di kamar teteh nggak? Della sudah keliling cari-cari nggak ada," adu Della dengan wajah sedih dan khawatir.
"Nggak ada tuh. Kapan hilangnya?" Safa memang tidak melihat si Denok masuk ke kamarnya.
“Tadi magrib Della masih lihat si Denok tiduran di karpet, sekarang nggak ada. Della sudah cari ksemua tempat nggak ada. Tinggal kamar teteh yang harus diperiksa.
“Beneran nggak ada kok. Sok lihat aja kalau Della penasaran."
Safa menyuruh adiknya masuk, biar yakin kalau si Denok tidak ada di kamarnya.
“Nyari apa Del? Ricky yang sedang memainkan ponselnya mendongak, menatap heran adik iparnya yang celingukan.
“Punten ya A Iky, Della masuk ke sini mau cari Denok dulu." Dengan sopan dan polosnya Della permisi minta ijin.
“Siapa Denok?” Ricky menatap Safa meminta penjelasan
"Itu lho, kucing oren betina yang hobinya tidur," jelas Safa.
Ricky geleng-geleng kepala.Ia memang melihat ada dua kucing di rumah ini. Ada-ada saja ngasih nama kucing, batinnya.
“Denok…..Denok…” Della memanggil berulang-ulang, barangkali si Denok bersembunyi.
Meong
Terdengar sahutan dari atas lemari, membuat Della girang. “Alhamdulillah, bener kan si Denok ada di kamar teteh." Della bertepuk tangan.
Safa dan Ricky ikut menengok ke atas lemari. Benar saja, si Denok sedang meringkuk, hanya menyahut saja, kucing oren itu kembali menelusupkan kepalanya ke badan.
"Ya sudah teh biarin aja, yang penting si Denok ada. Bye!" Della langsung ngacir ke luar dengan perasaan tenang
Kini, tinggal safa dan Ricky berdiri saling tatap.
“Gimana nih Aa, mau dikeluarin gak?" Safa meminta saran suaminya
"Keluarin dong. Masa dia mau jadi satpam di kamar kita--" Ricky menaiki kursu untuk meraih si oren. Merasa terancam, si oren terbangun dan memundurkan badannya bersembunyi di belakang lemari. Hampir satu jam negosiasi dengan si Denok, tapi si oren itu tak mau keluar dari persembunyiannya.
"Nyerah ah!' dengan lunglai dan berkeringat, Ricky turun dari kursi.
Safa terkikik melihat suaminya yang berjuang dan kalah oleh si Denok. "Sudahlah aa, biarkan saja si Denok jadi satpam. Kita tidur saja, hanya tidur."
“Ya nasib!’
Ricky menjatuhkan tubuhnya ke ranjang. Tak berdaya dengan nasib malam kedua. Gagal lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Mmh dew
❤🧡💛💚💙💜
2024-08-10
1
Dehan_1
Selagi nunggu up nya aa Zaky..mampir lagi kesini...😍😍..4sekawan sahabat rasa sodara..
2024-05-07
5
lucky gril
ini novel ke 4 yg mak baca demi up nya si Zaky😑
2024-04-24
0