Love Me Please, My Husband

Love Me Please, My Husband

Prolog

Anindira Bramantyo, seorang gadis cantik yang mempunyai kebiasaan baik dan rajin. Anin merupakan putri bungsu keluarga Bramantyo. Di usianya yang sudah menginjak 21 tahun, Anin sudah lulus pendidikan S1, menyandang gelar Tata Busana. Berkat tekad dan kegigihannya yang kuat, kini Anin sudah mempunyai usaha butik yang ia kelola bersama dengan tiga temannya. Butik tersebut ia bangun ketika ia masih duduk di bangku kuliah, Anin selalu menghabiskan waktu dan tenaganya untuk kuliah dan mengelola butik. Kini, butik tersebut sudah berkembang baik di dalam maupun luar kota.

Hari ini, Anindira sedang bekerja di butik dengan tiga karyawannya. Hari ini adalah finishing gaun karyanya. Anindira mencheck in ulang gaun pengatin yang khusus ia buat untuk Kakak kesayangannya, Tiara Bramantyo (kakak kedua Anindira). Anin juga mempunyai kakak laki laki. Haikal, seorang tentara polisi di mabes polri sekaligus kakak yang sangat menjaga dan mencintai adik adiknya. Haikal sudah menikah dengan gadis cantik pilihannya. Mereka memilih pisah rumah dan hidup mandiri, kini pernikahan mereka sangat bahagia dan harmonis seperti pernikahan ayah dan mama.

Anin selalu berdoa agar dapat dijodohkan dengan pria yang sangat baik dan bertanggung jawab seperti ayah dan

kakaknya kelak.

Gaun model Ball Gown dengan bentuk mengembang pada bagian bawah serta warnanya yang putih bersih menjuntai, membuat gaun itu semakin elok dilihat. Anin membuat gaun mewah dan indah tersebut dengan sangat hati-hati dan teliti, Anin rela menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk membuat gaun indah tersebut. Ia ingin memberikan sesuatu yang sangat spesial dihari bahagia untuk kakak tercintanya.

“Wah mbak! gaunnya cantik banget.”

Ucap Dewi karyawan Anindira yang terpana melihat keindahan dan kemewahan gaun putih panjang yang menempel disebuah manekin.

“Benarkah?” Tanya Anindira Antusias.

“Iya. uwwuu ... !!! mbak ini baik sekali.” Ucap Dewi sambil mencubit dan menggoyangkan pipi mungil Anindira yang sedang sibuk merapihkan gaun.

“Auw, sakit tauk!”

“Hehe maaf, abis gemes. Udah cantik, baik pintar pula.” Ujar Dewi tersenyum

“Kau terlalu memuji” Balas Anin

"Sungguh!"

"Hm ya baiklah, baiklah. Kau juga sangat manis dan pintar"

Mereka akhirnya berpelukan. Anin dan Dewi sudah terbiasa bersama dan berbagi masalah mereka. Hingga keduanya menganggap persahabatan itu adalah keluarga kedua setelah keluarga aslinya.

Dewi yang merupakan karyawan sekaligus sahabat Anin tentu saja mengetahui bagaimana baik hati bosnya ini.

Dewi sangat menghormati dan menyayangi Anin seperti ia menyayangi Adiknya sendiri.

Dewi memang 3 tahun lebih tua dari Anin, tapi Dewi tetap menghormati Anin selayaknya atasan dan bawahan seperti biasa. Meski Anindira seorang desaigner yang cukup terkenal, Anindira tetap gadis yang sangat ramah dan rendah hati. Semua karyawannya tidak ia anggap sebagai bawahannya melainkan sebagai temannya.

”Aku juga mau dong klo nikah dibikinin gaun kayak gini” Ucap Dewi sambil mengedip-ngedipkan matanya membuat Anindira tersenyum geli.

“Aku juga mbak” Sahut Ilma yang tiba-tiba muncul dari belakang pintu.

“Ya,ya mbak buatin kalian gaun nanti” Ucap Anindira disambut keramaian oleh Dewi dan Ilma.

“Yeay ....” Sahut keduanya sambil meninju udara ke atas dan berpelukan seperti anak kecil yang baru saja

mendapatkan bonus jajan.

Akhirnya dapat donator buat nikah juga Haha Gumam Dewi

“Tapi klo butik mbak sudah punya seratus karyawan.” Celetuk Anin sambil menatap kedua sahabatnya, membuat Dewi dan Ilma mengerucutkan bibirnya.

”Huhhh desainer pedekut!” Jawab Dewi dan Ilma kompak.

“Apa kalian bilang?” Nada bicara Anin sedikit meninggi, menatap tajam kedua karyawannya sambil berkacak pinggang. Dalam hatinya sungguh ia ingin tertawa sekeras mungkin karena berhasil membuat nyali dua karyawannya menciut.

“Hehe ngga, ngga ampun! Mbak garang banget si klo udah marah udah kayak kak Ros.” Jawab Dewi sambil menyatukan kedua tangannya di dada. Membuat Anin dan Ilma tertawa terbahak-bahak.

“hahaha kalian ini lucu sekali ... ! Ayolah aku tidak akan memecat kalian aku hanya becanda.” Tawa Anindira yang langsung berlari keluar ruangan.

“Mbakkk .... !” Teriak Dewi dan Ilma memenuhi ruangan butik pagi ini.

Hari yang sangat dinantikan kedua keluarga pengantin telah tiba. Rumah besar keluarga Bramantyo sudah tertata rapi, serta ramai siap menerima besan mempelai pria. Bram selaku ayah Tiara sengaja tidak menyewa hotel atau pun tempat gedung lainnya atas permintaan Tiara sendiri, lagipula halaman depan dan belakang rumahnya yang luas menambah alasan mereka untuk tidak mengadakan pesta ditempat lain.

Anindira sudah duduk di samping Tiara yang sudah rapi memakai gaun karyanya.

“Wahh kakakku cantik sekali .... ” Ujar Anin yang terkagum kagum melihat kecantikan kakak tersayangnya. Profesinya yang menjadi model menambah kewajiban bagi Tiara untuk selalu menjaga kemolekan tubuh dan

wajahnya. Anin sangat bangga akan hal itu dan membuatnya termotivasi untuk membuat gaun gaun indah dan mewah.

“Ini karena gaun karyamu yang bagus membuat kakak cantik seperti ini.” Jawab Tiara sambil tersenyum kecil.

“Kakak ini, bisa saja. Tapi aku serius kakakku ini sangat cantik hari ini.” Timbal Anin.

“Kamu juga akan cantik jika akan menikah nanti.” Jawab Tiara membuat Anin seketika terbengong.

Dengan tangan yang menyangga dagu, Anin mulai melamun memikirkan gaun seperti apa yang akan ia pakai nanti dan pria yang akan bersanding dengannya di pelaminan nanti. Anin tersenyum senyum sendiri mengkhayalkan dirinya yang dirias sangat cantik berjalan diatas karpet merah bersama pria tampan dan gagah yang akan menjadi suaminya kelak.

“Hm melamun dah ni anak.” Gumam Tiara yang masih terdengar oleh Anin

“Hehe, aku akan menikah hanya dengan pria yang aku cintai, seperti kakak.” Jelas Anin membuat Tiara terdiam.

“Cie yang akan bertemu pangerannya.” Ceplos Anindira membuat Tiara mengulum senyum.

Anindira menatap lekat wajah sang kakak yang terlihat sedikit pucat. Padahal tata rias sudah memberikan lipstick berwarna cerah di bibir mungil Tiara.

“Apa kakak sakit?” Tanya Anindira khawatir yang hanya dijawab gelengan kepala oleh Tiara.

Baru saja Anin ingin menanyakan sesuatu hal, suara riuhan menyadarkan seluruh anggota keluarga Bramantyo jika mempelai pria sudah datang.

“Apa kakak baik baik saja?” Tanya Anindira yang semakin khawatir karena melihat raut wajah Tiara yang semakin pucat tanpa ekspresi apapun diwajahnya.

Belum sempat Tiara menjawab, suara ketukan pintu terdengar.

Tok,,tok,,,tok,,,

Anindira dan tiara sama-sama menolah kearah pintu yang sudah terbuka. Rika Bramantyo datang menghampiri kedua putrinya.

“Wah cantik sekali putri-putri mama.” Ujarnya sambil menyentuh pipi kedua putrinya.

Anin dan Tiara tersenyum menjawab ucapan Rika.

“Apa kamu bahagia sayang?” Tanya Rika kepada putrinya

Tiara menganggukkan kepalanya pelan dan langsung memeluk erat tubuh Mamanya.

Anindira yang terharu dengan pemandangan tersebut langsung memeluk kedua orang yang sangat disayanginya itu. Mereka bertiga berpelukan sangat lama dan menumpahkan air mata kebahagiaan, Ini mungkin terakhir kali Mama Bramantyo bisa selalu melihat dan memanjakan putri kecilnya Tiara, karena 1 jam yang akan datang putrinya sudah resmi menjadi seorang istri dari keluarga konglomerat William dan lepas dari tanggung jawabnya.

Tidak ingin berlarut-larut, Rika langsung melepas pelukan dan memutuskan untuk keluar.

“Bersiaplah! Sebentar lagi Rico akan mengucapkan janji sucinya.”

“Iya ma” Jawab Tiara.

Anindira membantu Tiara membersihkan make up yang sebagian luntur akibat menangis tadi, dan menambahkan sedikit bedak dan blush on agar terlihat lebih fresh.

Tiba tiba Anin merasakan tidak nyaman, dengan segera Anin permisi undur diri.

“Kak Aku ke kamar mandi dulu sebentar ya.” Ucap Anindira terburu-buru.

Anindira berlari karena panggilan Alamnya yang tak bisa ditahan lagi, dia memutuskan untuk segera ke kamar  mandi sebelum mengantarkan kakaknya turun. Tiara yang bingung ada apa dengan adiknya hanya menganggukan kepalanya pelan dan tanpa disadari Tiara teringat sesuatu dan langsung bergegas.

“Maafkan aku” Lirihnya

Tak lama kemudian Anindira keluar dengan nafas lega seperti baru mendapat kebebasannya kembali.

“Kak ayo kita tur..” Ucap Anin terhenti ketika tidak mendapati Tiara di tempatnya.

Mungkin mama sudah menjemputnya. Gumam Anindira dan memutuskan keluar untuk menyusul mereka, Anin tidak ingin terlambat di acara sakral keluarganya.

Baru saja Anindira hendak keluar memegang handle pintu, Mamanya sudah terlebih dahulu membuka pintu kamar.

“Kenapa kalian lama sekali? Cepatlah Rico dan penghulu sudah menunggu” Ucap Rika menatap Anin yang juga menatap mamanya dengan bingung.

“Maksud mama?” Anin malah balik bertanya.

BERSAMBUNG....

Terpopuler

Comments

Ratna Juandhani

Ratna Juandhani

kenapa yah thor nama anindya selalu saja jdi pengganti kk nya dan mendapatkan suami yg dingin,keam ujung²nya bucin parah
...
itu yg kubaca selama beberapa novel yg namanya anindya 🤣🤣😅
tpi gak apa² thor tetap gaskeun
semunguuuuut

2021-08-27

3

harfina bangun

harfina bangun

aku mampir thor, mudah "an, makin byk lokenya🥰🥰🥰

2021-08-25

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!