YUMNA AZZURA
"Akhirnya sampai juga!"
Yumna tersenyum merentangkan tangannya, merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa pegal. meskipun hanya dua jam penerbangan Jakarta-Singapura tapi hanya duduk saja membuatnya merasa kaku.
Yumna menarik nafas lalu membuangnya dengan perlahan, dengan senyuman dan penuh semangat dia menarik kopernya. Pada rencana awal yang akan membawa dua koper, di batalkan. Satu koper saja cukup.
"Nenek!" Yumna melambaikan tangannya pada neneknya, Ratih. Ratih tersenyum melihat cucu kesayangannya mendekat.
"Selamat datang, Yumna. Sayang sekali kenapa papa dan mamamu tidak boleh ikut?" Ratih memasang muka cemberut. Lalu memeluk cucunya.
"Nenek, kalau mama dan papa ikut aku pastikan ketika mereka pulang aku juga akan ikut mereka pulang lagi ke Jakarta." tutur Yumna.
"Dasar anak manja," cubit Ratih di hidung Yumna. "Ayo." Ratih menggandeng tangan Yumna sedangkan koper sudah beralih di tangan sopir pribadi Ratih.
"Kenapa kakek tidak ikut? Apa kakek tidak senang aku datang?" tanya Yumna saat mereka sudah masuk ke dalam mobil dan keluar dari area bandara.
"Kau tahu sendiri bagaimana kakek. Sibuk dengan pekerjaannya, bahkan nenek juga sering di abaikan." Ratih dengan nada pura-pura sedihnya.
"Haha kasihannya nenekku ini, aku akan protes pada kakek nanti. Bagaimana bisa kakek mengabaikan wanita tercantik di dunia ini. Ratu Elizabeth pun kalah. Aku kangen nenek." Yumna mendekatkan dirinya memeluk neneknya. Ratih mencubit pipi Yumna dengan gemas.
Yumna memang sedari dulu lebih manja pada sang nenek, karena setelah Lily melahirkan Syifa dan si kembar, Santi pun sibuk ikut mengurus ketiga adiknya.
"Nenek juga, kangen kamu." Ratih mencium kepala cucunya dengan sayang.
"Bagaimana kabar semuanya?"
"Baik nek, hanya saja si kembar selalu membuat onar. Setiap hari selalu membuat mama dan Syifa berteriak." Ratih tertawa mendengar cerita Yumna.
"Kamu tahu? Mama kamu itu dulu adalah wanita yang kalem dan tidak pernah berisik. Tapi sekarang dia seperti penyanyi sopran solo." Yumna ikut tertawa. Membayangkan bagaimana kesalnya mama karena tidak ada yang membantu mengurus duo rusuh itu sekarang.
"Apa aku salah dengan berangkat kesini nek?" tanya Yumna sendu mengingat akan kesusahan mamanya sekarang.
"Salah kenapa? Kamu gak suka menemani nenek?"
"Bukan. Aku jadi kasihan sama mama. Mama pasti pusing dengan kelakuan si kembar."
Ratih kembali tertawa.
"Biarkan saja mereka. Sesekali kamu juga harus pikirkan dirimu sendiri." Yumna mengangguk, lalu kembali memeluk sang nenek dengan erat.
Mobil pun sampai di salah satu kawasan elit. Yumna turun dan menatap rumah yang sudah sangat lama tidak ia kunjungi. Rumah mewah dengan gaya modern, dengan pilar-pilar besar menopang bangunan, lantai granit dengan corak khas. Taman asri dengan air mancur kecil di kanan kiri, tak lupa bunga-bunga mawar dengan berbagai warna seperti milik mamanya.
"Ayo." Ratih berjalan lebih dulu di susul Yumna di belakangnya.
"Istirahatlah dulu, kamu pasti capek." titah Ratih pada cucunya.
"Iya nek, aku sangat mengantuk, semalam tidak bisa tidur karena ingat akan jauh dari mama dan papa." Yumna memeluk sang nenek dari belakang dan mengecup pipinya dengan sayang.
"Sana, tidurlah. Nanti nenek bangunkan saat makan siang." Mengelus kepala Yumna.
"Oke. Nenek juga istirahat, oke?" Ratih mengangguk. Yumna melepaskan pelukannya lalu berjalan menaiki tangga.
Yumna membuka puntu kamar yang selalu di tempatinya Ketika berkunjung kesini. Masih sama. Tata letak barangnya tidak pernah berubah setiap kali ia datang. Bahkan dengan warna seprainya juga tirainya, soft pink, dan masih baru. Yumna membaringkan dirinya atas kasur, menyalakan hpnya. Menelapon Lily bahwa dirinya baru saja sampai di kediaman nenek dan kakeknya.
Suara Lily, sang mama, seperti tertahankan di sana.
"Ma? Mama nangis?" tanya Yumna mulai tidak suka jika Lily sudah mulai menangis.
"*E*nggak kok. Mama gak nangis." Lily menahan isakannya di seberang sana.
"Mama memang nangis kak Yumna!" teriak Syifa, adiknya, dari belakang Lily sepertinya.
"Kak Yumna kapan pulang, aku kangen. Aku gak ada yang jagain lagi!" protes Syifa.
"Eh, baru aja kakak kamu sampai disana. Jangan manja!" Lily terdengar meradang.
"Auuwww! Sakit Ma!" Yumna tertawa, pastilah mama menyentil kening sang adik barusan.
"Jangan dengarkan Syifa. Dia sangat manja. nanti juga lama-lama pasti akan terbiasa," Yumna tergelak, menahan rasa tercekat di tenggorokannya. Rasanya berat karena berpisah jauh meski masih satu benua. Ini baru pertama kalinya untuk Yumna.
Setelah selesai menelepon, dia membuka galeri. Menatap foto seorang pemuda. Aldy.
Yumna tersenyum mengusap foto Aldy, lalu dengan cepat dia menekan tombol delete dan menghapus semua foto-foto yang berhubungan dengan Aldy.
Terbayang kejadian beberapa minggu yang lalu. Saat Yumna memberanikan diri akan menyatakan perasaannya. Perasaan yang sudah membuat hatinya terkunci hanya untuk Aldy seorang dari sejak lama. Tapi ternyata apa yang di lihat waktu itu Aldy sedang bermesraan dengan orang lain bahkan mereka berciuman, membuat hati Yumna sakit. Yumna tidak pernah melihat Aldy dekat dengan siapapun, tapi malam itu tidak menyangka Aldy sudah punya kekasih dan mereka begitu mesra.
"Maaf Al. Sudah cukup selama ini aku suka dan cinta sama kamu!" ucap Yumna. Lalu setelah semua foto ia hapus Yumna pun tertidur karena lelah.
Ya. Alasan Yumna ke Singapura adalah untuk melupakan Aldy, meskipun rasanya tidak mungkin karena kedua orangtua mereka bersahabat.
Rasa rindu menggelayuti hatinya. Sosok yang setiap hari ia temui kini tidak bisa ia lihat lagi.
...*...
"Eh kakek sudah pulang?" seru Yumna setengah berlari menuruni tangga ke arah kakeknya yang tengah di salah satu ruangan. Yumna segera memeluk sang kakek, Adi, yang tengah duduk menikmati teh hangatnya, di depannya duduk seorang pria berusia hampir tiga puluhan, Reyhan, asisten pribadi sang kakek yang sudah bekerja selama lima tahun ini.
"Apa kabar kamu?" tanya Adi sambil memeluk cucunya erat.
"Baik kek. Kakek tega tidak menjemputku," rajuk Yumna dengan wajah cemberut. kakek tertawa melihat tingkah cucunya ini.
"Kamu itu, kan sudah ada nenek yang menjemput kamu. Masih saja manja," ucap kakek dengan tawanya. Mengacak rambut Yumna.
Reyhan yang takut mengganggu acara majikannya ini, segera berdiri dan pamit. "Maaf Tuan, kalau tidak ada yang perlu di bicarakan lagi saya pamit." Kakek hanya mengangguk.
"Mas Rey, apa kabar?" tanya Yumna beralih memandang Reyhan.
"Saya baik nona. Terim akasih sudah menanyakan kabar saya. Selamat datang di rumah ini, nona."
"Saya permisi, Tuan, Nona!" pamitnya pada keduanya. Lalu pergi keluar dari rumah itu.
Yumna menatap kepergian Reyhan.
"Mas Reyhan tidak pernah berubah. Masih kaku seperti dulu! Apa sudah jadi penyakit ya, Kek?!" tanya Yumna pada kakeknya.
"Kamu ini," kakek menepuk pelan kening Yumna.
"Apa ada penyakit yang seperti itu?" Yumna dan kakek tertawa bersamaan.
Dari arah luar Reyhan menatap majikan dan cucunya yang tertawa, beberapa detik melihat kedekatan mereka, Reyhan menyunggingkan senyuman di bibirnya.
"Selamat datang kembali, Nona!" lirihnya lalu berlalu pergi dari sana.
Yumna Azzura Mahendra
*
*
*
Hadir lagi... Semoga suka 😊
Jangan lupa
Like
vote
komen 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 387 Episodes
Comments
Nazla Ollshop
aku udah mampir thor penasaran ama cerita nya 💪💪 dlm berkarya thor
2023-02-03
0
💗💗oppa Sehun 💗💗💗
mantebb 👍👍
2022-12-22
0
Zul Iyati
semangat trus akak nulisnya baru baca 1 bab pertama sudah keren bgt apalagi bab-bab selanjutnya 😍😍😍🤗
2022-12-22
0