Ucapan Rico berhasil membuat benteng Anindira runtuh. Anindira sudah tidak dapat membendung air matanya lagi. Cairan bening tersebut terjun bersamaan dengan matanya yang menatap punggung Rico.
Tak lama Rico menghilang dari pandangannya, Anindira berlari menuju kamar mandi kecil yang terdapat di dapur dan menguncinya.
Anindira menyalakan keran air dan menangis sekuat-kuatnya di dalam sana.
“Memangnya apa salahku? Aku juga korban disini… hiks,,,hikss” Anindira menumpahkan semua keluh kesahnya.
“Apa salahku, suamiku?” Lirih Anin sambil menyenderkan punggungnya ketembok dan tidak terasa tubuhnya sudah menyusut dan bersimpuh duduk di lantai.
Boleh dikata, baru saja ia menyimpan rasa suka kepada suaminya sendiri meski sifatnya yang Arrogant dan tak mudah berbaur.
Tak kenal maka tak sayang, bukankah seperti itu?
Anin meyakini pepatah tersebut dan akan berusaha menjadi istri yang baik, menerima keadaan Rico apa adanya. Benih cinta yang baru muncul itupun langsung layu sebelum tumbuh.
Kejadian hari ini semakin membuat Anin yakin untuk mengunci rapat rapat hati, mata dan telinganya.
Benar kata orang, jika cinta bertepuk sebelah tangan itu sangatlah menyakitkan.
Anindira memang gadis baik dan tangguh, dia tidak pernah membiarkan orang lain melihat tangisnya. Ketangguhannya terbukti ketika dia bisa mendirikan butik dari keringatnya sendiri karena tidak ingin terus berpangku tangan kepada orang tua.
Tapi saat ini, dia menumpahkan seluruh keluh kesahnya karena keputusannya sendiri.
Keputusan yang menyerahkan masa depannya kepada pria lain yang tak dikenal demi kakaknya Tiara dan demi nama baik keluarganya.
Anindira mengira Rico pria yang baik, tapi lain nyatanya. Anindira menguatkan dirinya untuk bertahan demi keluarganya yang telah berharap lebih kepadanya.
Tubuhnya yang menyusut hingga terduduk di lantai membuat bajunya basah, Anin tidak memperdulikan. Setelah dirinya mulai tenang, Anindira kembali kemeja makan.
Betapa terkejut Anin mendapati meja makan besar yang tadi berantakan sudah rapi mengkilap seperti awal lagi. Tidak mau ambil pusing, Anindira berlari menaiki tangga mengganti bajunya kemudian pergi ke butik setelah memesan ojek online.
Anindira tidak mood sarapan hari ini, Anindira memutuskan akan ke butik dan sarapan bersama Dewi dan Ilma.
“Mbak…!!!”
Teriak Dewi dan Ilma yang berhamburan memeluk Anin, menyambut kedatangan Anindira seperti anak itik kepada induknya.
Anindira hanya diam saja tak menjawab. Dirinya lesuh, fikirannya masih ternggiang-ngiang tentang ucapan Rico tadi pagi.
Aku tidak peduli meski kau mati sekalipun.
“Mbak kemaren kemana? Tumben gak masuk.” Tanya Ilma menyadarkan Anindira dari lamunannya.
“Hmm kemaren? Eh, anu… hmm itu” Anindira gelagapan mendapat pertanyaan yang dilontarkan Ilma.
Jawaban Anindira ditunggu Dewi dan Ilmu, mereka antusias ingin mengetahui alasan Mbak Anindira tak datang kemarin, karna sangat jarang sekali mbak Anindira tidak masuk tanpa kabar. (Fikir mereka)
“Eh masih hidup juga lo?” Tanya erik yang tiba-tiba datang.
“Huft selamat” Batin Anindira
Anindira menghembuskan nafasnya lega, kedatangan Erik menyelamatkan nyawanya. karna dia tidak mungkin jujur ataupun berbohong kepada sahabat yang sudah dianggapnya menjadi keluarga.
“Sembarangan! Masih lah.”
“Tau sembarangan! Emang elo makin lama makin burik aja” Timpal Dewi kepada Erik
“Tau lu, lagian ngapain sih disini. Sono-sono kerja” Timbal Ilma sambil mengibas-ngibaskan tangannya.
“Kerja...! Kerja..! Kerja…! Ha ha ha ha” Timbal Dewi mengikuti gaya lagunya.
Anindira dan Ilma yang mendengarnya tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Dewi yang konyol. Sudah remaja tetap saja suka dengan film balita.
“Dasar cewe aneh, udah dewasa tontonannya film balita…!” Cibir Erik kepada Dewi. Yang diikuti tawa Anin dan Ilma.
“Bodo, daripada elo. masih balita filmnya udh dewasa hahahah!” balas Dewi
"Sialan! gua tu udah dewasa" Jelas Erik tak mau kalah
"Bodo, bodo, bodo"
“Yeh, dibilangin begitu ya. Dasar singa betina!" Timbal Erik
“Biarin! dari pada lo. Dasar ulet bulu” Cibir Dewi
“Yeh sembarangan! ganteng kyk artis GGS gini dibilang ulet bulu” Balas Erik tak mau kalah.
“GGS?” Tanya Anin, Dewi dan Ilma berbarengan. Mereka mengerutkan kening karna tidak
mengerti akan ucapan Erik.
“Idih ni anak pada norak banget si! Kalian hidup di zaman apasi? Firaun? Hahaha."
"GGS tu singkatan dari (Ganteng-ganteng Srigala)” Jelas Erik dengan pe de nya.
“Bhuahahahaha” Tawa ketiganya menggema di seluruh ruangan.
“Ganteng ganteng seringgila kali lo mah. Hahahah” Tukas Dewi yang diikuti tawa Anin dan Ilma.
“Sialan! Dasar titisan nenek lampir.” Balas Erik yang langsung melengos pergi, dirinya lebih baik pergi. Percuma jika menghadapi seorang Dewi dari pohon toge gk akan kelar kelar.
Dewi semakin greget kesal dengan tingkah Erik yang selalu melawan ucapannya.
“Ihhh pengen deh gua jait tu mulut. Dasar belek tokek…!” Teriak Dewi sambil mengepalkan kedua tangannya.
Perang Uhud antara Erik dan Dewi sudah biasa terjadi, Anindira dan Ilma hanya geleng-geleng kepala ketika perang uhud antara Dewi dan Erik kembali terjadi.
Dewi yang hendak mengejar Erik dicekal tangannya oleh Anindira.
“Sudah, sudah. Maen barbienya nanti aja ya” Ujar Anindira yang mendapat tatapan tajam dari Dewi
“Hehe, lagian berantem mulu tar jodoh lho”
“Ih amit-amit cabang bayi nikah sama cowo setengah miring begitu. Walaupun cuman ada satu pria di dunia ini, Dewi lebih baik ngejomblo seumur hidup mbak” Jelas Dewi dengan tegas sambil mengetuk-ngetukan tangannya di kepala kemudia pindah ketembok.
Anindira dan Ilma tertawa geli mendengar penuturan Dewi yang menurutnya sangat lebay. Kemudian mereka memulai kerja setelah sarapan.
“Hehe, yaya. Yasudah yuk kerja” Ajak Anindira
“Siap bos” Jawab Dewi dan Ilma sambil mengangkat tangannya hormat prajurit.
Anindira tersenyum bahagia melihat tingkah Ilma dan Dewi. Setidaknya, Kekonyolan tingkah para sahabatnya membuat hatinya sedikit lebih tenang sekarang.
Mereka bertiga masuk kedalam butik Anindira yang bertingkat tiga. Lantai dasar untuk tempat penjualan dan pameran busana karya Anindira, lantai dua untuk stok barang serta ruang istirahat karyawan dan lantai tiga untuk ruang istirahat Anindira.
“Mbak, ada pesanan design khusus tingkat atas dari Perusahaan X untuk acara pesta”
“Untuk kapan Ma?” Tanya Anin tanpa menoleh dan tetap fokus mendesign baju pelanggannya.
“Untuk bulan depan mba"
" dan lusa pemimpinnya meminta kita untuk datang kesana. Beliau menegaskan agar tidak ada kesalahan sedikit pun” Lanjut Ilma menjelaskan.
“Baiklah, mbak sendiri yang akan kesana”
Anindira selalu bersikap profesional, dia sangat mengutamakan kepuasan pelanggan. tak sedikitpun ia ijinkan kesalahan terhadap konsumennya. Hal itupun membuat butik Anin digemari banyak konsumen.
Lama berkutat dengan pekerjaan masing-masing membuat mereka tidak merasakan jika waktu telah menunjukan jam pulang kerja.
“An…!” Panggil Erik sambil berlari menghampirinya.
“Iya?”
“Aku anterin ya” Ucap Erik ramah
Berbeda ketika di depan Anin, terlebih lagi ketika mereka hanya berdua. Erik lebih condong menjadi pria dewasa dari pada di depan Dewi yang menjadi pria menyebalkan yang menyebabkan sering Adu mulut.
“Gak usah rik, makasih. aku udah pesen ojek online noh.” Tunjuknya kepada tukang ojek yang sudah menunggunya di depan butik.
“Gapapa biar tukang ojeknya aku bayar, terus kamu pulang sama aku.” Bujuknya
“Ngga usah Rik makasih, lain kali aja ya”
“Hm ya sudah hati-hati” Lirih Erik
“Iya, aku duluan” Ucap Anindira sambil melambaikan tangan.
Erik menghembuskan nafasnya kasar, semakin kuat dia mengejar Anindira sekuat itu juga Anindira semakin menjauhinya.
…
“Selamat datang nona” Sapa Pak Mud membungkukan badan.
Anindira membalasnya dengan senyuman.
“Perkenalkan nyonya saya Pak Mud, saya kepala pelayan di mansion ini. Jika nona membutuhkan sesuatu bisa memanggil saya.” Jelas pria paruh baya itu
Oh pria ini kepala pelayan rupanya,tapi kenapa pakaiannya seperti bos kantoran. Batin Anin yang sedikit termangu, sangat rapi memang tapi apa itu tidak berlebihan? entahlah.
“Oh Iya Pak Mud, terima kasih.” Jawab Anindira ramah
“Apa tuan belum pulang?” Tanya Anindira yang celingak celinguk
“Belum nona, sebaiknya anda istirahat dulu sebelum menyambut tuan muda pulang. saya akan memberitahu Anda jika tuan akan datang nanti.” Jelas Pak Mud
Menyambutnya? Seperti pertama kali aku dan pria itu datang kemari?
Anindira menyerngitkan dahinya heran dengan adat di mansion William yang menurutnya berlebihan.
“Baiklah terima kasih” Jawab Anindira dan langsung beranjak menaiki tangga menuju kamarnya
Anindira menjatuhkan badannya di atas sofa, dia memutuskan istirahat terlebih dahulu sebelum membesihkan badannya. Memijat-mijat kakinya yang kram, karena pekerjaan yang ditinggal satu hari lalu membuatnya sangat disibukkan hari ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Soleqa
lanjut Thor q Bru mampir,,,
2021-10-11
1
someone
semangat thor💪 aku suka ceritanya
2021-08-10
2