SEPERTI TAK NAMPAK

SEPERTI TAK NAMPAK

BAG 1 NAMAKU JOVAN

Sepulang sekolahku. Seperti biasa aku berjalan kaki menyusuri jalan raya. Melangkah berhenti kemudian seterusnya setiap melihat tong sampah di pinggiran jalan.

Aku sengaja tidak lewat gang sempit yang biasa aku lewati setiap pagi. Karena dengan alasan besar harapanku untuk bisa menemukan sisa makanan di tong pinggir jalan besar.

Ku ambil sisa bungkusan nasi itu. "Alhamdulillah aku mendapatkannya. Untuk bekal makan siang nanti bersama Emak", hal yang selalu aku ucapkan ketika mendapat sebongkah emas itu.

Meski hanya sisa makanan orang. Tapi bagiku itu adalah emas. Karena dengan sesuap sisa makanan itu kami, aku dan ibuku bisa bertahan hidup hingga usiaku saat ini.

Bukk. Segerombolan anak seusiaku tiba-tiba menyampar bungkusan makanan yang ku pegang. "Hei, tengil kasihan sekali hidupmu. Nih ambil dan pungut kembali. Haha", salah satu anak itu menginjak bungkusan itu dan begitulah panggilan mereka kepadaku. Tanpa mau menyebut namaku. Mungkin pakaianku yang sudah tak layak pakai sehingga aku pantas disebut itu.

Seperti itulah perlakuan Bagas dan ketiga temannya. Mereka selalu datang tiba-tiba untuk menggangguku dan mengataiku. Hinaan yang selalu mereka lontarkan sudah tak asing lagi di telingaku.

Perkenalkan. Namaku Jovan. Aku berumur sebelas tahun. Duduk di bangku kelas enam sekolah dasar. Aku hanyalah anak seorang pekerja serabutan. Bernama Mak Silah. Sedari kecil aku hanya hidup berdua dengan ibuku dan tak memiliki ayah.

Menurut cerita ibuku, ayah meninggal ketika aku berusia tujuh bulan dalam kandungan. Sudah bisa dipastikan begitu menderitanya ibuku berjuang sendiri sampai saat ini membesarkanku.

"Maaf Mak, aku pulang tidak membawa apa-apa. Apakah Emak sudah makan?", tanyaku ketika sudah sampai digubuk berukuran kecil.

Rumah yang terletak di pinggir sungai pantas ku sebut gubuk. Karena ukurannya yang hanya tiga kali dua meter persegi. Dengan atap yang bolong-bolong penuh dengan tambalan di sana sini. Begitulah gambaran keadaan rumahku.

Meski seperti itu. Aku dan ibuku sudah cukup bersyukur. Karena dimana lagi kita akan tinggal kalau tidak di rumah ini? Rumah satu-satunya peninggalan ayahku. Hasil jerih payah ayahku saat itu.

"Sudah Nak, Emak sudah makan", jawab emakku yang sudah pasti berbohong.

Aku hanya terdiam. Ku lepas sepatu bututku yang sebenarnya sudah sedikit sesak kalau di pakai. Ku teguk air putih yang di tuangkan Mak Silah.

"Mak, Jovan ke sawah dulu ya cari tutut", ucapku.

Tutut adalah keong air tawar yang tersebar di Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Cangkang besar mengkilap, berbentuk seperti bola tenis, berwarna hijau kekuningan atau kecoklatan, dihiasi jalur-jalur coklat. Hewan bercangkang ini dikenal pula sebagai keong gondang, siput sawah, siput air, atau tutut.

Aku mencari tutut di sawah milik tetanggaku. Mereka mengijinkan aku mencari tutut sesukaku di sawahnya. Asal aku tidak membuat tanaman mereka berantakan.

Tutut yang aku dapatkan biasanya ku jual. Atau bisa juga aku barter dengan beras sedapatnya. Karena tutut yang ku dapat tidak pasti, pernah aku menukarnya dengan beras seperempat liter. Tidak apa, bagiku bisa untuk makan aku dan ibuku.

Emak pernah melarangku untuk berhenti bekerja mencari tutut. Dan fokus terhadap brlajarku. Karena aku sering mendapat nilai yang pas-pasan. Maklum saja karena waktuku banyak tersita untuk membantu emakku. Sehingga aku sering mengabaikan belajarku. Tak jarang aku lupa mengerjakan pr-ku.

"Buk, apa boleh saya menukarnya dengan ikan ini?", tawarku pada penjual ikan asin sore itu.

"Bisa tapi dapatnya sedikit. Mau nggak? Kalau nggak mau ya sudah", ucap penjual ikan dengan ketusnya. Lagi-lagi aku sudah kebal dengan perlakuan mereka.

Aku hanya mengangguk. Tidak ada pilihan lain. Di rumah hanya ada sisa beras kemarin. Sudah dua hari ini aku dan emakku hanya makan nasi saja tanpa lauk. Mungkin akan terasa nikmat sore ini jika disajikan dengan ikan asin.

"Mak, aku pulang. Mari kita makan enak sore ini", ucapku ketika membuka pintu dan menemui emak yang sedang menjahit baju seragamku.

"Kenapa ditukar ikan asin? Apa hari ini mendapat tutut banyak?", tanya emakku.

"Lumayan Mak. Daripada kemarin".

Aku pergi ke dapur mencuci ikan asin itu lalu menggorengnya. Baunya yang menggoda mulai tercium di hidungku. Menaruhnya di atas piring lalu meletakkan di atas dipan.

Dipan rapuh beralas tikar merupakan tempat duduk kami untuk makan. Aku mulai mengambilkan nasi di piring emakku beserta ikan asin yang barusan ku goreng.

"Mak, mari makan", panggilku. Tak lama emak pun datang. Kami makan dengan lahabnya.

"Nak, maaf Emak belum bisa membelikanmu seragam baru", ucap anaknya sendu.

"Tidak apa Mak. Emak jangan terlalu memikirkan itu", jawabku tak ingin membuat emakku terus merasa bersalah.

"Tapi pasti kamu selalu ditertawakan teman-temanmu Nak".

Aku mengambil tangan emakku. Lalu mencium keduanya. "Tidak Mak. Teman-temanku semua baik kepadaku", jawabku harus berbohong. Padahal aku tak punya satu pun teman di sekolahku. Mereka semua menjauhiku karena aku anak orang miskin. Tak sebanding dengan mereka. Bisa di tampung bersekolah disana saja aku sudah amat sangat bersyukur.

Ku lihat raut wajah emakku yang mulai tenang. Aku sedikit lega emak mau percaya padaku. Dan sudah tak lagi membahas tentang seragam. Bisa makan sehari-hari saja bagiku sudah lebih dari cukup.

Emak kemudian membelai puncak kepalaku. "Tidurlah, pasti kamu capek hari ini. Jangan sampai besok pagi terlambat datang ke sekolah", pinta emak.

Aku pun patuh. Segera beranjak pindah ke ruangan sebelah. Ruangan yang disekat triplek. Lantai tanah beralaskan tikar yang di atasnya di gelar kasur tipis. Tempat di mana aku tidur setiap malam untuk menuju ke alam mimpi.

Sedangkan emakku, ia tidur diatas dipan tadi. Emak melarangku untuk tidur bersama dengan alasan tidak pantas anak laki-laki masih tidur jadi satu dengan ibunya. Aku pun menerima alasan itu.

Di setiap sebelum tidur. Tak lupa aku selalu memanjatkan doa. Doa untuk wanita terhebatku. Emak. Semoga Tuhan angkat derajat emakku. Dan aku bisa membahagiakannya kelak.

Tak jarang aku selalu meneteskan air mata. Tapi aku selalu menahan isaknya agar emakku tak mendengarnya. Aku tidak ingin emakku merasakan sedih karena melihatku rapuh. Biarkan hanya Tuhan yang tahu keluh kesahku. Sedangkan emakku, jangan.

"Selamat tidur Mak", ucapku setelah memanjatkan doa. Karena hanya berbatasan triplek yang sudah mulai lapuk, Emak bisa dengan mudah mendengar dan menyahut ucapanku. Begitulah kebiasaanku setiap malam menjelang tidur.

Tuhan, berikan aku dan emakku mimpi yang sangat indah malam ini. Biar emakku bisa merasakan indahnya hidup meski hanya dalam mimpi.

Terpopuler

Comments

abdan syakura

abdan syakura

Assalamu'alaikum
mampir kak...
Tp ..awalny sdh menderita....
😭😭😭😭😭

2023-06-12

1

mutoharoh

mutoharoh

🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗

2021-07-03

1

🌹Dina Yomaliana🌹

🌹Dina Yomaliana🌹

kasihan banget kamu Van😭😭😭😭 duh ngak tahan nih air mata, hidup mengajarkan kita agar selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki karna masih banyak orang yang lebih menderita di luar sana dari pada kita😭😭😭😭😭😭 sedih amat thor, baru juga baca satu bab🤧🤧🤧🤧

2021-06-25

1

lihat semua
Episodes
1 BAG 1 NAMAKU JOVAN
2 BAG 2 DIA MEMANGGILKU KAKAK
3 BAG III AKU INGIN MENJADI TEMANMU
4 BAG 4 PAPA MENGINGKARI JANJI
5 BAG 5 DALAM WAKTU DUA HARI
6 BAG 6 JESSY KE RUMAHKU
7 BAG 7 EMAK KECELAKAAN
8 BAG 8 SEMUA ORANG PUNYA MIMPI
9 BAG 9 MAK, JOVAN PASTI BISA!!!
10 BAG 10 MIMPI BERTEMU BAPAK
11 BAG 11 UANG 20RIBU
12 BAG 12 SURAT DAN SEBUAH KALUNG JJ
13 BAG 13 AKU MERINDUKAN JESSY
14 BAG 14 AWAL BERTEMU DODI
15 BAG 15 JESSY SAKIT
16 BAB 16 KEMBALI BERSAMA MAMA
17 BAG 17 NON CANTIK KEMBALI
18 BAB 18 KEMBALI MELIHATMU
19 BAG 19 EKSTRA BASKET
20 BAG 20 RENCANA NEMBAK JESSY
21 BAB 21 PENGUMUMAN PAJAK JADIAN
22 BAB 22 IRI BILANG BOS!!
23 BAB 23 MENDAPAT BERLIAN
24 BAB 24 MENGELUARKAN UNEK2
25 BAB 25 JOVAN TAK SADARKAN DIRI
26 BAB 26 KITA MEMANG TAK SAMA
27 BAB 27 EMAK MINTA MAAF
28 BAB 28 TATAPAN ITU...
29 BAB 29 APA ORANG KAYA SEPERTI INI?
30 BAB 30 STEVE DI MATA EMAK ADALAH...
31 BAB 31 KENAPA HARUS BAGAS PILIHAN PAPA?
32 BAB 32 APA YANG KALIAN LAKUKAN DI RUMAHKU?
33 BAB 33 EMAK PAMIT
34 BAB 34 4 TAHUN BERLALU
35 BAB 35 MENDAPAT NOMORNYA
36 BAB 36 APA DIA SUDAH MENIKAH?
37 BAB 37 KINTAN
38 BAB 38 KINTAN 2
39 BAB 39 KINTAN HARUS TAHU HATIKU UNTUK SIAPA
40 BAB 40 POV JOVAN DAN KINTAN
41 BAB 41 APA KABAR DISANA
42 BAB 42 DIA DI RUMAH SAKIT
43 BAB 43 PUNYA TEMAN MENYEBALKAN
44 BAB 44 AKHIRNYA BERTEMU
45 BAB 45 PERSETERUAN DIMULAI
46 BAB 46 BIAR KAMU ADA USAHA JO!
47 BAB 47 FAKTA TENTANGNYA
48 BAB 48 MEMPERJUANGKAN ISTRI ORANG
49 BAB 49 I LOVE YOU JOVAN
50 BAB 50 MABUK
51 BAB 51 CINTA BERTEPUK SEBELAH TANGAN
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55 END
Episodes

Updated 55 Episodes

1
BAG 1 NAMAKU JOVAN
2
BAG 2 DIA MEMANGGILKU KAKAK
3
BAG III AKU INGIN MENJADI TEMANMU
4
BAG 4 PAPA MENGINGKARI JANJI
5
BAG 5 DALAM WAKTU DUA HARI
6
BAG 6 JESSY KE RUMAHKU
7
BAG 7 EMAK KECELAKAAN
8
BAG 8 SEMUA ORANG PUNYA MIMPI
9
BAG 9 MAK, JOVAN PASTI BISA!!!
10
BAG 10 MIMPI BERTEMU BAPAK
11
BAG 11 UANG 20RIBU
12
BAG 12 SURAT DAN SEBUAH KALUNG JJ
13
BAG 13 AKU MERINDUKAN JESSY
14
BAG 14 AWAL BERTEMU DODI
15
BAG 15 JESSY SAKIT
16
BAB 16 KEMBALI BERSAMA MAMA
17
BAG 17 NON CANTIK KEMBALI
18
BAB 18 KEMBALI MELIHATMU
19
BAG 19 EKSTRA BASKET
20
BAG 20 RENCANA NEMBAK JESSY
21
BAB 21 PENGUMUMAN PAJAK JADIAN
22
BAB 22 IRI BILANG BOS!!
23
BAB 23 MENDAPAT BERLIAN
24
BAB 24 MENGELUARKAN UNEK2
25
BAB 25 JOVAN TAK SADARKAN DIRI
26
BAB 26 KITA MEMANG TAK SAMA
27
BAB 27 EMAK MINTA MAAF
28
BAB 28 TATAPAN ITU...
29
BAB 29 APA ORANG KAYA SEPERTI INI?
30
BAB 30 STEVE DI MATA EMAK ADALAH...
31
BAB 31 KENAPA HARUS BAGAS PILIHAN PAPA?
32
BAB 32 APA YANG KALIAN LAKUKAN DI RUMAHKU?
33
BAB 33 EMAK PAMIT
34
BAB 34 4 TAHUN BERLALU
35
BAB 35 MENDAPAT NOMORNYA
36
BAB 36 APA DIA SUDAH MENIKAH?
37
BAB 37 KINTAN
38
BAB 38 KINTAN 2
39
BAB 39 KINTAN HARUS TAHU HATIKU UNTUK SIAPA
40
BAB 40 POV JOVAN DAN KINTAN
41
BAB 41 APA KABAR DISANA
42
BAB 42 DIA DI RUMAH SAKIT
43
BAB 43 PUNYA TEMAN MENYEBALKAN
44
BAB 44 AKHIRNYA BERTEMU
45
BAB 45 PERSETERUAN DIMULAI
46
BAB 46 BIAR KAMU ADA USAHA JO!
47
BAB 47 FAKTA TENTANGNYA
48
BAB 48 MEMPERJUANGKAN ISTRI ORANG
49
BAB 49 I LOVE YOU JOVAN
50
BAB 50 MABUK
51
BAB 51 CINTA BERTEPUK SEBELAH TANGAN
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55 END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!