Jangan naksir ya...

Ada apa dengan hari Senin? Kenapa malas sekali bangun, mengingat harus pergi bekerja Eva pun terpaksa menyingkirkan selimut yang memeluknya.

Tidak ada yang salah dengan harinya, hanya saja bagi Eva mengawali hari senin itu sangat melelahkan.

Tapi profesional kerja harus dong, mengingat dia juga butuh uang untuk membayar kosan dan biaya hidupnya.

"Huuh...." Eva mengambil napas dalam-dalam.

"Andai saja ada pangeran berkuda putih, datang ke sini untuk melamarku, aku pasti langsung nerima dia," batinnya.

Karena kamar mandi hanya ada satu, Eva pun bergegas berjalan menuju kamar mandi. Kalau kesiangan nanti rebutan pakai sama Ayu.

Tidak lupa membawa handuk dan sabun yang dia taruh di dalam gayung, hehe...

Namun saat keluar kamar, dia sudah dibuat terpukau dengan kehadiran Arya yang tengah melatih otot-ototnya.

Namun pemuda itu tidak menyadari kehadiran Eva. Sedikit berlari menuju kamar mandi, itulah yang selalu gadis itu lakukan.

Eva pikir dia berhasil sampai di kamar mandi dengan aman. Saat pintu di tutup, dia dikejutkan dengan hewan kecil berwarna coklat mirip kurma, dan akhirnya dia pun berteriak sambil berlari keluar.

Arya yang berada tidak jauh dari situ, langsung menghampiri Eva yang tampak gemetaran dan menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Ada apa?" tanya Arya khawatir.

Eva tidak menjawab, dia hanya menunjuk ke dalam kamar mandi.

"Kamu tenang dulu, aku coba liat ke dalam ya...."

Arya berhasil menyapu seluruh sudut kamar mandi, namun tidak di temukan apapun yang membahayakan. Oh iya, hanya ada kecoa mati di lantai.

Arya kembali menemui Eva yang tengah duduk di kursi, dengan membawa senyuman yang mencurigakan.

"Eva, kamu takut kecoa?" tanya Arya lirih.

Gadis itu dengan polosnya mengangguk.

Arya tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban gadis yang selalu terlihat kuat itu. Dia tidak menyangka bahwa seorang gadis dihadapannya takut dengan kecoa mati.

Awal nya, Eva pikir Arya benar-benar peduli terhadap dirinya. Karena pemuda itu bertanya dengan nada suara yang rendah.

Tapi reaksi yang di berikan Arya malah membuatnya dongkol.

Karena kesal, Eva menginjak lagi kaki Arya yang kekar. Mungkin bagi pemuda itu, diinjak oleh Eva rasanya cuma seperti di gigit semut.

Kenyataannya malah kaki gadis itu yang kesakitan.

"Aku tidakk mimpi kan? Itu kaki atau batu sih? Bisa-bisanya kakiku yang kesakitan," gumamnya seraya menutup pintu.

Sampai Eva selesai mandi pun, pemuda itu masih saja sibuk dengan kegiatannya.

Menyadari Eva tengah memperhatikan dirinya, Arya pun menoleh sekilas dan melemparkan senyumannya.

Eva sampai di buat merinding. Dia pun mempercepat langkahnya agar cepat sampai ke dalam kamar.

"Kenapa senyumnya manis banget sih? Melelehkan jadinya," ujarnya, sambil menyentuh dadanya yang terasa semakin berdebar.

Baru saja selesai ganti baju, pintu kamarnya di ketuk dengan kerasnya. Untuk Eva sih tidak aneh karena itu pastilah Ayu, dia pasti tengah melihat Arya yang tengah berolahraga.

"Ada apa," tanya Eva setelah membuka pintu.

"Eva kamu liat itu kan? Sexy banget, jadi pengen peluk orangnya sambil di elus-elus perut kotaknya," pekik Ayu menahan suaranya.

"Hey Arya," panggil Eva.

"Ayu pengen peluk kamu katanya," sambungnya.

Dan tidak di duga, pemuda itu menghampiri mereka. Terlihat jelas Ayu sangat gugup. Dia pun berlari kembali ke kamarnya. Dan Eva tertegun saat menyadari bahwa Arya tengah memeluknya.

Keringat yang membasahi tubuh Arya, dapat dia rasakan pula.

"Gimana udah cukup belum? Atau kamu mau lebih dari sekedar pelukan? Rileksasi di pagi hari katanya bagus loh," bisik Arya.

Setiap perkataan yang terlontar dari mulut Arya, selalu mengandung arti yang membuat Eva merinding.

Eva mencoba paksa melepaskan pelukan Arya yang masih tertaut.

"Lepasin Ar, kamu belum mandi. Keringat kamu bikin aku bau," ujar Eva.

Namun dengan sengaja nya, Arya mempererat pelukannya. Bahkan kepalanya dia biarkan bertumpu pada pundak Eva.

"Arya lepasin! Nanti orang-orang liat," bentaknya.

"Aku capek. Aku pengen tidur disini sama kamu."

Karena kesabarannya sudah melebihi batas, gadis itu memukul kepala Arya dengan botol minum kosong yang dia raih dari atas meja.

"Kurang kenceng," ujar Arya.

"Arya tolonglah... jangan gini, nanti aku yang kena omel ibu kamu," rengeknya.

"Nanti dikiranya kita ngelakuin hal yang aneh-aneh," sambungnya.

"Ya udah ayo kita lakuin yang aneh-aneh dulu. Nanti aku tanggung jawab kok."

Di pukul kepalanya, di dorong badannya dan di bujuk baik-baik supaya Arya mau melepaskan pelukannya tidak ngaruh juga. Hanya ada satu cara ampuh agar laki-laki luluh.

Arya mengerutkan dahinya saat menyadari gadis di pelukannya tengah menangis.

"Kamu kenapa nangis? Aku bahkan belum melakukan apa pun."

Gadis itu tidak menjawab, bahkan tangisannya kini semakin kencang, sampai sesenggukan.

Perlahan Arya melepaskan pelukannya, sementara Eva masih tertunduk dengan air mata yang berderai.

"Udah jangan nangis dong Ev, udah aku lepasin loh... Ya udah sebagai tanda maaf aku, gimana kalau nanti aku anterin kamu ke tempat kerja," bujuknya.

"Sekalian beliin aku sarapan ya," pinta Eva sambil menghapus air matanya.

Arya tercengang dengan sikap Eva yang cepat sekali berubah, hanya dengan di imingi naik motor sampai ke tempat kerja gadis itu langsung luluh.

"Ya udah. Cepet siap-siap! Sepuluh menit lagi aku tunggu di depan, kalau telat aku tinggalin," ujarnya.

Arya pun pergi dari kamar Eva. Tanpa menunggu lama, gadis itu bergegas mengganti pakaian dan tidak lupa sedikit polesan bedak di wajahnya, liptint berwarna merah muda tidak dia lewatkan.

Suara notifikasi dari salah satu sosial media miliknya, mampu membuat Eva yang tengah menguncir rambut menoleh sekilas.

"Selamat pagi Eva," sapa Yuda.

Setelah selesai mengikat rambut, gadis itu berlari ke luar untuk menunggu Arya. Sambil menunggu pemuda itu, Eva membalas pesan dari Yuda.

Dan tidak tahu kenapa, Eva merasakan sesuatu yang beda, yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ada sedikit rasa senang saat membalas pesan dari teman onlinenya itu.

"Kenapa kamu senyum-senyum sendiri," tanya Arya.

"Jangan kepo deh Ar. Udah mau berangkat? kan belum sepuluh menit."

"Aku mau berangkat sekarang, kalau kamu gak mau ya udah aku tinggal." Arya pergi setelah menaruh satu helm di atas meja. Namun di ikuti oleh Eva.

Selama di perjalanan, Arya memperhatikan gadis yang tengah duduk di belakangnya lewat kaca spion motor. Gadis itu sibuk dengan ponsel di tangannya.

Kesal, Arya pun menambah kecepatan lajunya.

Karena Eva sangat takut dengan kecepatan tinggi, dia meminta Arya untuk mengurangi kecepatannya.

"Arya, pelan-pelan," teriaknya.

Arya menyunggingkan sudut bibirnya keatas, setelah Eva melingkarkan kedua tangannya di pinggang Arya.

Dan perasaan senang pun hadir pada hatinya, entah karena berhasil mengerjai Eva atau karena hatinya sudah tertaut pada gadis itu.

Terpopuler

Comments

anggrymom

anggrymom

modus nih babang arya, ak kira si yuda itu arya thor. 🤭🤭🤭

2021-03-19

1

Eva Yᴜɴɪᴛa/ Gadis inisial E

Eva Yᴜɴɪᴛa/ Gadis inisial E

haha bagus bagus.. 🤣

2021-02-15

1

Inaliemitis

Inaliemitis

tau nggak kak. novel yang lagi kugarap (yg satunya) mirip banget sama cerita ini. tapi, bedanya. karakterku masuk kuliah, ortu mati, dia baru mau cari kerja. dan anak pemilik kosnya masih SMP. wkwkk

2021-02-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!