Benci Dan Cinta

Benci Dan Cinta

Oh tidak...! mataku ternodai

Eva Wulandari, seorang gadis berusia 18 tahun yang selalu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Semenjak kedua orangtuanya meninggal karena musibah kecelakaan, gadis itu harus bisa mencari uang sendiri. Walaupun dulunya dia adalah anak kesayangan orangtuanya (anak manja).

Dia tinggal disebuah kos-kosan dekat dengan tempatnya bekerja. Kos-kosan yang berukuran 3×3 mampu dia sulap sedemikian rupa agar sama seperti kamar mewahnya dulu.

Kenapa dia tinggal di kosan?

Apakah dia anak tunggal?

Jawabannya...

Sebenarnya dia mempunyai saudara dari ibu dan ayahnya. Hanya saja mereka semua tidak perduli terhadap dirinya. Mereka hadir saat pembagian warisan orangtuanya saja.

Dan juga, Eva bukanlah anak satu-satunya, dia memiliki seorang kakak perempuan yang tinggal diluar negeri bersama suaminya.

Kakaknya jarang mengunjungi dia, karena biaya transportasi antar negara yang cukup besar. Sesekali mereka berkomunikasi lewat video call.

Pemilik rumah hanya menyewakan dua kamar untuk putri. Jadi penghuni kosan tidak banyak, hanya ada Eva dan temannya, Ayu.

Walaupun penghuninya bisa dibilang sedikit, namun selalu ada saja yang membuatnya kesal. Salah satunya ya anak si pemilik kosan.

Seorang pemuda bernama Arya. Pemuda 20 tahun yang masih mengenyam pendidikan di perguruan tinggi.

Pintar, keren, tampan dan juga resek. Itulah gambaran yang selalu terlintas di benaknya Eva. Tapi Eva sama sekali tidak menyukainya, tidak seperti teman satu kosannya itu, Ayu.

Ayu sangat menyukai Arya, bahkan dia sampai berani mengambil foto Arya bertelanjang dada secara diam-diam.

___

Hari ini cuaca cukup cerah, matahari tidak lagi bersembunyi di balik awan kelabu. Dan cucian bekas-pakai sudah menumpuk. Eva memutuskan untuk mencuci baju-bajunya.

Saat menjemur di balkon, Eva membawa keranjang berisi baju yang sudah dia cuci sebelumnya.

Eva tidak memperhatikan sekitar, karena matanya yang begitu silau. Saat hendak kembali, dibelakangnya ada Arya yang tengah menjemur baju juga.

Sepertinya dia baru selesai mandi, handuknya masih terlilit menutupi auratnya. Sementara dadanya, dia biarkan terpapar begitu saja.

Lalu tiba-tiba angin berhembus sangat kencang, handuk yang terlilit itu kini terbang namun masih bisa Arya raih perginya.

Tapi sayangnya, Eva merasa ternodai karena tidak sengaja melihat barang berharga milik Arya.

Arya buru-buru menutupinya, dan Eva dengan langkah cepat kembali kebawah untuk masuk ke kamarnya.

"Astaghfirullahhaladzim... Astaghfirullahhaladzim... berdosa sekali mata ini. Untung saja aku buru-buru pergi. Lagian kenapa orang itu bisa-bisanya keluar tidak pakai baju," gerutunya.

Eva memeluk kedua kakinya, menenggelamkan wajahnya diatas kedua lututnya.

"Ayo lupakan, jangan sampai teringat terus."

Semakin dirinya mencoba untuk melupakan, semakin kuat saja kilas balik kejadian tadi ada di benaknya lagi.

"Arrgghh... sial sekali aku hari ini. Dia tahu tidak ya aku tadi lihat anunya dia," gumam Eva.

Setelah berlama-lama memikirkan kejadian itu, Eva merasa perutnya keroncongan. Sarapan tadi hanya mengisi perutnya dengan sepotong roti sisa kemarin.

Eva meraih jaket berwarna biru langit kesukaannya yang tergantung di pintu. Dia pun mengendap-endap saat langkahnya berhasil keluar dari kamar.

Dia berharap, untuk saat ini dia tidak bertemu dengan Arya. Entah kenapa, dia merasa malu sendiri. Padahal yang seharusnya malu itu ya Arya.

Eva mencoba membuka pintu gerbang dengan pelan-pelan. Supaya pemilik rumah atau siapa pun tidak mendengar nya.

"Yes! Berhasil," serunya dengan suara rendah.

"Berhasil apanya?" Seseorang mengagetkannya dari belakang.

Eva masih mematung pada posisinya, dia tidak berani menengok kearah sumber suara, karena dia tahu siapa orang yang ada dibelakangnya.

"Sekalian nitip beli ketoprak ya," bisik Arya di dekat telinga Eva. Arya pun kembali ke dalam rumah.

Sepertinya Arya tidak tahu kalau Eva sudah melihatnya, dia tampak biasa saja.

"Terus kenapa aku seperti ini? Kenapa harus aku yang merasa menpunyai salah pada dia. Padahal yang punya aib juga biasa aja!" Eva pun segera pergi menemui pedagang langganannya.

Eva kembali dengan membawa dua kantong plastik. Satu miliknya dan satu lagi pesanan milik Arya. Dengan percaya dirinya gadis itu melenggang menghampiri Arya yang tengah duduk di teras sambil memainkan gitar.

"Ini pesanan kamu Ar!" Eva menaruh makanan milik Arya di atas meja. Lalu dia pun hendak pergi meninggalkan Arya tanpa permisi.

Baru saja Eva melangkahkan kakinya, Arya sudah menyuruhnya untuk berhenti.

"Ada apa lagi? Apa da yang salah?"

"Soal kejadian tadi, aku minta maaf ya," ujar Arya.

Eva terkejut dengan perkataan Arya. Ternyata pemuda itu menyadarinya. Dan entah kenapa kilas balik kejadian itu terlintas kembali dibenaknya.

Kemudian Arya menaruh gitarnya di atas meja, sejajar dengan makanannya. Dia pun beranjak berdiri, menghampiri Eva yang masih berdiri mematung di tempatnya tanpa sepatah kata pun.

Semakin dekat Arya menghampiri Eva, semakin berdebar pula detak jantungnya.

Eva mengerutkan keningnya, hingga kedua alisnya hampir menyatu.

"Mau apa kamu? Jangan mendekat, atau aku akan memukulmu," ancamnya. Gadis itu mengangkat tangannya yang sudah mengepal.

"Eva... kamu sudah tahu kan bentuk tubuhku tanpa baju?"

"Jadi aku juga mau tahu bentuk tubuhmu tanpa busana," bisiknya.

Eva terkejut mendengar perkataan Arya yang kotor itu, dia pun menginjak kaki pemuda yang berdiri di hadapannya.

Kemudian Eva pergi tanpa permisi meninggalkan Arya yang masih berteriak memanggil namanya.

Eva sama sekali tidak menghiraukannya. Dia masuk ke dalam kamar dengan sedikit membanting pintu kamarnya.

Tidak boleh keras-keras, nanti pasti akan di suruh ganti rugi oleh pemilik kosan, pikirnya.

Kesal, menyesall dan marah semua bercampur aduk.

"Dasar buaya tidak ada ekor, berani-beraninya bicara seperti itu. Kalau saja bicaranya diluar kosan, sudah aku tendang tuh muka," gerutunya.

"Itu orang kenapa selalu membuat aku kesal, sudah aku baik-baikin malah ngelunjak. Lain kali kalau dia menyuruhku membelikan sesuatu aku tidak akan mau!"

Eva meraih ponselnya yang ada di atas meja belajar. Untuk menghilangkan rasa kesalnya, dia lebih suka membuka aplikasi sosial media.

Melihat berita ke-uwuan muda-mudi yang kasmaran. Walaupun belum pernah pacaran, setidaknya dia bisa merasakan, hehe....

Tiba-tiba Eva mendapat pesan dari orang yang tidak dia kenal.

"Hai...." Sebelum menanggapi pesan itu, Eva melihat profilnya.

Dari namanya sih sudah jelas dia itu seorang laki-laki. Tidak ada gambar tentang dirinya, hanya saja ada beberapa foto tentang alam. Sepertinya orang ini pecinta alam, pikir Eva.

Karena tidak ada teman ngobrol, akhirnya Eva membalas pesan singkat itu.

"Hai juga," balasnya.

Seperti kebanyakan orang, umumnya dia menanyakan perihal dirinya tinggal dimana. Eva pun menjawab, namun tidak sebenarnya.

Teman yang dia temui hanyalah fiksi, tidak ada di dunia nyatanya. Dan untuk perihal dimana dirinya tinggal, mungkin sebaiknya dia tidak harus jujur memberi tahu mengetahui itu.

Berjam-jam mereka berbincang lewat pesan. Eva merasa lelah dan mengakhirinya.

"Huh... akhirnya aku bisa menenangkan hatiku. Kalau saja aku ke ingat lagi tentang hal itu, aku yang akan merasa kesal sendiri. Pinginnya marah-marah terus. Untung ada kamu Yuda, rasa kesal ku bisa mereda. Lumayan ada temen buat ghibah, hehe...."

*Selamat membaca ya teman-teman... kalau suka dengan ceritanya, silahkan di bantu subscribe nya(masukan ke rak), biar aku makin semangat nulisnya...

Terima kasih ❤️❤️❤️

Terpopuler

Comments

anggrymom

anggrymom

kayanya seru nih dr benci jd cinta

2021-03-19

1

Inaliemitis

Inaliemitis

astagfirullah Eva. otak gue ternoda gara2 ucapan lo.

2021-02-10

1

Ilit Elly

Ilit Elly

ask .lanjut

2021-02-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!