5

Bima dan Marina duduk di dalam mobil berwarna putih milik Bima. Sang Papa menyuruh Bima untuk mengantarkan Marina pulang, dan dengan senang hati ia akan mengantarnya.

Di dalam mobil tidak ada yang bersuara, Bima fokus menyetir sesekali melirik ke Marina yang asik mengamati gedung - gedung yang tinggi melalui kaca jendela.

"Ekhem... Na!!" panggil Bima tapi tidak di dengar oleh Marina, ia sangat asik melihat gedung - gedung di luar sana "Marina Larasati Putri" panggil Bima lagi dengan suara sedikit keras membuat Marina tersentak

"Hah...astaga, ngagetin aja lo" ucap Marina sambil mengelus dada dan mengatur nafas

"Lagian lo, gue panggilin dari tadi nggak nyaut - nyaut"

"Emang lo kenapa manggil gue?"

"Kenapa lo nerima perjodohan ini?" tanya Bima, memang sedari tadi ia penasaran dengan jawaban Marina

"Hmm....kalo gue bilang buat lepas dari Marco, lo sakit hati nggak?"

"Marco? Bokap lo?" Marina mengangguk "Kenapa?"

"Kalo gue kasih tau alasannya, apa lo tetep mau nikah sama gue?"

Bima mengerutkan dahinya "Maksud lo? Gue nggak ngerti"

Marina terdiam dan menunduk, Bima melihat berubahan raut wajah Marina merasa bersalah.

"Yaudah kalo lo nggak mau cerita nggak papa, dan apapun alasannya nanti gue akan tetep nikah sama lo" ucapan Bima membuat Marina langsung menoleh kemudian kembali melihat ke luar jendela.

Ntah mengapa ucapan Bima membuatnya tersentuh. Baru kali ini ada pria yang mau dekat denganny seperti ini, bahkan ingin menikah.

Marina kembali menatap Bima yang fokus menyetir.

Bima yang merasa di tatap pun menoleh pada Marina

"Kenapa?" tanya Bima, Marina menggeleng dan kembali melihat ke luar jendela

*****

Keesokannya

Marina berangkat sekolah seperti biasa, ia keluar dari angkot dan masuk ke dalam gedung sekolah.

"Marina!!" panggil seseorang membuat Marina menoleh

"Bima" gumam Marina

"Ke kelas bareng" ajak Bima saat di depan Marina

Marina mengangguk "Ayok"

Karna masih pagi jadi di koridor tidak terlalu ramai, sampai di kelas mereka duduk di kursi masing - masing. Para murid pun mulai berdatangan dan kelas mulai ramai.

Tak lama bel berbunyi dan guru yang mengajar masuk ke dalam kelas untuk memulai pelajaran.

2 jam pelajaran pertama akhirnya selesai, kini murid - murid duduk di kantin untuk mengisi perut.

"Gue mau ngasih kabar bahagia" ucap Bima sambil memakan siomaynya, kedua sahabatnya itu mendongak

"Kabar bahagia apa?" tanya Erfan

Bima melihat ke kanan ke kiri, kemudian mencondongkan wajahnya dan di ikuti ke dua sahabatnya

"Gue sama Marina minggu depan akan nikah" ucap Bima

Spontan mereka memundurkan badannya bersama "Hah!!! Nikah!!!" ucap mereka bersamaan

"Sssttt.... jangan berisik" peringat Bima

Dengan kompak mereka menutup mulut

"Lo serius?" tanya Rey dengan suara pelan

"Serius gue, tadi malam gue ketemu sama dia dan bokapnya"

"Trus dia jawab apa?" giliran Erfan yang bertanya

"Dia bilang, dia mau nikah sama gue" ucap Bima senang

"Wah!! Wah!!" seru Erfan dan Rey bersama sambil menggeleng - geleng

"Gila Bim, beruntung banget lo" Rey

"Tuhan emang ngedukung lo, inget lo harus jaga dia baik - baik" Erfan

"Erfan bener, lo nggak boleh nyia - nyiain dia, ngecewain dia, apa lagi sampe bikin dia nangis" timpal Rey, Erfan mengangguk

"Gue nggak akan ngelakuin itu semua dan gue nggak akan ngebiarin hal itu terjadi" ucap Bima mantap

*****

Marina duduk sendiri di bangku taman belakang sekolah, ia menarik nafas kemudian menghembusnya.

Ia mendongakkan wajahnya menatap langit yang cerah, memejamkan mata, menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya.

Tak lama kemudian ia kembali membuka mata dan melihat kesamping.

Sosok wanita paruh baya yang masih cantik, menggunakan dress panjang dengan lengan panjang berwarna putih, rambut yang di gerai, wajah berseri - seri tersenyum ke arah Marina.

Marina pun juga tersenyum dan langsung memeluk wanita itu dan di balas oleh wanita tersebut.

"Ada apa?" tanya wanita itu

"Apa keputusan Ina benar untuk menikahi laki - laki itu?" Marina balik tanya

"Setiap manusia itu pasti akan menikah, hanya saja kapan dan dengan siapanya yang kita tidak tau" jawabnya sambil mengelus rambut panjang Marina "Apapun keputusannya, kamu harus tanyakan pada hati kamu dan mengikuti kata hati kamu" lanjutnya

Marina melepaskan pelukannya dan menatap wanita itu "Kalo hati Ina salah?"

Wanita itu tersenyum "Hati tidak pernah salah, yang salah itu ego, kalo kamu mengikuti kata hati, maka semua akan baik - baik saja, tapi kalo kamu mengikuti ego, semua akan hancur"

"Apa Ina punya ego?"

"Setiap manusia punya ego termasuk kamu, dan tugas kamu harus mengendalikan ego kamu sebelum dia menghancurkan duniamu, kamu ngertikan sayang?" Marina mengangguk

"Kenapa Tuhan nggak ngizinin Ina untuk ikut Bunda dan Oma?"

Lagi - lagi wanita itu tersenyum "Karna Tuhan mau kamu merasakan kebahagiaan".

"Tapi semua kebahagiaan Ina udah di ambil"

"Tidak semua, kebahagiaan kamu masih ada di sini, dan kamu harus dapatkan kebahagiaan itu"

Marina menunduk mencerna semua perkataan sang Bunda. Saat ia kembali mendongak wanita itu sudah tidak ada, Marina kembali menatap langit.

"Ina janji sama Bunda, Ina akan mencari kebahagiaan itu" ucapnya tersenyum

*****

Bima, Rey dan Erfan berjalan menuju kelas, ia melihat Marina berjalan seorang diri dari arah samping.

"Kalian duluan aja" ucap Bima melihat Marina

Kedua sahabatnya itu ikut arah pandang Bima, mereka mencibir lalu melengos pergi.

Bima masih berdiri di tempatnya sambil tersenyum melihat Marina yang berjalan mendekat. Marina mengerutkan keningnya saat sudah berhadapan dengan Bima yang terus tersenyum.

"Woy....kenapa lo? Senyum - senyum dari tadi" ucap Marina sambil memukul pelan lengan Bima

"Nggak papa, lo dari mana? Di kantin nggak keliatan"

"Dari taman belakang"

"Ngapain?"

Marina menggeleng "Nggak ada, iseng aja"

"Oh...kelas yuk" ucap Bima, Marina mengangguk

"Lo udah makan?" tanya Bima di sela - sela jalannya Marina menggeleng "Kenapa?"

"Nggak nafsu aja"

Bima menarik tangan Marina berbalik arah, yang di tarik mengerutkan keningnya.

"Bima kita mau ke mana? Kelasnya kan sebelah sana" ucap Marina sambil menunjuk arah kelas di belakangnya tapi tidak dihiraukan oleh Bima

Sampai di kantin Bima menyuruh Marina untuk duduk dan ia pergi untuk memesan makanan. Bima kembali dengan membawa nampang berisi semangkuk bakso dan segelas es teh.

"Nih makan, perut lo harus di isi" ucap Bima memberikan makanan yang ia bawa tadi

Marina menatap makanan di depannya, kemudian menatap Bima "Tapi gue nggak laper Bim"

"Seenggaknya pikirin lambung lo" Marina mendengus "Atau mau gue suapin?" godanya

"Nggak usah, gue bisa sendiri" tolak Marina langsung menarik mangkuk bakso dan melahapnya

"Gitu dong" ucap Bima tersenyum "Oh ya, kata Mama hari ini fitting baju"

Marina mendongak "Fitting baju?" Bima mengangguk "Bukannya seminggu lagi ya, apa nggak kecepetan?"

"Katanya biar cepet aja, kan masih banyak keperluan lain yang harus di siapin"

Marina menjawab dengan anggukan dan melanjutkan makannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!