"Malam pa." Yumna membawakan kopi untuk papanya di ruang kerja, sekalian ada yang ingin Yumna bicarakan sebenarnya.
Meletakkan kopi di atas meja kerja sang papa. Lalu berdiam diri, memilin ujung bajunya sesekali menggigit bibirnya, bingung untuk memulai.
"Malam. Ada yang ingin di bicarakan?" Bima menutup berkas yang di pegangnya. Sudah tahu pasti kebiasaan setiap putra putrinya jika sedang ingin bicara.
"Umm..." masih bingung.
"Duduk." Yumna pun duduk di kursi tepat di depan papanya. "Mau bicara apa?" bertanya penuh wibawa. Justru semakin membuat Yumna merasa gugup. Yumna meremas jari-jarinya sendiri.
"Yumna...anu...ummm..." Bima terkekeh, tidak pernah berubah. Yumna, Syifa dan Lily, jika ada yang ingin di bicarakan mereka serempak seperti itu. Menunggu beberapa saat, masih belum juga membuka suara.
"Sudah siap untuk bekerja besok?" Bima mendahului pembicaraan. "Papa tidak sabar ingin kamu segera bergabung di perusahaan papa."
"I-iya. Aku, siap." merasa lemas, kalah sebelum berperang. Tadinya Yumna ingin minta izin untuk bekerja di perusahaan lain. Baginya bekerja di perusahaan papanya mungkin akan terasa aneh. Yumna benar-benar ingin bekerja dengan usahanya sendiri sebelum menangani perusahaan papanya.
"Bagus. Papa senang." Bima tersenyum bangga. Mengambil cangkir kopi dan menyesapnya perlahan.
"Tapi pa, Yumna benar-benar tidak ingin dulu mengambil alih perusahaan. Biarkan Yumna bekerja sesuai dengan yang Yumna raih selama ini, boleh kan?"
"Oke. Itu tidak sulit!"
"Dan... Yumna tidak mau status Yumna sebagai putri papa di ketahui orang lain. Ya selain yang sudah tahu tentunya!" Alis Bima terangkat sebelah, merasa aneh dengan permintaan putri sulungnya. Menyimpan kembali cangkir di tempatnya.
"Maksud Yumna. Yumna hanya ingin kerja dengan tenang pa. Yumna tidak mau di bedakan hanya karena aku ini putri papa. Bisa kan?" Bima terdiam. Menatap kesungguhan Yumna. Entah apa yang di rencanakan putrinya, tapi Bima meyakini putrinya, tidak akan berbuat macam-macam yang akan membuatnya kecewa.
"Oke, bisa di atur!" Yumna tersenyum senang. Dia bangun dan beranjak memutari meja lalu memeluk sang papa.
"Trimakasih, pa! Sayang papa!" mencium pipi Bima.
"Jangan lupa siapkan lamaran kerja kamu. Jangan sampai ada yang terlewatkan!" peringat sang papa.
"Oke!" setengah berlari Yumna keluar dari ruangan itu.
Bima menatap punggung Yumna yang telah menghilang di balik pintu.
'Ya sudah lah. Lagi pula papa sudah janji kan, tidak ada yang perlu di khawatirkan bukan?' monolog Yumna dalam hati, lalu segera pergi ke kamarnya.
*
*
"Selamat pagi!!" sapa Yumna riang, membuat semua anggota keluarganya yang sedang sarapan terdiam menatap Yumna dengan wajah melongo, plus mulut terbuka melihat Yumna dari atas sampai bawah. Bahkan Bima tersedak saat melihat penampilan putri sulungnya yang...terlihat culun?
"Ya ampun! Yumna apa yang kamu lakukan sama penampilan kamu?" tanya Lily tak percaya. Begitu pula dengan ketiga adiknya. Arkhan dan Azkhan melongo dengan mulut terbuka dan Syifa, mengucek matanya takut jika ia salah lihat.
Yumna hanya cuek, lalu duduk di kursi, menyodorkan piring kosong miliknya pada sang mama. Lily masih terdiam menatap putrinya tak percaya.
"Ma, sarapan dong!"
"Eh iya!" Lily bangkit dari duduknya dan memberikan Yumna sesendok besar nasi goreng udang, favorite semuanya.
"Yumna, kamu....itu..." Lily masih tidak percaya Yumna mengubah penampilannya lebih buruk. Dengan kacamata tebal dan rambut di cepol tinggi di atas kepalanya, kemeja putih lengan panjang dan rok hitam di bawah lutut.
"Yumna, apa-apaan kamu!" tanya Bima.
"Kakak jelek!" Arkhan.
"Kelihatan tua!" Azkhan.
"Kakak mimpi apa semalam?" Syifa tetap tak percaya menempelkan punggung tangannya di dahi sang kakak.
"Apa sih kalian ini!" Yumna tak peduli dia mulai memakan sarapannya.
"Kamu yakin mau ke kantor dengan dandanan seperti itu?" tunjuk Bima pada Yumna dengan garpu di tangannya.
"Yups!" hanya satu kata.
"Kayaknya kak Yumna demam Singapura deh ma!" Syifa ambil suara. Semua menoleh tak mengerti. "Eh, itu .. maksud Syifa Kak Yumna baru balik dari Singapura, jadi..." memutar telunjuknya di samping pelipisnya.
"Jadi maksud kamu kakak stress gitu?" Yumna meradang. Syifa hanya meringis.
"Ya kali kak! Masa kakak Syifa yang cantik, jadi kayak gini sih? Gak rela banget!" protes Syifa di angguki dengan yang lainnya.
"Sengaja! Biar gak ada yang kenalin kakak." Lagi memakan satu suapan besar ke dalam mulutnya.
Yumna segera bersiap, hari ini dia akan memasukkan lamaran ke perusahaan papanya sendiri. Lucu bukan? Di saat orang lain justru menikmati fasilitas yang ada Yumna malah susah payah agar ingin di akui. Ya itulah Yumna!
Yumna baru saja turun dari taksi, dia menolak berangkat bersama sang papa, atau di antar sopir keluarga mereka.
Dengan senyum penuh percaya diri Yumna mulai melangkah hendak masuk ke area perkantoran.
Seseorang berlari dengan kencang dan menubruk Yumna hingga terjatuh di trotoar yang basah bekas hujan semalam. Baju Yumna penuh dengan noda.
"Awww!!! Hei!!" Yumna berteriak dan mengumpati orang itu yang tidak mau bertanggung jawab ataupun meminta maaf. Orang berjaket hoodie hitam itu terus berlari dengan kencang hingga menghilang di tikungan.
"Aih dasar! Tuh orang gak sopan banget ya! Udah nabrak, gak nolongin! Gak minta maaf juga! Dasar somplak!" Yumna menggerutu sambil berdiri menaikkan kacamatanya yang merosot dan membersihkan bajunya yang terdapat noda tanah besar di area belakangnya.
"Akh...mana gak ilang lagi!" kembali menggerutu pada bajunya yang sangat kotor. Rok hitamnya sudah kotor di bagian belakang, dan kemeja putihnya juga kotor di bagian lengan kanan. CV yang ia bawa pun kotor dan lusuh.
"Gak jadi ngantor deh kalau seperti ini!" Yumna berjalan meninggalkan tempatnya jatuh tadi.
Yumna memberhentikan taksi. Terpaksa dia harus pulang, tidak mungkin melamar pekerjaan dengan keadaannya yang seperti ini.
Sampai di rumah.
"Loh Yumna, kok pulang lagi?" Tanya Lily yang merasa heran dengan kepulangan Yumna. Lily sedang menyirami tanamannya.
"Iya nih ma.Tadi ada orang yang lari dan nabrak Yumna sampai jatuh." Lily menghentikan kegiatannya dan menghampiri putrinya.
"Ya ampun sampai kotor begini?! Apa ada yang luka?" khawatir sambil memutar tubuh Yumna.
"Tidak ma. Yumna bersih-bersih dulu ya ma." pamit Yumna. Lalu masuk ke dalam rumah, Lily kembali menyirami tanamannya.
Di dalam kamar.
Yumna membuka seluruh pakaiannya, dan mandi untuk kedua kalinya. Ini belum jam sembilan pagi dan dia sudah dua kali mandi.
'Dasar! Emangnya tadi buru-buru banget ya sampai gak bisa bantuin aku bangun dulu. Gak ada sopan santunnya sama sekali!' monolog Yumna sambil menyabuni tubuhnya dengan sabun. Sekilas senyum Yumna terbit, seperti de javu.
'Ah gak mungkin! Kenapa juga jadi kepikiran dia?! Siapa saja bisa nabrak orang kan?' Yumna menepis segala pemikiran masa lalunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 387 Episodes
Comments
Dania
Jiaaahhh, Expresinya itu loh
2021-08-12
4
KIA Qirana
⭐⭐⭐⭐⭐⭐👍👍👍👍👍👍
2021-08-12
3
R. Noor
like👍🏻
2021-07-08
2