Dia Istriku
Bima
Nama gue Bima Agustian Putra. Anak sulung dari pasangan Abraham Alexi Putra dengan Amanda.
Gue menjabat sebagai ketua osis di sekolahan gue. Gue juga punya sahabat Reyhan Pratama dan Erfan Alfarizi, kita udah sahabatan dari SMP. Mereka selalu ada dan selalu ngasih masukan dan solusi buat gue apapun masalahnya.
Sekarang gue sudah kelas tiga jurusan IPA dan gue juga punya adik namanya Ruby Ananta Putri kelas 3 SMP. Sifatnya itu pecicilan, ceroboh, bawel, cerewet dan lainnya.
Sebenarnya sifat gue itu hangat dan ramah tapi gue lebih memilih untuk menjadi dingin dan datar untuk menghindarkan para wanita yang menjerit tidak jelas, sungguh menyakitkan telinga.
Hari ini adalah hari terakhir weekend setelah libur kenaikan kelas. Gue menikmati angin sore dengan berjalan kaki dari komplek rumah gue menuju taman.
Saat sedang santai berjalan dan beberapa meter lagi akan sampai ke taman, tiba - tiba
"Awas!!!" teriak seorang gadis dan mendorong gue sehingga pantat gue terbentur ke aspal
"Aaaaa!!!" teriaknya lagi, gue langsung menoleh dan melihat ia sudah tersungkur dan ada darah yang keluar dari sikunya.
"Woy...kalo bawa kendaraan hati - hati dong, masuk penjara baru tau rasa lo" teriaknya pada motor yang menyerempetnya lebih tepatnya mau nyerempet gue tapi yang kena malah dia.
Gadis itu berdiri dan menghampiri gue "Lo nggak papa?" tanyanya dengan suara yang merdu di telinga gue
Gue hanya memandangi wajah cantiknya yang begitu alami tanpa polesan warna warni yang sering di pakai oleh gadis lainnya.
Gadis itu berjongkok di hadapan gue, sangat dekat dan membuat jantung gue berdebar - debar.
"Woy bengong aja lo, ada yang luka nggak? Atau ada yang sakit?" tanyanya membuyarkan lamunan gue
"Hah, ng...nggak papa, gue baik - baik aja" jawab gue dengan gugup
"Yaudah kalo gitu, gue pergi dulu ya, hati - hati lo, bye" ucapnya tersenyum lalu berdiri dan pergi
Gue masih terduduk tak bergerak sama sekali kecuali mata gue yang mengikuti arah jalan gadis itu. Gue terpesona dengan senyumannya, jujur gue nggak pernah melihat senyuman semanis itu sebelumnya.
Sebenarnya gue banyak dapat banyak senyuman tapi senyuman genit dan centil, gue sama sekali nggak suka.
Gue kembali berjalan sambil membayangkan senyuman yang sangat manis dari gadis tadi "Bego, kenapa tadi gue diem aja? Kenapa gue nggak nanya namanya? Aakkhhh... bego, bego, bego" gerutu gue terus berjalan
Author
Bima duduk di bangku taman yang tidak jauh komplek rumahnya, sambil membayangi senyuman gadis yang sudah menyelamatkannya hidupnya tadi.
Baru 10 menit Bima duduk di sana, sudah banyak gadis yang menggodanya saat melewatinya, bahkan ada yang sengaja mondar mandir untuk menarik perhatian.
Tapi Bima tidak menghiraukan, ia malah terus terbayang pada gadis misterius itu
"Kalo gue ketemu lagi sama dia, fiks dia itu jodoh gue" gumamnya
Bima berdiri dan berjalan meninggalkan taman, ia berjalan santai kembali ke rumahnya. Saat di jalan Bima melihat ke kanan dan ke kiri bahkan ke segala arah, dengan harapan bisa bertemu dengan gadis itu lagi.
Marina
Marina Larasati Putri itu nama gue, tapi Bunda dan Oma gue sering manggil gue Ina. Nama Bunda gue Maya Ranti, dia sudah meninggal karna kecelakaan saat gue masih duduk di bangku SMP.
Semenjak Bunda meniggal, gue udah nggak punya semangat hidup lagi, karna orang yang satu - satunya gue sayang udah pergi. Rasanya gue mau nyusulin dia, tapi selalu gagal. Gue pernah nyari tau tentang psikopat yang kejam di mana pun gue berada tapi nggak ketemu - ketemu.
Gue pernah berfikir untuk bunuh diri, tapi gue selalu inget kata Bunda "Kalo kita bunuh diri, Tuhan nggak mau nerima kita, jadi roh kita melayang, nggak di Dunia juga nggak di akhirat" berarti percuma dong kalo gue bunuh diri, gue tetep nggak bisa ketemu Bunda, lebih baik gue hidup.
Bahkan Ayah gue juga nggak peduli sama hidup gue. Dia juga pernah mau jual gue untuk di jadikan jalang, tapi gue menolak karna gue nggak mau mati karna berdosa, walaupun pahala gue nggak banyak seenggaknya badan gue masih suci.
Setiap kali gue nolak dia selalu mukul gue tanpa ampun. Pertama - pertamanya gue nangis karna sakit, tapi gue tetep nolak kalo dia mau jual gue. Trus lama - kelamaan gue nggak nangis lagi karna udah kebal, malahan gue berharap kalo gue mati karna terus di pukul.
Tapi anehnya, gue itu kayak punya nyawa kayak kucing banyak nggak abis - abis, heran gue.
Gue juga punya apartement dan cafe peninggalan alm Oma gue yang nggak di ketahui oleh Ayah. Karna kalo sampe dia tau akan di jual untuk keperluannya.
Hari ini hari ke - 5 gue tinggal di kota B karna ayah ada urusan di kota ini, jadi gue di paksa untuk ikut, ntah apa urusannya itu gue nggak peduli.
Sebenarnya gue nggak mau tapi karna cafe gue ada di kota ini jadi gue ikut, apartement gue juga ada di sini. Kalian pasti mikir gue tinggal di apartement kan, ya nggak lah kalo gue tinggal di sana Ayah gue pasti tau.
Gue tinggal di kontrakan, ya lumayan lah kalo untuk orang kalangan kayak gue, kontrakan itu di sewa oleh Ayah gue. Tapi kalo Ayah gue nggak pulang gue tidur di apartement, lebih nyaman.
Satu lagi gue itu alergi sama coklat, kalo gue makan benda manis itu, badan gue akan timbul bentol - bentol plus gatal - gatal yang nggak ketulungan.
Karna besok gue masuk ke sekolah baru, jadi hari ini gue jalan - jalan ke taman yang ada di komplek perumahan elit deket kontrakan gue.
Saat gue lagi berjalan santai di trotoar, gue juga ngeliat cowok yang berjalan santai tapi agak ke tengah. Awalnya gue nggak peduli karna jalanan emang sepi dari kendaraan.
Seketika gue melihat ke belakang ada kendaraan yang melaju cukup kencang ke arah cowok tadi, tanpa pikir panjang gue langsung lari ke arah cowok itu dan,
"Awas!!!" teriak gue sambil mendorongnya hingga jatuh tersungkur, akhirnya gue yang ke serempet motor dan ikut terjatuh sampe - sampe siku gue berdarah
"Woy kalo bawa kendaraan hati - hati dong, masuk penjara baru tau rasa lo" omel gue pada motor yang sudah jauh "Akh.. siku gue" sambil membersihkan kotoran yang menempel
Sebenarnya itu nggak seberapa sih, karna tubuh gue udah biasa terluka bahkan lebih parah, luar dan dalam.
Gue melihat ke arah cowok itu, dia hanya diam dan memandangi gue, mungkin dia masih syok. Akhirnya gue berdiri dan menghampirinya untuk menanyakan keadaannya.
"Lo nggak papa?" tanya gue tapi dia masih diam, gue menepuk pundaknya "Woy bengong aja lo, ada yang luka nggak? Atau ada yang sakit?" tanya gue lagi
"Hah...ng... nggak papa, gue baik - baik aja" jawabnya terbata - bata
"Yaudah kalo gitu, gue pergi dulu, hati - hati lo, bye" ucap gue sambil tersenyum kemudian pergi.
Yang tadinya gue mau ke taman, tapi nggak jadi karna mau ngobatin luka gue. Sebenarnya nggak masalasih hanya aja gue takut jadi infeksi trus di amputasi, gue nggak mau kalo mati dalam keadaan anggota badan yang nggak lengkap.
Gue heran sama orang yang ada di kota ini, karna dari hari pertama sampe sekarang udah tiga orang yang gue tolongin. Ntah karna kebetulan, ntah mereka yang ceroboh, atau mungkin emang gue di takdirkan untuk jadi pahlawan, wkwkwk pede banget gue.
Oh ya gue lupa belom ngenalin bokap gue. Namanya Marco, anak rantau, gila harta, gila wanita. Gue juga nggak tau asalnya dari mana. Dulu waktu dia nikahin Bunda, dia berbohong tentang identitasnya yang mengaku sebagai orang kaya dan punya banyak perusahaan.
Karna Oma dan Bunda gue baik hati dan bodoh mereka percaya aja. Oma gue itu orang kaya hartanya banyak tapi setelah Bunda menikah dengan manusia brengsek itu, semua harta Oma gue di ambilnya dan sekarang hilang ntah ke mana.
Yang tersisa hanya cafe dan apartement karna itu semua sudah di alihkan atas nama gue, dan Marco tidak tau hak itu.
Maaf typo🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
teti kurniawati
saya mampir. Mampir juga yukk di karya saya.
"Suami, rupa madu mulut racun."
2022-10-27
1
Heni Yuhaeni
bagus ceritany thor lanjut
2021-02-27
0
Lylo
kata2nya renyah q suka thor lnjut
2020-03-05
0