Perkenalan
Namaku Gusti Ayu Purnama Sari, aku biasa dipanggil Ayu. Anak dari pasangan Ibu Asri dan Bapak Kelik. Aku terlahir di keluarga yang sederhana, di sebuah desa di Pulau Jawa yang jauh dari Ibu Kota.
Aku memiliki paras yang tidak terlalu cantik, tapi lumayan manis kata orang - orang( cie elah kaya permen aja 😁😁 ) postur tubuh yang tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu pendek. Wajah oval dengan pipi cuby nya yang katanya bikin gemes. 😜 Hidung yang pesek, rambut hitam panjang sepinggang, bergelombang. Kulit sawo matang ( hitam manis 😁) khas anak desa.
Ini kisah ku, aku awali dari bangku Sekolah Menengah Pertama, awal mula aku mengenal dirinya.
Pagi hari ku di awali dengan teriakan si ibu😁 yang membangunkan ku dengan teriakkan andalannya,( biasa lah aku rada susah bangun soalnya hehehe). Masih setia sama bantal guling, kehangatan selimut yang membuatku nyaman, membuat aku enggan untuk beranjak dari posisi ternyaman.
" Nduk ayo bangun!!" teriak ibu.
" 5 menit lagi ya buk, masih ngantuk,"
" Ibuk nggak lagi jualan waktu ya, jadi nggak ada acara tawar menawar. Buruan bangun, keburu siang!! Apa perlu ibuk siram pakai air? "
" Iya, iya buk, ini sudah bangun."
" Heran deh anak gadis kok nggak ada rajin - rajinnya. Sholat dulu, terus bantuin ibu bikin sarapan! " omel ibuk.
" Iya buk, iya" jawabku.
Aku segera bangun dengan langkah malas, serta dengan rambut singa ku, acak - acakan gaya khas bangun tidurku( tidak ada cantik - cantiknya 😁).
Aku ambil air wudhu, dinginnya air wudhu yang menyentuh kulitku, segera menyadarkan ku dari rasa kantukku yang masih saja menyelimuti diriku.
Segera aku tunaikan ibadahku, lalu aku membantu ibu bikin sarapan. Kebiasaan ku adalah sarapan dulu baru mandi😁. Setelah selesai mandi aku siap - siap untuk pergi ke sekolah.
Mengenakan seragam dengan atasan putih, rok panjang berwana biru, aku sangat menyukainya, yah aku tidak menyangka bahwa sekarang aku sudah duduk di bangku sekolah menengah pertama.
Saat sedang fokus memakai hijab ku, rupanya mbak Yani sudah datang.
" Assalamualaikum, Ayu,, " suara mbak Yani memanggilku terdengar hingga kamar ku.
Mbak Yani adalah saudara ku anak dari bude, serta sahabatku. Kita seumuran, umurku cuma selisih beberapa bulan dari mbak Yani. Ya aku biasa memanggil dia mbak Yan. Kita satu kelas satu sekolahan juga😁. Memang rutinitas ku setiap kali berangkat ke sekolah selalu bareng dengan nya.
Perawakan kita yang sama, sama pendek nya, sama badannya berisi, sering kali kita dikira kembar. Bedanya ada pada warna kulit kita, walaupun anak dari desa, mbak Yani memiliki kulit yang putih. Beda denganku yang memiliki kulit cenderung gelap.
" Wa'alaikumsalam, tunggu sebentar ya Yan, Ayu masih siap-siap dikamar ," Kata ibu yang kebetulan lagi nyapu di teras rumah.
" Iya bulek."
" Ayu cepetan ini udah ditunggu Yani, dari tadi kok gak selesai - selesai, nggak usah dandan ini mau sekolah bukan mau kondangan." Suara ibuk yang berteriak dari luar.
" Iya buk, ini udah kok, bentar aku mau pamit sama bapak dulu." Jawabku sambil berjalan cepat mencari keberadaan bapak yang ternyata lagi duduk santai sambil ngopi di dapur.
Setelah mencium tangan dan berpamitan sama bapak ibuk, aku berangkat ke sekolah berjalan santai sambil ngobrol ini ono dengan mbak Yani.
Yah di desa tempat ku tinggal, jarang ada anak - anak pergi sekolah pakai kendaraan. Paling kalau yang rumahnya jauh banget mereka pakai sepeda. Kita lebih suka berangkat berjalan kaki rame - rame bersama dengan teman - teman yang lain, itu lebih asik menurutku.
Udara pagi hari di desaku masih suegerr, dingin - dingin gimana gitu 😁, pagi hari yang berkabut itu adalah yang paling aku suka. Udara yang masih segar dinikmati sambil berjalan santai dan ngobrol, itu asik banget. Dan tanpa terasa sampai lah aku di sekolahan.
Di sana aku sudah di tunggu dua sahabatku. mereka adalah Okta dan Aisyah. Walaupun kita dekatnya baru, kita dekat karena satu kelas. Tetapi kita BFF ( best friend forever )banget. Temen rasa saudara, karena memang kita sudah seakrab itu, dan kepedulian antar satu sama lain itu luar biasa.
" Hay plen baru dateng lo?" sapa Okta.
" Iya nih jalan macet lampu merahnya lama Hehehe, aku Ayu mbak bukan 'lo'. Biasa aja gak usah pakai bahasa gaul mbak, jadi aneh dengernya." Jawabku sambil nyengir kuda.
" Biar kekinian Yu, hehehe." Jawab mbak Okta.
" Ihh bisa aja nih ngelesnya si Cemplon, mana ada lampu merah, adanya hanya Polisi tidur, yang walaupun di injak - injak tidak bangun - bangun, hehehe. Bilang aja kamu bangunnya kesiangan kan? pasti semalem mimpi yang indah - indah ya atau lagi lembur teleponan sama cowokmu ?" celetuk si Aisyah.
" Iya mimpi ketemu mas - mas ganteng, jadi nggak rela mau bangun! lagian cowok siapa? kalian tau sendiri aku nggak pernah dekat dengan cowok kan, dekatnya juga cuma sama kalian aja." Jawabku jutek.
" Enggak kesiangan Syah. tadi dia dandannya lama banget, kaya emak - emak mau kondangan. Dan entah apa yang dia dandanin, itu mukanya nggak ada yang berubah. Masih sama aja tuh muka." Kata Yani sambil jalan masuk ke kelas.
" Ye si embak, kalo ngomong suka gitu ihh, siapa yang dandan, bedak aja nggak punya. Lagian kalau dandan emang suruh berubah jadi siapa ?" jawabku sambil cemberut dan mengekor dibelakang sambil jalan ke kelas.
" Ya kali bisa jadi cantik, kaya Nana Mirdad. " jawab mbak Yani.
" Cantikan aku kali mbak, ya walaupun banyakan dia, hehehe." Jawabku, yang membuat kita tertawa bersama.
Dan setelah duduk di kursi singgah sana kesayangan, tett,, tet,, tet,, bel tanda masuk berbunyi, dan jam pelajaran pun di mulai.
Saat sudah berhadapan dengan soal yang sulit, aku berharap bel istirahat segera berbunyi. Apa lagi kalau pelajaran Matematika, aku paling pening kalau sudah berurusan dengan rumus, hitung menghitung, apa lagi kalau soal pembagian. Rasanya pengen lari pulang terus rebahan aja di kasur, hehehe.
Dua jam sudah otakku dibikin pening si Matematika. Bel istirahat pun berbunyi, aku dan teman - teman segera ke kantin, membeli makanan, lalu mencari tempat duduk yang nyaman untuk mengobrol.
" Huhh, pusing kepalaku," Kataku.
" Kenapa Yu?" Tanya Aisyah.
" Rumus yang tadi membuatku sakit kepala. Aku ngitungnya nggak ketemu jawabannya. Kenapa harus dibagi juga, kan aku jadi bingung." Jawabku yang membuat mereka terkekeh.
" Iya kan memang dasar Matematika itu , tambah, kurang, kali dan bagi Ayu." Jawab mbak Okta.
" Lebih mudah kalau, sukanya yang di tambah, sayangnya nggak boleh di kurang, ketulusan harus dikalikan, cintanya nggak boleh di bagi karena itu menyakiti hati. Kan gak pakai angka itu, nggak bikin pening." Kataku.
" Sok tau, ini anak kayaknya otaknya geser deh. cinta itu lebih rumit dari Matematika." Kata mbak Yani.
" Kaya udah pengalaman aja." Sahut Aisyah.
Karena asyik nya mengobrol, tak terasa bel pun berbunyi, tanda akan di mulainya pelajaran lagi.
Berjam - jam berkutat dengan buku pelajaran, yang bikin pusing, pening kepala. Sangat menguras banyak energi. Karena di kantin tadi aku cuma makan gorengan serta es teh, itu hanya menunda lapar sementara, sehingga membuat cacing di perut meminta untuk di kenyang kan segera.
Tiba waktunya yang paling aku tunggu, yaitu bel pulang sekolah.
Biasa aku pulang sekolah berjalan kaki bareng- bareng dengan sahabatku tercinta, karena memang jalan rumah kita satu arah.
**Nomor baru**
Berjalan dibawah panas terik matahari, sungguh sangat melelahkan. Keringat bercucuran, belum lagi capek karena jalan kaki.
Setibanya di rumah,
" Assalamualaikum buk, "
" Wa'alaikumsalam, ehh udah pulang nduk? capek ya? cepat ganti baju terus istirahat, makan siang, jangan lupa sholatnya nduk! " Kata ibu yang sedang menggosok baju.
" Iya buk, panas, capek banget. Oh ya bapak kemana buk? "
" Bapak udah berangkat kerja, tadi selepas kamu berangkat sekolah, " jawab ibu.
" Oh tak kirain tidur. Kan baru semalem bapak pulang, kok udah balik kerja lagi buk? tadi pagi juga bapak nggak bilang kalau mau balik kerja? "
" Ya mungkin kerjaan bapak lagi banyak, nggak bisa ditinggal lama - lama di rumah."
" Tapi kan aku masih kangen buk, pengen di ajak jalan - jalan juga."
" Ya ngomong lah sediri sama bapak, mudah mudahan, besok Minggu pulang lagi. Ya sudah sono buruan ganti baju! "
" Iya buk."
Bapak bekerja di Jogja, entah tepatnya dimana aku kurang tau.Yang aku tau hanya dia bekerja di Jogja. Karena jauh jadi bapak pulang seminggu sekali kadang 2 Minggu sekali.
Aku mengambil segelas air putih, aku duduk di kursi yang ada di dapur, lalu meminumnya. Segelas yang aku teguk membuat menghilangkan rasa dahagaku.
Ku sandarkan badanku di kursi, aku pejamkan mata sejenak untuk sedikit melepas rasa lelahku.
Tring, tring, tring, bunyi ponsel ibuk, tanda ada panggilan masuk.
Aku ambil dan aku angkat sekalian, karena kebetulan ponsel ibuk ada di dekatku, dimeja di hadapanku.
" Halo assalamualaikum," salam ku.
" Wa'alaikumsalam." Dia pun menjawab salam ku, aku kaget karena dari suaranya, ini laki - laki, tapi bukan suara bapak.
" Maaf ini siapa ya?" tanyaku, karena di ponsel ibuk ini nomor baru.
" Boleh kenalan gak?" katanya.
" Dapet nomor ibuk ku dari mana ya?" tanyaku. Aku tidak menjawab pertanyaannya, karena ini membuatku penasaran, jadi aku balik nanya, kok bisa ada laki - laki nelpon ke ponsel ibuk?
Dari suaranya sih, bukan om om ya. Ini siapa sih minta kenalan pula? apa temen ibuk? masak iya ibuk punya kenalan berondong? Lalu kenalnya dimana? ibuk kan gak pernah kemana - mana. Hanya di dapur di sumur sama di kasur. Aku masih bertanya tanya di dalam hatiku.
" Tadi iseng aku ngacak, karena nomor ini mirip sama nomor temen aku, cuma aku ubah 2 nomor belakangnya. "Jawabnya.
Jawabannya ,mampu menjawab semua pertanyaan yang ada di benakku. Tapi tetap saja aku masih merasa curiga.
Ini awal mula aku kenal si dia, berawal dari keisengan anak - anak remaja, yang memang pada saat itu lagi viral nya iseng - iseng ngacak nomor telpon gitu😁.
Mungkin ini memang sudah takdir Tuhan, dengan cara ini, mempertemukan aku dengan dia, untuk mengisi hari - hariku, memberiku rasa baru yang sebelumnya belum pernah aku rasakan. Mengukir kisah yang tidak akan pernah aku lupakan.
Dulu memang lagi trendnya begitu. Iseng mengubah angka nomor ponsel, lalu menelponnya, kalau beruntung bisa kenal seumuran terus jadi teman, kadang juga suka nyasar ke nomor om - om 😅. Rada kocak emang, tapi asik, dulu ponsel belum kaya sekarang. Ponsel aku dan kawan-kawan masih jadul. Layar kuning, hehehe kalau punya yang berwarna itu udah wow banget, apa lagi yang ada kameranya, jarang ada yang punya kalau orang desa mah. Belum kenal BBM apa lagi Wa, dulu cuma SMSan sama telponan, tapi seru😁 keypad nya masih ABC gitu. Dulu saking hafal nya ngetik cepat, sambil merem pun bisa. Pulsa 5 ribu aja awet banget. Batere tahan lama😅😅 Hp tahan banting.
Kuy lanjut,, 😉
" Ohhh ." Dan aku hanya ber ohhh ria .
" Boleh kenalan nggak,? aku Afif, kalo kamu siapa??" tanyanya lagi.
Wow dia langsung menyebut namanya, apa dia memang serius ingin berkenalan dengan ku?
tanya ku di dalam hati.
" Aku Ayu, oh ya kalau mau temenan nanti telpon ke nomor aku aja, ini nomor ibuku soalnya," jawabku.
Karena kan ini ponsel ibuk. Masak iya aku telponan pakai ponsel ibuk.
" Nanti aku SMS in nomor aku." sambung ku.
" Oke aku tunggu SMS dari mu." Jawabnya.
Tut,, tut,, tut,, suara tanda panggilan telah berakhir.
" Ya elah,, belum juga salam udah di tutup aja telponnya gak sopan banget." Sambil menggerutu, aku mengirim nomorku lewat pesan singkat, kalau tidak segera aku kirim, aku takut nanti dia akan menelpon ibuk terus😁 kan gak lucu nanti ibuk telponan sama berondong.😄
****
Afif Permana lahir lada 5 Mei 1994.
Pria tampan dengan tampilan sederhana tidak berlebihan. Hobinya bermain Sepak Bola.
Dia memang tidak suka yang aneh - aneh. Meskipun dia besar ditengah - tengah pergaulan yang ya, bisa dikatakan tidak baik lah. Karena banyak teman seusianya yang sudah akrab dan bersahabat baik dengan minuman keras.Tapi dia mampu membentengi dirinya agar tidak ikut terjerumus. Dan itu salah satu poin plus yang aku suka dari dia. Dia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Sama sepertiku dia juga lahir di keluarga yang sederhana. Dia dengan segala kelembutan dan kesabarannya mampu menaklukkan aku yang labil dan plin - plan serta egois ini.
Berawal dari iseng - iseng, nanti jadi temen terus jadi demen😁.Mungkin ini juga sudah dari bagian yang telah tuhan rencanakan. Menghadirkan dia untuk menemaniku disaat - saat tersulit ku, membantuku untuk terus bangkit dan berjalan maju.
****
Tak lama setelah aku kirimkan nomorku ke mas Afif, hp aku pun berdering. Aku segera bergegas mengambil ponselku, yang masih berada di kamar dan ya, ada panggilan dari nomor baru, sudah pasti itu dia.
Aku berbincang sebentar, karena aku ingin segera menyantap makan siang ku, serta menunaikan kewajiban ku.
Aku akhiri panggilan dia, setelah puas aku tanya - tanya ini dan itu.Ternyata dia anak dari desa sebelah. Ya jaraknya lumayan agak jauh dari desa tempat tinggal ku.
Karena mungkin baru kenal aku agak cuek, dan ya, tidak terlalu peduli. Masih belum terlalu percaya, apa lagi dia orang asing yang baru aku kenal. Masih enggan untuk ngobrol banyak hal.
Setelah aku selesai dengan urusanku, aku rebahkan badanku dikamar, sambil bertukar pesan dengan para sahabat - sahabat tercintaku, membahas tugas dari sekolah tadi, karena tugasnya kelompok, kami memutuskan untuk mengerjakannya di rumah mbak Yani.
Rasa kantuk pun menghampiri.
Aku meletakkan ponselku di samping bantal tempat aku tidur dan ku pejamkan mataku. Karena perut sudah kenyang, tidak butuh waktu lama akhirnya aku pun terlelap tidur dengan pulasannya.
Tring,, tring,, tring,, bunyi ponsel tanda ada panggilan masuk.
Ponselku yang berdering membuat aku terbangun dari tidur nyenyak ku.
Siapa sih? ganggu orang lagi tidur saja.
Dengan mata yang masih terpejam aku pencet tombol hijau dan mendekatkannya di telinga.
" Halo assalamualaikum, ini siapa ya?" tanyaku yang masih setengah sadar.
" Wa'alaikumsalam, baru bangun tidur kah? apa aku menganggu tidurmu? Tanya dia dengan
suara khasnya. Walaupun baru 2 kali aku mendengarnya, aku sudah tau siapa dia.
Afif Permana
Ya dia adalah Afif Permana
" Nggak kok, ada apa?" Tanya ku sambil ku kumpulkan kesadaran ku.
" Nggak ada apa-apa, cuma pengen nelpon aja, buruan bangun, mandi gih udah sore lho. " Kata Afif.
" Bentar biar kumpul dulu nyawanya mas,eh boleh kan ku panggi mas? biar agak sopan aja." Tanya ku.
" Lha emang nyawanya pada kemana?" (Tanya nya sambil terkekeh), kalau begitu aku panggil kamu adek ya? biar akrab." Katanya.
" Iya lah serah mas aja, udah dulu ya mas mau mandi dulu."
" Iya mandi yang bersih ya dek, biar tambah cantik. "
" Ih tau dari mana kalau aku cantik mas? "
" Hehehe tau lah kan kamu cewek jadi ya cantik, emm gimana kalau kita ketemuan dek? "
" Ide bagus tuh mas, gimana kalau Minggu aja ya? nanti aku kabarin lagi tempatnya, ya udah aku mau mandi dulu ya mas, assalamualaikum. "
Buru-buru ku akhiri panggilan ku, karena mau segera mandi dan membantu ibuk.
Aku cerita aja kali ya sama mbak Yan, biar nanti ketemunya ditemenin sama dia, ah besok aja lah aku cerita sekalian berangkat Sekolah.fikir ku.
Dan keesokan harinya, seperti biasa aku berangkat sekolah bareng sama mbak Yani dan aku putus kan untuk bercerita.
" Mbak, kemarin ada cowok nelpon nyasar, namanya Afif anak tetangga desa sebelah," aku mulai cerita sambil berjalan menuju Sekolah.
" Ya terus?" Tanya mbak Yani singkat.
" Minggu besok dia ngajak ketemu, temenin ya? " Pintaku.
" Emang mau ketemu dimana Yu? jam berapa?"
" Di Jembatan Desa sebelah mbak, pagi aja kali ya mbak? sekalian jalan sehat. Mau ya mbak Yan? plis, cuma bentar gak sampai siang kok." Rengek ku manja sambil merayu mbak Yani.
" Iya iya bawel, malam Minggu nanti sekalian tak tidur tempat mu, tapi awas kalau nanti aku jadi obat nyamuk. "
" Ahhh mbak Yan yang terbaik, obat nyamuk apaan sih mbak, orang kenal juga baru kemarin kok." kata ku saambil ku peluk mbak Yan.
" Em nanti tak minta Afif buat bawa temen, biar di kenalin ke embak sapa tau jodoh," Imbuh ku sambil nyengir kuda.
Tanpa terasa sampai lah aku di sekolah, dan seperti biasa sahabat ku sudah menunggu ku.
" Pagi, mbak Okta Aisyah sapa ku sambil aku meletakkan tas ku di bangku."
" Pagi juga Yu,, oh ya nanti kerja kelompok nya habis pulang sekolah aja ya?" kata mbak Okta.
" Oke nanti mbak Okta tak samperin terus kita berangkat bareng." Sahut Aisyah.
" Sekalian ya Syah samperin aku juga, mbak Yan jangan lupa disiapin camilan yang banyak." Imbuh ku.
" Hem." Jawab mbak Yan singkat.
Mbak Yan memang yang paling dewasa diantara kita, yang paling irit ngomong.
Pelajaran pun dimulai seperti biasa sampai jam pulang sekolah tiba.
Sesampai nya di rumah, aku berganti pakaian. Istirahat sejenak ngumpulin tenaga buat jalan lagi ketempat mbak Yan. Aku meraih ponsel ku yang ada di meja belajar, kulihat ada pesan masuk, ternyata dari mas Afif.
📩 Mz Afif
Udah pulang sekolah belum dek?
" Nggak Sekolah kah, kok jam segini udah pegang hp, setau ku bawa ponsel ke sekolah gak boleh deh." Gumam ku.
📨 Aku
Ini baru pulang mas, udah pulang po? kok udah kirim pesan??
📩 Mz Afif
Udah dek, tadi di sekolah Guru - Guru ada acara, jadi di pulangkan lebih awal. Oh iya gimana besok Minggu jadi ketemunya dimana?
📨 Aku
Di Jembatan deket desa sebelah mas aja, Minggu pagi ya, sekalian aku jalan sehat, oh ya nanti aku ajak mbak Yan.
📩 Mz Afif
Oke, aku juga nanti mau ajak temen ku, em ngomong - ngomong lagi apa dek? udah makan kan?
Duh senang nya, ada yang merhatiin, padahal baru kenal. Batin ku.
📨 aku
Udah kok mas, aku lagi siap - siap mau pergi kerja kelompok ke tempatnya mbak Yan, ni lagi nungguin temen, udah dulu ya, dilanjut nanti malam lagi mas.
Setelah selesai ku bertukar pesan, dua sahabatku pun datang, dan kita bersama sama jalan ke rumah mbak Yani. Ya lumayan cukup jauh, di bawah terik Matahari menyusuri jalan, lelah, panas tentunya tapi tak menurunkan semangat kami.
Setibanya di Rumah mbak Yani, di sambut dengan minuman dan berbagi macam cemilan. Istirahat sejenak melepas lelah dan dahaga untuk kemudian lanjut mengerjakan tugas sekolah.
" Ahhh akhirnya selesai juga." Teriak ku, sambil ku membereskan buku - buku dan ku masukan ke dalam tas.
" Ngobrol bentar ya? ngumpulin tenaga buat pulang😁" kata si Aisyah.
" Ehh besok Minggu ada yang mau ketemuan, cie,, yang udah gak sabar nunggu hari Minggu." Goda mbak Yani.
" Siapa yang mau ketemuan sama siapa Yan?" kepo mbak Okta.
" Hu,um,, kok gak ada yang cerita ya?" sahut si Aisyah.
Aku diem aja, pura - pura gak denger di goda mbak Yani.
" Dih yang pura - pura nggak denger." Sindir mbak Yani sambil melirik aku.
Dan mbak Okta yang sudah faham pun hanya senyum kepada ku.
" Ada rona-rona bahagia ini, ada bau - bau cinta. Cie ellah, yakin ni gak mau cerita gitu? orang nya kaya apa?" Aisyah ikut menggoda ku.
" Dihh apaan lah kalian ini, iya iya besok deh abis ketemuan aku pasti cerita, aku lagi temenan sama dia, gak pacaran Syah, ketemu aja belum, kenal juga baru kemarin."Jawab ku sambil ku manyun kan bibirku, dan membuat mereka tertawa.
" Ya udah yok pulang keburu sore! " ajak mbak Okta.
Dan kami pun berpamitan pulang. Setibanya di rumah, aku menjatuhkan diriku di kasur kesayangan ku. Karena lelah akhirnya aku pun ketiduran. Adzan Magrib membangunkan ku, dengan langkah gontai ku membersihkan diri ku lanjutkan menunaikan kewajiban ku, dan ku menyusul ibu yang sedang menonton TV. Aku bergelayut manja di lengan ibu, sambil mengobrol ringan dengan nya.
Setelah puas bermanja-manja ria dengan sang ibu, aku pamit masuk ke kamar duluan, aku meraih ponsel ku yang kebetulan juga berdering tanda ada pesan baru.
📩Mz Afif
Selamat Malam dek, udah tidur belum??
📨aku
Belum,
Aku membalas pesan nya sambil rebahan.
📩Mz Afif
Jutek banget dek, kenapa?? udah makan kan?
📨 Aku
Gak papa mas, aku udah makan tadi. Mas sendiri lagi apa?
📩Mz Afif
Lagi kumpul sama temen dek.
Baru ku mau membalas pesan, ada panggilan masuk dari mas Afif.
" Assalamualaikum mas,, "
" Wa'alaikumsalam dek, lagi apa? aku ganggu gak dek?"
Entah sejak kapan aku begitu menyukai suara mas Afif, apa lagi ketika dia memanggil ku adek, suara nya itu gimana ya, ya pokok nya adem gitu enek di dengar. 😅
Kuy lanjut, hehehe😜
" Nggak kok mas, ini lagi rebahan aja, lha katanya mas lagi ngumpul ama temen kok telpon? "
" Iya pengen denger suara kamu aja dek, kangen hehehe. "
" Dihh gombal si mas. "( Jawab ku, sambil senyum - senyum sendiri) 😄
Aku nggak boleh pake hati, kan baru kenal, tapi kenapa aku seneng kalau dengar suaranya? duh gimana nih, kan nggak lucu masak baru kenal sudah suka, nanti dikira murahan lagi, tapi tak bisa aku pungkiri aku senang di perhatiin gini.
" Nggak gombal kali dek, aku serius, ehh duarius malah, hehehe. "
" Sa ae si mas. "( Jawab ku sambil terkekeh).
" Lusa jadi ketemu kan dek? "
" Jadi mas, jangan bayangin aku yang cantik ya mas, takutnya gak sesuai kenyataan. Nanti mas nya kecewa, terus gak mau temenan lagi ntar hehehe. "
" Adek, adek,, niat ku bukan cari yang cantik, niat ku cari teman yang baik, baik buruk nya seseorang juga gak bisa dinilai dari penampilan. Dia yang baik, pasti terlihat cantik. Mau kamu seperti apa pun itu yang penting punya hati yang baik, aku akan suka. "
" Hehehe iya si mas, tapi kalau aku gak baik gimana?"
" Kan ada mas mu ini Yang bisa ngajarin kamu jadi baik."
Aduh ni kata-kata si mas nya kok gini ya, ha kan jadi bikin akunya deg - degan, duh mas jangan manis - manis, ntar kalau aku jadi suka gimana ?. Batin ku.
" Duh mas jadi bingung mau jawab apa, hehehe. "
" Jawab aja, AKU PADAMU gitu dek aku juga padamu kok dek, hehehe."
" Bisa aja bercandanya si mas mah. "
" Kan biar gak bosen dek, canda dikit boleh lah. "
" Asal jangan hati dan perasaan ku aja yang di bikin bercanda mas."
" Gak lah dek, aku tau hati dan perasaan adek itu untuk ku jaga, bukan untuk di buat bercanda."
" uh so sweet.Mas mau jagain hati adek?" tanya ku sambil menggoda.
" Dengan senang hati dek,"
" Hahahahaha." Kita tertawa bersama.
Dan begitulah kekonyolan kita, padahal baru kenal tapi entah kenapa, nyambung aja ketika ku ngobrol sama dia, anak nya asik di ajak bercanda, dan itu salah satunya yang bikin aku nyaman dan aku suka.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!