Kesalahan & Keegoisan Dibalik Kebahagiaan
Perkenalan
Namaku Gusti Ayu Purnama Sari, aku biasa dipanggil Ayu. Anak dari pasangan Ibu Asri dan Bapak Kelik. Aku terlahir di keluarga yang sederhana, di sebuah desa di Pulau Jawa yang jauh dari Ibu Kota.
Aku memiliki paras yang tidak terlalu cantik, tapi lumayan manis kata orang - orang( cie elah kaya permen aja 😁😁 ) postur tubuh yang tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu pendek. Wajah oval dengan pipi cuby nya yang katanya bikin gemes. 😜 Hidung yang pesek, rambut hitam panjang sepinggang, bergelombang. Kulit sawo matang ( hitam manis 😁) khas anak desa.
Ini kisah ku, aku awali dari bangku Sekolah Menengah Pertama, awal mula aku mengenal dirinya.
Pagi hari ku di awali dengan teriakan si ibu😁 yang membangunkan ku dengan teriakkan andalannya,( biasa lah aku rada susah bangun soalnya hehehe). Masih setia sama bantal guling, kehangatan selimut yang membuatku nyaman, membuat aku enggan untuk beranjak dari posisi ternyaman.
" Nduk ayo bangun!!" teriak ibu.
" 5 menit lagi ya buk, masih ngantuk,"
" Ibuk nggak lagi jualan waktu ya, jadi nggak ada acara tawar menawar. Buruan bangun, keburu siang!! Apa perlu ibuk siram pakai air? "
" Iya, iya buk, ini sudah bangun."
" Heran deh anak gadis kok nggak ada rajin - rajinnya. Sholat dulu, terus bantuin ibu bikin sarapan! " omel ibuk.
" Iya buk, iya" jawabku.
Aku segera bangun dengan langkah malas, serta dengan rambut singa ku, acak - acakan gaya khas bangun tidurku( tidak ada cantik - cantiknya 😁).
Aku ambil air wudhu, dinginnya air wudhu yang menyentuh kulitku, segera menyadarkan ku dari rasa kantukku yang masih saja menyelimuti diriku.
Segera aku tunaikan ibadahku, lalu aku membantu ibu bikin sarapan. Kebiasaan ku adalah sarapan dulu baru mandi😁. Setelah selesai mandi aku siap - siap untuk pergi ke sekolah.
Mengenakan seragam dengan atasan putih, rok panjang berwana biru, aku sangat menyukainya, yah aku tidak menyangka bahwa sekarang aku sudah duduk di bangku sekolah menengah pertama.
Saat sedang fokus memakai hijab ku, rupanya mbak Yani sudah datang.
" Assalamualaikum, Ayu,, " suara mbak Yani memanggilku terdengar hingga kamar ku.
Mbak Yani adalah saudara ku anak dari bude, serta sahabatku. Kita seumuran, umurku cuma selisih beberapa bulan dari mbak Yani. Ya aku biasa memanggil dia mbak Yan. Kita satu kelas satu sekolahan juga😁. Memang rutinitas ku setiap kali berangkat ke sekolah selalu bareng dengan nya.
Perawakan kita yang sama, sama pendek nya, sama badannya berisi, sering kali kita dikira kembar. Bedanya ada pada warna kulit kita, walaupun anak dari desa, mbak Yani memiliki kulit yang putih. Beda denganku yang memiliki kulit cenderung gelap.
" Wa'alaikumsalam, tunggu sebentar ya Yan, Ayu masih siap-siap dikamar ," Kata ibu yang kebetulan lagi nyapu di teras rumah.
" Iya bulek."
" Ayu cepetan ini udah ditunggu Yani, dari tadi kok gak selesai - selesai, nggak usah dandan ini mau sekolah bukan mau kondangan." Suara ibuk yang berteriak dari luar.
" Iya buk, ini udah kok, bentar aku mau pamit sama bapak dulu." Jawabku sambil berjalan cepat mencari keberadaan bapak yang ternyata lagi duduk santai sambil ngopi di dapur.
Setelah mencium tangan dan berpamitan sama bapak ibuk, aku berangkat ke sekolah berjalan santai sambil ngobrol ini ono dengan mbak Yani.
Yah di desa tempat ku tinggal, jarang ada anak - anak pergi sekolah pakai kendaraan. Paling kalau yang rumahnya jauh banget mereka pakai sepeda. Kita lebih suka berangkat berjalan kaki rame - rame bersama dengan teman - teman yang lain, itu lebih asik menurutku.
Udara pagi hari di desaku masih suegerr, dingin - dingin gimana gitu 😁, pagi hari yang berkabut itu adalah yang paling aku suka. Udara yang masih segar dinikmati sambil berjalan santai dan ngobrol, itu asik banget. Dan tanpa terasa sampai lah aku di sekolahan.
Di sana aku sudah di tunggu dua sahabatku. mereka adalah Okta dan Aisyah. Walaupun kita dekatnya baru, kita dekat karena satu kelas. Tetapi kita BFF ( best friend forever )banget. Temen rasa saudara, karena memang kita sudah seakrab itu, dan kepedulian antar satu sama lain itu luar biasa.
" Hay plen baru dateng lo?" sapa Okta.
" Iya nih jalan macet lampu merahnya lama Hehehe, aku Ayu mbak bukan 'lo'. Biasa aja gak usah pakai bahasa gaul mbak, jadi aneh dengernya." Jawabku sambil nyengir kuda.
" Biar kekinian Yu, hehehe." Jawab mbak Okta.
" Ihh bisa aja nih ngelesnya si Cemplon, mana ada lampu merah, adanya hanya Polisi tidur, yang walaupun di injak - injak tidak bangun - bangun, hehehe. Bilang aja kamu bangunnya kesiangan kan? pasti semalem mimpi yang indah - indah ya atau lagi lembur teleponan sama cowokmu ?" celetuk si Aisyah.
" Iya mimpi ketemu mas - mas ganteng, jadi nggak rela mau bangun! lagian cowok siapa? kalian tau sendiri aku nggak pernah dekat dengan cowok kan, dekatnya juga cuma sama kalian aja." Jawabku jutek.
" Enggak kesiangan Syah. tadi dia dandannya lama banget, kaya emak - emak mau kondangan. Dan entah apa yang dia dandanin, itu mukanya nggak ada yang berubah. Masih sama aja tuh muka." Kata Yani sambil jalan masuk ke kelas.
" Ye si embak, kalo ngomong suka gitu ihh, siapa yang dandan, bedak aja nggak punya. Lagian kalau dandan emang suruh berubah jadi siapa ?" jawabku sambil cemberut dan mengekor dibelakang sambil jalan ke kelas.
" Ya kali bisa jadi cantik, kaya Nana Mirdad. " jawab mbak Yani.
" Cantikan aku kali mbak, ya walaupun banyakan dia, hehehe." Jawabku, yang membuat kita tertawa bersama.
Dan setelah duduk di kursi singgah sana kesayangan, tett,, tet,, tet,, bel tanda masuk berbunyi, dan jam pelajaran pun di mulai.
Saat sudah berhadapan dengan soal yang sulit, aku berharap bel istirahat segera berbunyi. Apa lagi kalau pelajaran Matematika, aku paling pening kalau sudah berurusan dengan rumus, hitung menghitung, apa lagi kalau soal pembagian. Rasanya pengen lari pulang terus rebahan aja di kasur, hehehe.
Dua jam sudah otakku dibikin pening si Matematika. Bel istirahat pun berbunyi, aku dan teman - teman segera ke kantin, membeli makanan, lalu mencari tempat duduk yang nyaman untuk mengobrol.
" Huhh, pusing kepalaku," Kataku.
" Kenapa Yu?" Tanya Aisyah.
" Rumus yang tadi membuatku sakit kepala. Aku ngitungnya nggak ketemu jawabannya. Kenapa harus dibagi juga, kan aku jadi bingung." Jawabku yang membuat mereka terkekeh.
" Iya kan memang dasar Matematika itu , tambah, kurang, kali dan bagi Ayu." Jawab mbak Okta.
" Lebih mudah kalau, sukanya yang di tambah, sayangnya nggak boleh di kurang, ketulusan harus dikalikan, cintanya nggak boleh di bagi karena itu menyakiti hati. Kan gak pakai angka itu, nggak bikin pening." Kataku.
" Sok tau, ini anak kayaknya otaknya geser deh. cinta itu lebih rumit dari Matematika." Kata mbak Yani.
" Kaya udah pengalaman aja." Sahut Aisyah.
Karena asyik nya mengobrol, tak terasa bel pun berbunyi, tanda akan di mulainya pelajaran lagi.
Berjam - jam berkutat dengan buku pelajaran, yang bikin pusing, pening kepala. Sangat menguras banyak energi. Karena di kantin tadi aku cuma makan gorengan serta es teh, itu hanya menunda lapar sementara, sehingga membuat cacing di perut meminta untuk di kenyang kan segera.
Tiba waktunya yang paling aku tunggu, yaitu bel pulang sekolah.
Biasa aku pulang sekolah berjalan kaki bareng- bareng dengan sahabatku tercinta, karena memang jalan rumah kita satu arah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Whiteyellow
semangat feedback karyaku
Cintai Aku Sahabat Kecilku dan
I Need You ...terima kasih..
2021-03-27
1