Tiga

Selama hampir 25 pernikahan ini berjalan, tak pernah ada masalah dan pertengkaran, semua berjalan secara harmonis. Mama dan papanya menikah karena cinta, lalu kasih sayang itu dibaginya pada tiga anak kandung mereka yang penurut dan baik hati.

Tentang perselingkuhan suaminya, ia hampir tak percaya. Masa iya, suaminya seperti itu? Selama ini, ia telah berusaha memenuhi kebutuhannya. Apa yang kurang darinya? Suaminya juga tidak pernah ada gelagat mencurigakan seperti seorang peselingkuh. Ini pasti salah! Namun, Dea tidak mungkin berbohong. Apa untungnya bagi dia?

"Apa?!" jerit Kartika. Sorot matanya mendadak kuyu. Wajahnya memucat, dan tubuhnya menegang. Tak lama kemudian, ia tak sadarkan diri.

"Mama!" jerit Dea diiringi tangisan dan rasa cemas. Memegangi tubuh Kartika yang telah terkulai.

Jeritan histeris itu terdengar oleh Bi Titin. Wanita itu tergopoh-gopoh ke lantai atas, menghampiri ke tempat suara itu berasal.

"Nyonya!" serunya terkejut, lalu menghampiri Kartika dan Dea.

"Bi, cepet hubungi ambulans! Terus, kasih tahu Pak Bambang untuk jemput Naomi dan Haris, ya?" pesan Dea, dan wanita itu mengangguk lalu bergegas melakukan perintah Dea.

Dea memeluk mamanya. Dunianya seakan runtuh mendapati mamanya anfal karena berita ini. Ia takut kalau terjadi apa-apa pada Kartika, apalagi Kartika memilki riwayat penyakit jantung.

Di dalam hati, ia terus bergumam akan tindakan bodohnya ini. Sungguh, ia sangat menyesalinya. Akan tetapi, ia tak dapat menahan diri, semua kebobrokan papanya harus dibongkar. Kalau tidak, penyesalan yang lebih besar akan menghantuinya seumur hidup.

-;-;-;-

Lorong rumah sakit terasa dingin dan sunyi. Ketiga kakak-beradik sedang duduk termenung di dekat sebuah ruang perawatan sejak tadi. Berbagai macam hal yang mereka pikirkan, tapi hanya si kecil Naomi mengkhawatirkan soal yang lain.

Dea dan Haris dengan sigap berdiri, saat pintu ruangan dibuka. Seorang pria paruh baya berkacamata, dengan uban yang hanya tumbuh di bagian depan kepalanya, memakai jas putih keluar dari dalam sana.

"Bagaimana keadaan mama saya, Dok?" cecar Dea seraya menghampiri.

"Jantungnya melemah. Saya rasa, karena dia terlalu syok. Sebaiknya, biarkan dia istirahat dulu," kata dokter itu.

Sudah Dea duga, pasti penyakit jantung mama kambuh. Ya Tuhan, tolong selamatkan mama. Gumamnya dalam hati, sembari duduk di kursinya, tubuhnya lemas.

Satu lagi beban pikiran yang ada di dalam benak Dea. Mamanya memang yang paling diprioritaskan, tapi ada hal lain yang harus dipikirkan: kedua adiknya.

Hari sudah senja, kedua adiknya sangat lelah karena sejak tadi menunggu di sini. Mereka masih berpakaian lengkap seragam sekolah, dan mereka juga belum makan. Si kecil Naomi menguap. Dea baru menyadari bahwa adiknya itu sejak tadi mengantuk.

"Haris, kamu bawa adikmu pulang. Biar Kakak yang nunggu di sini," kata Dea.

"Nggak, Kakak aja yang pulang," tolak Haris.

"Lho, kok, gitu? Kamu pasti laper dan capek, kan? Lagian, kamu belum ganti baju."

"Aku juga ada PR, Kak," timpal Naomi.

"Tuh, kan!" Dea berseru. "Udah, bawa pulang adikmu sana! Kasihan dia. Lagian, Naomi juga baru sembuh dari sakit, kan?"

"Tapi aku sudah sembuh, kok," bantah Naomi, protes. "Aku udah nggak apa-apa."

"Emang. Tapi penyakitnya bisa balik lagi, apalagi kalo kena angin malam," ujar Dea. "Udah, sekarang kalian pulang. Kakak yang akan jaga mama. Kalo ada apa-apa, Kakak akan kasih kabar."

Haris adalah remaja 16 tahun yang memiliki kecerdasan dan sisi dewasa yang tidak ada di dalam seorang remaja lainnya. Ia tak mau kakaknya sakit, apalagi beban pikirannya juga banyak. Ia menyarankan usul yang lebih baik.

"Gimana kalo aku pulang duluan, habis itu Kakak sama Naomi yang pulang. Aku akan jaga mama semalaman ini. Besok, pagi-pagi gantian Kakak yang jaga mama. Baru habis itu, aku berangkat ke sekolah."

Ide yang bagus, tapi Dea masih saja cemas. "Memangnya, bisa tidur di rumah sakit?"

"Yah, emang nggak nyaman. Tapi aku nggak masalahin, kok."

"Ya, udah. Kamu pulang duluan, deh! Mandi, ganti baju, terus makan, ya?"

Haris mencium tangan kakaknya, lalu pergi meninggalkannya bersama dengan Naomi. Si bungsu mengantuk, dan Dea menyandarkannya ke dalam pelukannya. Ia menghela napas panjang.

Setelah menceritakan soal perselingkuhan papanya pada Haris, ia jadi khawatir. Bagaimana Haris bersikap, saat bertatap muka dengan papa? Tadi saja, ekspresi Haris langsung murung dan dingin. Kepalan tangannya menguat, sampai jari-jarinya memutih.

Jam segini, biasanya papa sudah pulang dari kantor, kemungkinan saling bertemu dengan Haris pasti ada.

"Semoga Haris dapat menahan emosinya," gumam Dea, berharap.

-;-;-;-

Haris turun dari mobil silver yang sering mengantarkannya dan Naomi ke sekolah, dengan disupiri oleh Pak Bambang. Sengatan lampu yang menyilaukan, menyorot matanya dari arah pintu pagar. Mobil papa.

Haris melanjutkan langkahnya, tanpa menunggu papanya yang sedang memasukkan mobil ke dalam area rumah. Suara klakson mobil menghentikan langkahnya sejenak, lalu kembali berjalan, menghiraukan seruan papanya.

Papa bergegas turun dari mobil. "Haris! Haris! Tunggu!"

Haris terpaksa berhenti, tapi tidak menoleh. Mendecakkan lidahnya, kesal.

"Haris." Papa menghela lembut pundak Haris, hingga anak itu menoleh padanya. "Gimana keadaan mama? Mama sakit apa?"

Haris tersenyum sinis. "Papa khawatir?"

Papa mengernyit. "Apa maksud pertanyaan kamu, Nak? Tentu saja, Papa khawatir."

"Kalau begitu, kenapa tidak jenguk mama ke rumah sakit?"

Setelah berkata dengan gusar, Haris berbalik. Tetapi papa mencegahnya, kembali menghela pundak Haris agar menatapnya lagi.

"Haris, kenapa kamu ngomongnya begitu? Papa tidak pernah mengajarimu untuk berkata kasar pada orangtua," kata papa agak marah.

Emosi Haris sebenarnya sudah naik ke ubun-ubun, tapi ditahannya karena teringat pada ucapan Dea. Ia tak menggubris pertanyaan papa. Malah, ia pergi, dan itulah penyebab kemarahan papa semakin meningkat.

Papa meraih kerah baju Haris, mengangkat tubuhnya seraya membentak, "JAWAB, HARIS! Kenapa kamu diam?! Jangan bikin Papa sampai berbuat kasar sama kamu!"

Haris mendelik dan sempat gentar saat papa mengacungkan kepalan tangannya ke atas. Namun, kemarahannya tersulut, sehingga ia berani menantangnya.

"Pukul aja, Pa! Pukul! Aku pikir, Papa adalah panutan yang baik buat aku. Nggak nyangka, ternyata aku punya orangtua yang bejat dan tukang selingkuh!"

"APA KAMU BILANG?!"

Papa melayangkan pukulan ke pipi kanan Haris. Anak itu tak melawan, tapi akhirnya tak ia tak dapat menahan emosi. Saat papanya kembali mendaratkan pukulan ketiganya, Haris meraih leher papa, mencekiknya dan membanting tubuhnya ke tanah.

Bi Titin yang mendengar keributan, pergi keluar bersama dengan Pak Bambang. Jeritan Bu Titin mengundang penghuni rumah lainnya untuk datang.

Pak Bambang dan beberapa pria lainnya melerai perkelahian anak dan ayah itu. Bi Titin menenangkan Haris, lalu membawanya masuk ke dalam rumah.

Para tetangga saling berbisik dan mendebatkan soal kejadian tadi. Isu hangat yang akan menyebar dalam waktu yang singkat, dan topik yang akan selalu dibahas setiap ada pertemuan di manapun, termasuk di gerobak tukang sayur.

-;-;-;-

Sudah jam 8 malam, tapi Haris belum juga datang. Ke mana anak itu? Seharusnya, sejam yang lalu ia sudah ada di sini. Kasihan Naomi, sudah mengeluh sejak tadi karena ingin segera mengerjakan PR-nya.

Antara kesal dan khawatir, Dea berjalan mondar-mandir di lorong. Kadang melirik sekejab pada Naomi yang sedang tertidur pulas di atas bangku ruang tunggu.

Tak lama kemudian, ia melihat sosok Haris datang. Ia sudah bersiap untuk memarahinya. Tetapi ia malah tercengang, begitu melihat memar yang ada di wajah adiknya. Segera dihampirinya adiknya itu.

"Haris, kamu kenapa?" tanyanya cemas.[]

Terpopuler

Comments

🏵️🌟Meeya🌟🏵️

🏵️🌟Meeya🌟🏵️

bagus alur cerita nya

2021-08-06

0

Eti Guslidar

Eti Guslidar

salut anak yg melawan k bejatan bapaknya.

2021-03-17

1

Alanna Th

Alanna Th

aq baru teu papaq slingkuh stlh mnikah n pindah k ibu kt. malah punya anak seumurn adikq yg bungsu. uuuuuh pdhl beliau sngt qkagumi n qhormati uuuu, aq kecewa

2020-11-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!