Hari pertama kuliah.
Ratih mengantar Yumna hingga sampai di depan kampusnya.
"Yakin tidak mau nenek antar ke dalam?" tanya Ratih saat mobil berhenti di sebuah universitas ternama di Singapura.
"Tidak usah nek. Yumna bisa sendiri." Yumna tersenyum pada sang nenek.
"Kalau ada apa-apa kamu segera telfon nenek, oke?!" Yumna mengangguk lalu setelah mencium pipi neneknya, Yumna pun turun. Ratih meminta supir melajukan mobilnya ke arah perusahaan milik suaminya.
Setelah selesai dengan urusan administrasi Yumna memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar di area kampusnya. Melihat bagaimana megahnya kampus itu. Memperhatikan bagaimana orang-orang berinteraksi satu sama lain, meski dari beberapa negara berbeda.
Yumna terus berjalan, mencari satu tempat yang selalu dia sukai, perpustakaan! Membaca satu persatu papan nama yang tertempel di dekat pintu. Yumna terlalu fokus berjalan saat menemukan ruangan perpustakaan, dua ruangan dari tempatnya berdiri. Dengan segera dia berjalan dengan cepat. Tapi tiba-tiba...
Brukkk!!!
Seorang pemuda berlari dan menubruknya hingga Yumna terjatuh.
"Awww!!!" Yumna merasakan sakit pada area belakangnya yang mencium lantai.
"Are you ok?" tanya pemuda dengan mata coklat terang itu. Dia mengulurkan tangannya pada Yumna. Seketika Yumna terpana dengan mata coklat terang itu. Yumna mengangkat tangannya hendak menyambut tangan itu tapi kemudian dia sudah kembali berlari, dan menyusul dengan dua orang yang juga berlari di belakangnya. Alhasil tangan Yumna menggantung di udara. Yumna hanya bisa menatap punggung pemuda yang menabraknya hingga menghilang di ujung lorong beserta yang megejarnya.
'Sehari aja belum udah kena sial, mana gak minta maaf lagi! Dasar bule edan!' dengus Yumna lalu berdiri sendiri dan menepuk bajunya dari debu.
Hal itu tak luput dari pandangan para mahasiswa yang ada disana. Membuat Yumna merasa malu sekaligus kesal.
'Dasar bule, bukannya bantuin aku malah pada lihatin aja! Emang di kira tontonan apa?'
Yumna melanjutkan perjalanannya hingga ia sampai di perpustakaan. Matanya terbelalak melihat begitu banyak buku yang ia lihat disana. Berderet-deret lemari dengan berbagai buku. Mulai dari yang tipis hingga yang tebal.
"Woww!!" bagai di surga menurut Yumna. Yumna tersenyum lalu melangkahkan kakinya ke dalam perpustakaan. Menunjuk-nunjuk pada buku yang sekiranya membuat ia tertarik untuk membacanya.
"Ketemu!" ucap Yumna akhirnya. Yumna pun duduk di salah satu meja yang ada disana. membaca lembaran demi lembaran buku yang tadi ia ambil di rak.
Sudah dua jam berlalu, tapi Yumna masih saja berkutat dengan bukunya. Baginya membaca buku adalah kesenangan, dan ketenangan. Hingga ia di kejutkan oleh suara hpnya tang berbunyi.
Hampir semua orang yang ada di perpustakaan itu menoleh pada asal suara. Yumna lupa untuk mengganti hpnya ke mode silent. Yumna segera membuka tasnya dan menemukan nama grandma di layar hpnya.
"Silent please!" suara seorang wanita terdengar sangat jelas meski dari kejauhan. Sepertinya penjaga perpustakaan, seorang wanita usia empat puluhan, cantik dengan tubuh yang masih terbilang seksi untuk usia seukurannya. Jangan lupakan kaca mata yang bertengger di atas hidungnya.
"Sorry miss." ucap Yumna sambil menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada. Yumna kembali duduk, dan mengganti mode di hpnya.
Grandma.
-Sudah pulang belum?
Yumna.
-Belum, nek. lagi di perpus.
Yumna mengetik dengan cepat.
Grandma.
-Nanti kalau pulang telfon nenek, sopir akan jemput.
Yumna
-Oke.
Yumna pun menyimpan hpnya di dalam tas dan kembali pada buku bacaannya. Dia terkejut saat melihat ada seseorang yang bersembunyi di bawah meja. Menahan mulutnya yang hampir berteriak dengan tangannya. Sedangkan pemuda berjaket hitam itu menempelkan telunjuknya di depan bibirnya. Lalu kepalanya menoleh kanan dan kiri seperti sedang mencari seseorang.
Dia lalu menunduk. Ibu jarinya lincah menari-nari di atas hpnya. Di perlihatkan apa yang dia ketik di sana.
'just continue reading it. and be quiet if anyone asks.'
Yumna mengangguk. Dia ingat pria itu yang menabraknya tadi.
Dua orang baru saja masuk ke dalam perpustakaan. Dia juga ingat orang itu yang mengejar tadi, maksudnya yang mengejar pria di bawah meja itu. Dan Yumna yakin jika dua orang masuk ke dalam perpus bukan untuk membaca buku. Pandangan mereka terus mencari. Lalu sedetik kemudian mereka kembali berjalan keluar dengan langkah yang tenang.
Yumna menutup bukunya dan menyimpannya di tempat semula. Ingin sekali Yumna meminjam buku itu, tapi Yumna belum menerima id card universitasnya. Syarat meminjam buku adalah dengan memperlihatkan id card pada pelajar pada petugas perpustakaan.
Yumna berada di luar ruangan perpus, dia melihat dua orang tadi sedang berkacak pinggang di dekatnya. Mereka seperti sedang kesal. Yumna mendekati mereka.
"Sorry. I saw someone hiding under the table. Maybe he is what you are looking for!" tunjuk Yumna ke dalam perpustakaan. Mereka berdua pun kembali masuk ke dalam perpustakaan dengan gaya tenang setelah mengucapkan kata terimakasih pada Yumna. tak sampai lima menit kemudian kedua orang itu sudah keluar lagi dengan pria tadi yang bersembunyi di bawah meja.
Pria itu berontak meminta di lepaskan. Tapi cengkeraman kedua tangan pria itu sangat kuat hingga pria dengan rambut di cat pirang itu tidak bisa melawan.
Mereka berjalan melewati Yumna, mata pria itu seketika memandang tajam pada sosok wanita yang di temuinya tadi di dalam perpus.
Pasti dia yang memberi tahu aku di dalam. Dasar wanita kurang asem!, awas saja nanti kalau ketemu lagi tidak akan aku lepaskan! Batin pria itu.
Yumna yang mendapat tatapan tajam dari pria itu hanya menjulurkan lidahnya, sambil tertawa mengejek.
Rasakan! Ini akibatnya karena tadi nabrak dan gak minta maaf, dasar bule gak tahu sopan santun!! Batin Yumna. Lalu berjalan keluar dari area kampusnya.
*
*
Setelah menunggu beberapa saat akhirnya mobil yang menjemputnya datang. Bukan sopir nenek Ratih, tapi asisten kakeknya, Reyhan.
Reyhan keluar dari mobil dan berputar untuk membukakan pintu, tapi Yumna sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil. Reyhan pun kembali ke belakang kemudi.
"Harusnya nona menunggu saya membuka pintu dulu!" ucap Reyhan setelah mendudukkan dirinya di kursi kemudi. Dia menatap Yumna sekilas yang duduk di sampingnya lalu kembali fokus menyalakan mobil.
"Lain kali silahkan nona duduk di kursi belakang." Reyhan tetap dengan nada datar.
Yumna menatap Reyhan tidak suka. Selain karena Reyhan selalu bersikap kaku Yumna juga tidak suka jika Reyhan selalu menganggap Yumna sebagai majikannya. Yumna hanya ingin berteman baik dengan Reyhan. Apalagi di negara ini Yumna belum kenal dengan siapapun.
"Sudahlah, mas Reyhan. Di depan atau di belakang sama saja kan?!"
"Tapi tidak baik jika nona duduk di samping saya." Yumna memasang seat beltnya.
"Memangnya tidak baik kenapa? "
"Tidak baik saja nona."
"Apa mas Reyhan takut?"
"Untuk apa saya takut?" Reyhan bertanya balik tanpa menoleh terus melakukan mobilnya.
"saya hanya bertindak sebagai sopir disini. Saya..."
"Ah sudahlah! Aku lapar. Bisakah mas Reyhan bawa aku ke suatu tempat? Ini hampir jam makan siang!" ucap Yumna.
"Saya akan antarkan nona pulang, nona bisa makan di rumah, karena saya harus segera kembali ke kantor!"
Datar dan dingin. Tanpa ekspresi! Menyebalkan! Sedikit saja kalau dia mau tersenyum, pasti tampan! Batin Yumna.
"Tidak mau pulang! Ayolah, mas Reyhan. Aku bosan sudah satu minggu di rumah, belum pernah jalan-jalan. Ya, please!" Yumna mengatupkan kedua tangannya di depan dada dengan senyum memohon. Reyhan masih dengan aura datar di wajahnya.
"Maaf, tidak bisa!"
"Ish, dasar menyebalkan!" Yumna meninju lengan Reyhan, kesal karena permintaannya tidak di kabulkan.
"Hati-hati nona. Bahaya!" Reyhan memperingatkan. Yumna mendecih tidak suka.
Yumna mengeluarkan hpnya, dia mendial nomor kakek Adi.
"Kakek. Aku mau keluar makan siang dengan mas Reyhan. Jadi ku pinjam mas Reyhan dulu. Boleh, kan?" tanya Yumna, lalu tersenyum setelah mendapat jawaban dari kakeknya.
Reyhan hanya diam tanpa ekspresi.
"Oke. Trimakasih. Sayang kakek!" di akhiri dengan nada manja dan ciuman jarak jauh.
'Nona ini seenaknya saja, apa dia tidak tahu kalau pekerjaanku sangat banyak?!'
"Aku sudah telfon kakek, dan kakek mengizinkan. Jadi, ayo kita cari tempat makan." Yumna tersenyum senang karena Reyhan tidak bisa menolak jika kakek sudah mengizinkan.
Tiga puluh menit kemudian mereka sudah sampai di sebuah restoran. Yumna menarik tangan Reyhan agar menemaninya duduk dan makan.
"Saya hanya menemani, tidak makan!" tolak Reyhan saat Yumna menawarinya untuk memilih menu.
"Ah mas Reyhan kamu menyebalkan!" lagi, meninju lengan kekar Reyhan. Reyhan masih bergeming di tempatnya.
"Tidak ada penolakan! Lagi pula jangan anggap aku ini cucu dari nenek dan kakek, anggap saja aku teman atau... adik?" tanya Yumna. Lalu memesankan juga makanan untuk Reyhan, persis sama seperti dirinya.
Reyhan menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Yumna memang baik tapi dia termasuk gadis yang keras kepala.
"Ayolah Mas Rey! Makan." Reyhan masih terdiam menatap makanan di depannya.
Yumna terus memaksa. Reyhan lagi-lagi menghela nafas. Kemudian mengambil sendok dan langsung makan dengan diam.
Yumna mencoba untuk memgawali percakapan, tapi dia tidak mendapat respon berarti, Yumna mendengus kesal. Pasalnya sedari dulu sikap Reyhan sangat dingin, kaku, seperti tembok atau gunung es, atau semacamnya lah!
Mereka pun makan, Yumna tak hentinya berbicara menanyakan ini dan itu, sedangkan Reyhan menjawabnya dengan singkat, padat dan jelas. Dan secukupnya, todak kurang, tidak lebih!
"Mas Reyhan sudah berapa lama bekerja pada kakek?"
'Padahal dia sendiri sudah tahu!' Reyhan.
"Sudah lama."
Apa mas Reyhan betah kerja sama kakek? Padahal mas Reyhan bisa bekerja di perusahaan lain dan mungkin bisa mendapatkan posisi lebih baik! Mas Reyhan dulu sekolah dimana? Jurusan apa? Apa tidak ingin kembali ke Indonesia? Apa ini, apa itu. Bla...bla...bla...
Reyhan menghela nafas lelah. Baginya gadis ini terlalu cerewet! Reyhan tidak pernah mendapati gadis secerewet ini, dan itu sangat mengusiknya. Kepalanya terasa sedikit pening.
'Berkas yang menggunung lebih baik daripada mendengarkan wanita yang cerewet!'
"Apa mas Reyhan sudah punya pacar?"
Byurrr. Seketika air yang sedang di minumnya tersembur begitu saja dari mulutnya.
"Ih mas Reyhan, basah!" seru Yumna yang refleks mengusap air semburan Reyhan di pipinya.
"Maaf, maaf, tidak sengaja!" ucap Reyhan kemudian mengambil sapu tangan dari saku jasnya dan mengelap pipi dan kening Yumna yang basah, Yumna terdiam membatu dengan perlakuan Reyhan. Begitu pula Reyhan yang kini merasa desiran di dadanya lebih besar dari sebelumnya.
Yumna menatap pria di depannya itu dengan dada berdebar, pasalnya Yumna belum pernah di perlakuan seperti itu oleh laki-laki. Yumna segera menyadarkan dirinya, dan merebut sapu tangan itu.
"Biar aku saja!" ucap Yumna lalu mengelap sendiri wajahnya.
"Mas Reyhan kenapa segitunya sih? Aku kan cuma tanya punya pacar atau tidak?" ucap Yumna kesal.
"Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku hingga melupakan wanita, termasuk..." Reyhan terdiam, lalu mengambil air minumnya kembali dan menenggaknya.
"Termasuk..." Yumna menatap Reyhan, berharap kalimat itu di teruskan.
"Cepatlah, sudah selesai kan? Saya antar pulang!" Reyhan segera berlalu, tidak ingin berlama-lama disana. Yang akan menyebabkan kinerja jantungnya semakin tidak karuan.
Mau tidak mau Yumna mengikuti Reyhan, dan pulang ke rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 387 Episodes
Comments
Erning tri Christanti
apa yg namanya raihan orgnya dingin begitu ya?soalnya anakku namanya raihan jg bgtu.super cuek
2023-02-03
0
neng aya
🤗
2022-12-22
0
mochamad ribut
lanjut
2022-12-12
0