Setelah diam beberapa saat, pedagang itu pun melanjutkan ucapannya, mengingatkan Madi."Sebaiknya, kalian juga lebih berhati-hati, Di. Apalagi sekarang isterimu sedang hamil."
Madi membalas dengan anggukan. Memang betul apa yang diucapkan pedagang tadi Tidak ada salahnya terus berhati-hati meningkatkan kewaspadaan, sambil meningkatkan ibadah.
Madi lalu melempar sebuah senyuman, mengucapkan terima kasih. Sementara Aulia masih menyibukkan diri, melayani beberapa pelanggan yang sudah biasa membeli sayuran di kios mereka. Sepintas, tidak ada yang aneh dengan penampilan mereka Namun, indera keenam Madi tidak bisa dibohongi, Salah satu di antara pelanggan tadi sepertinya berasal dari alam gaib.
Perlahan, Madi bergerak menuju pelanggan yang dicurigai itu, sementara pelanggan yang lain sudah selesai berbelanja. Ser ... harum bunga melati seketika menerpa penciumannya. Wangi yang sangat tajam, melebihi parfum yang dijual di toko-toko. Berbeda dengan pelanggan-pelanggan yang lain.
"Mbak, orang baru ya, di sini?" selidik Madi.
Perempuan berwajah cantik itu mengangguk seraya tersenyum. Senyumnya seperti sebuah seringai dalam pandangan Madi. Seketika, Madi, tercekat, di antara barisan gigi rapi perempuan itu tersembul taring Mungkin, bagi orang lain, itu tidak akan terlihat, tapi, bagi orang seperti Madi, jelas terlihat.
"Sebaiknya, Mbak segera pergi dari sini, sebelum saya bertindak!" Suara Madi terdengar sedikit meninggi. Aulia hanya memandang heran. Dia sudah mengetahui kalau suaminya bersikap seperti ini pasti ada yang tidak beres. Aulia pun segera memegang erat Madi, agar terhindar dari jangkauan perempuan itu.
Perempuan itu memandang Madi dengan tajam. Tampak kurang senang dengan teguran Madi barusan. Aneh sekali, entah apa yang membuatnya harus menyamar. Apa ingin mengganggu mereka saja, atau ada maksud tersembunyi.
Madi, segera merapal beberapa doa, agar makhluk yang menyamar sebagai perempuan muda segera pergi, tidak membuat keributan.
Perempuan muda itu, tidak beranjak dari tempatnya berdiri. Membuat Madi, mengusirnya sekali lagi.
"Mbak, sebelum amarah saya memuncak. sebaiknya pergi saja!!"
Usai Madi mengucapkan kalimat itu perempuan itu segera berlalu sambil menekuk wajah. Ada kemarahan tersampir melalui tatapannya. Sangat mengerikan. Aulia sampai berlindung di balik badan Madi. Takut, memandang sorot matanya.
"Dek, lain kali lebih berhati-hati menerima pelanggan baru. Lebih baik berjaga-jaga, apalagi banyak makhluk tak kasat mata di sekitar tempat tinggal kita, banyak yang tidak bersahabat."
Aulia masih terlihat ketakutan. Wajah putihnya terlihat semakin memucat. Tidak menduga, ternyata di sini, mereka mengalami hal-hal gaib seperti ini. Beruntung Madi selalu melindungi dan mengajarkan berbagai doa untuk pertahanan diri.
"Kang, kenapa makhluk itu nekat mendatangi Adek?"
Madi terdiam sejenak. Menarik napas dan menghembuskannya perlahan. Mencari kalimat yang pas untuk bisa menjelaskan secara gamblang tanpa membuat Aulia ketakutan.
"Adek kan lagi berbadan dua, nah, baumu, wangi sekali bagi mereka, jadi itulah mengapa, mereka sangat gencar menggodamu."
Sejenak Madi terdiam, mencoba menelisik wajah Aulia yang berubah semakin memucat.
"Jadi, gimana, Kang? Adik,jadi takut, nih!" seru Aulia benar-benar dilanda ketakutan.
"Mulai sekarang, salat sama mengaji jangan ditinggal lagi. Sebelum tidur, juga jangan lupa baca doa dan istifghar!" Madi berusaha meredam ketakutan Aulia dengan memberikan beberapa saran sebagai solusi.
Aulia mengangguk, pertanda mengerti anjuran Madi tersebut. Bagaimana pun ia tidak mau menjadi korban makhluk-makhluk astral itu. Madi pun memberikan sebuah senyuman, penguat hati Aulia. Semoga saja, mereka bisa mendapat jalan keluar agar segera
bisa keluar dari gangguan makhluk-makhluk teraebut.
Magrib, sudah berada di ambang, tanpa diketahui penyebabnya aliran listrik di rumah Madi dan Aulia, malam ini tiba-tiba padam, padahal bukan giliran. Madi mendekati Aulia, mengajaknya duduk di ruang tengah. Di sana telah digelar dua buah sajadah. Tanpa menunggu, Aulia segera mengenakan mukena dan berdiri di belakang Madi, lalu melaksanakan salat berjamah bersama Madi.
Selama salat magrib, beberapa gangguan mulai diperlihatkan makhluk-makhluk itu. Meskipun tidak bisa masuk, karena Madi telah membuat pagar gaib, mereka berusaha meneror melalui kegaduhan. yang bisa mengusik kekhusyukan salat mereka.
Bukannya takut, malah Madi semakin memperkeras bacaan salatnya. Itu cukup ampuh, untuk menghentikan aksi brutal mereka. Sampai salat magrib berakhir, syukurnya gangguan makhluk-makhluk itu berhenti.
Aulia mencium punggung tangan Madi, usai melaksanakan salat. Madi mengelus kepala sang isteri. Dia tetap berdiam di atas sajadah, sementarap Aulia melepas mukena, melipatnya dan bergeser ke sebelah Madi. Walau berusaha tidak memperlihatkan rasa cemas, tapi, Madi tahu, kalau iaterinya sangat khawatir dengan suasana seperti ini.
Belum lagi Madi menyelesaikan wirid, tiba-tiba pintu depan seperti dilempar sesuatu. Bunyinya nyaring sekali, mengakibatkan Aulia menjerit. Madi semakin mengencangkan bacaan wiirdnya, beradu dengan suara berisik berasal dari luar rumah. Benar-benar mencekam. Padahal ini belum menjelang tengah malam, tapi semua makhluk itu telah berulah.
Belum lagi kegaduhan di depan pintu berakhir, sebuah lemparan benda besar juga menghantam atap rumah. Suaranya nyaring sekali. Wajah Aulia semakin pias sementara Madi masih bisa bersikap tenang. Bacaan wiridnya pun masih terus dilantunkan, bahkan kali ini volumenya bertambah kencang. Membuat makhluk-makhluk itu bettambah marah.
Beruntun lampu padam tidak terlalu lama. Menjelang salat Isya, listrik sudah kembala menyala. Membuat pasangan suami isteri itu bisa bernapas lega. Setidaknya bisa meredam gangguan makhkuk-makhluk yang semakin merajalela itu. Murotal juga kembali diputar melalui speaker yang dipasang di sudut ruangan.
Madi benar-benar tidak ingin memberi celah pada penghuni pohon tua itu bisa masuk. Kalau perlu mereka bisa diusir agar tidak mengganggu ketenangan mereka dan penduduk sekitar. Namun, Madi sendiri heran, apa yang membuat semua makhluk itu seperti haus darah. Bukankah mereka tidak sedikit pun mengusik keberadaan mereka? Apa memang ada orang tang sengaja memperalat meteka untuk tujuan tertentu? Entahlah! Madi tampak termenung. Berpikir keras.
"Kang, ada apa? Kok, kayak ada yang dipikirkan?" Pertanyaan Aulia menyadarkan Madi.`
"Entahlah, Dek. Akang bingung saja. Kenapa, makhluk-makhluk itu seperti tidak menyukai kita, bahkan tidak segan-segan ingin mengambil nyawa Adek."
Aulia tampak bingung mendengar penuturan Madi barusan. Dia memang awam dalam hal ini. Sehari-hari hanya bisa mengaji dan salat. Tidak mengerti dengan makhluk dimensi lain yang memang ada dan hidup berdampingan dengan manusia.
"Adek, takut, Kang!" seri Aulia, tertahan.
Madi tersenyum, membesarkan hati Aulia, memberinya kekuatan. Suara murotal yang terdengar dari pojok ruangan juga ikut memberi kekuatan.
Meski membingungkan, Aulia sangat yakin. kalau Allah akan selalu membantu mereka menghadapi gangguan makhluk itu. Madi juga tidak akan membiarkan Aulia celaka, karena perbuatan makhluk-makhluk penggoda itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Memek Becek
tulisannya ada yang kurang bro
2023-06-07
0
Azril Alfariq
Ceritanya Bagus banget..jadi tambah pengalanman👍👍💪💪💪
2021-11-28
0
Sari Istiqomah
Assalamualaikum semangat berkarya thor
Aku sudah like ya, mampir yuk. keceritaku
Dia Untukku. Terimah Kasih
2020-09-20
1