"Kenapa tadi tidak jadi ke kantor?" Tanya Bima pada Yumna saat mereka berkumpul untuk makan malam.
"Ada sedikit insiden pa. Yumna di tabrak orang jadi gak bisa masuk ke kantor." Bima seketika itu menghentikan kunyahannya.
"Di tabrak orang? Sudah lapor polisi?!" tanya Bima dengan nada sedikit marah. Yang lain pun sama menatap Yumna, kecuali Lily yang sudah tahu bagaimana ceritanya. "Kenapa tidak telfon papa? Kamu sudah ke rumah sakit?" Bima khawatir.
"Bukan tabrak itu, pa. Dia lagi lari, mungkin olahraga. Yumna ketabrak dan jatuh, baju Yumna kotor." terang Yumna. Bima menghela nafas lega. Dia fikir putrinya tertabrak kendaraan.
"Kak Yumna, kenapa sih kakak harus penampilan kayak tadi pagi? Norak!" tanya Syifa.
"Pengen aja." Jawab Yumna santai.
"Alasannya?" Syifa masih penasaran.
"Sudah-sudah, masih makan diamlah, cepat habiskan makanannya!" Lily menimpali. Semua pun kembali makan dengan diam.
*
*
*
Yumna sudah mulai bekerja dengan posisi yang semestinya. Tidak ada satu orangpun yang tahu status Yumna sebagai putri dari pemilik perusahaan.
Bima berjalan masuk ke dalam kantor. Satu persatu karyawan yang melewatinya menunduk penuh hormat tidak terkecuali Yumna yang saat itu ada di dekat Bima. Bima masuk ke dalam lift, masih memperhatikan punggung Yumna yang mulai menjauh sembari membawa berkas di tangannya.
"Kenapa malah jadi seperti itu?" lirih Bima hampir tidak terdengar. Pintu lift pun tertutup rapat.
"Iya pak? Ada apa?" tanya Vina sekretaris Bima saat mendengar gumaman tidak jelas dari atasannya.
"Tidak apa-apa. Jam berapa meeting hari ini?"
"Jam makan siang, pak. Pak Wahyu Darsono sekalian mengajak bapak makan siang." terang Vina sambil membuka buku agendanya.
"Oh, oke!"
*
*
*
Yumna makan di kantin bersama teman-teman yang sudah empat bulan ini di kenalnya. Rania, Sisil, dan Vera.
"Yumna lihat deh, Randy lihatin kamu terus." Bisik Rania sambil meletakkan telapak tangannya di tepian mulutnya.
"Gak mungkin!" Yumna menaikkan kayak kacamatanya yang merosot ke hidung. Lalu dengan cuek kembali makan.
"Ih kenapa gak mungkin? Dia tuh lihatin kamu tahu! Eh dia datang!" Rania menjadi heboh dan pura-pura diam saat sosok pria kurus jangkung itu mendekat.
"Rania, nanti pulang kerja aku tunggu di parkiran ya." Randy malu-malu. Rania melongo tak percaya, dia kira Randy memperhatikan Yumna tadi.
"Ya sudah, lanjutkan makannya." Randy pun berlalu dari sana.
"Tuh kan, aku bilang gak mungkin! Orang yang di cari Randy itu kamu!" Yumna menyikut Rania yang kemudian tersadar.
"Tadi dia bener bilang itu ke aku?!" Rania masih tidak percaya. Yumna, Sisil, dan Vera mengangguk bersamaan.
"Cieee ada yang mau traktir kita dong besok!" Vera bertepuk tangan penuh kebahagiaan.
"Ish, Apa sih!" wajah Rania jadi memerah. "Gue kira yang Randy lihat selama ini kamu Yum." Tania jadi malu-malu.
"Haha. Aku mana ada yang mau!" ucap Yumna sambil menaikkan lagi kacamatanya.
"Kamu itu kalau dandan cantik tahu!" Sisil berujar.
"Tahu!" ucap Yumna. "Semua wanita itu pasti cantik kalau dandan."
"Trus kenapa kamu gak dandan?" tanya Rania.
"Gak ah, ribet. Ntar kayak si Sisil tuh, dikit-dikit ngaca." yang lain tergelak sedangkan Sisil merengut tidak suka.
"Ayo cepetan makannya jam istirahat udah mau habis!" peringat Yumna.
*
*
*
"Yumna, nak." panggil Lily, Yumna yang akan naik ke kamarnya menghentikan langkah dan mendekati Lily.
"Iya ma? Ada apa?" tanya Yumna. Lalu duduk di samping Lily.
"Emm...mama mau tanya sesuatu sama kamu." Lily membuka kacamata yang menutupi wajah cantik putrinya.
"Apa?" Tanya Yumna penuh rasa penasaran.
"Kamu sudah punya pacar?" sontak pertanyaan Lily membuat Yumna waspada. Pembahasan dua minggu lalu tentang perjodohan.
"Mama kenapa tanya itu?" Yumna bergerak tak nyaman dalam duduknya.
"Yumna, kamu berhenti aja bekerja jadi karyawan biasa oke? Tempati posisi yang papa tunjuk. Dan ini..." mengacungkan kacamata Yumna. "...kalau kamu terus berpenampilan seperti ini kamu mau kapan punya pacar? Mama ingin kamu menikah Yumna!"
"Ma..." merebut kacamatanya. "...Yumna gak mau di jodohkan, ma. Mama tega ih!" Yumna hendak beranjak dari duduknya, tapi di tarik kembali oleh Lily hingga kembali duduk.
"Kalau begitu bawa pacar kamu kesini!" Lily menatap tajam putrinya.
"Emang harus ya?" tanya Yumna. "Mama tahu kan cari pacar itu gak gampang." ujar Yumna.
"Sayang, usia kamu susah cukup untuk menikah, nak. Mama dulu seusia kamu malah sudah punya kamu." ujar Lily.
"Jangan di samakan lah ma. Zaman udah beda juga!" Yumna kesal selalu di samakan dengan zaman mamanya saat muda.
"Yumna." lirih Lily. "Kalau mama sedang bertemu dengan teman-teman mama. Mereka selalu bercerita tentang putra-putrinya yang sudah menikah, membicarakan cucu mereka. Mama kan juga mau. Nenek dan kakek juga pasti mau punya cicit."
Yumna merasa risih, akhir-akhir ini selalu saja itu yang di bicarakan, bahkan papanya juga tidak membela dirinya atau melarang istrinya. Mama Lily maksudnya. Dan apa itu, bawa nenek dan kakek segala? Mas Reyhan apa kabar? Ish, malah mikirin pria muka tembok sih!
Yumna menghela nafas kasar.
"Ya sudah. Nanti kalau Yumna nemu di jalan Yumna bawa kesini, Yumna gak mau di jodohin. Bukan zaman siti Nurbaya, ma!" geram Yumna tidak suka.
"Ya jangan di jalan juga dong, nak!" protes Lily.
"Ya terus dimana?" tanya Yumna. "Jodoh kan bisa ketemu di mana aja ma. Kalau ternyata Yumna ketemu dia di jalan gimana?"
"Ya sudah terserah, pokonya mama ingin kamu segera bawa pacar kamu kesini kalau tidak mau mama jodohkan! Pokonya mama mau segera punya cucu. TITIK!" Lily berdiri dan melangkahkan kaki dengan kasar meninggalkan Yumna yang melongo di tempatnya. Baru kali ini Yumna melihat Lily yang seperti itu.
Harusnya kan aku yang marah karena mau di jodohin, kenapa mama yang jadi marah? Dan apa cucu? Nikah aja belum. Nikah sama siapa juga, pacar aja gak ada!
Yumna merebahkan dirinya di atas kasur. Melepaskan ikat rambut hingga tergerai.
"Ya ampun mama. Kenapa mama jadi seperti ini sih? Cari pacar kemana juga? Argghhhh...mama..." Yumna bangun dan mengacak rambutnya frustasi.
"Mandi aja lah!" ujar Yumna lalu mulai melepas baju kerjanya.
Yumna menyalakan kran air hingga air turun dari shower membasahi rambut panjangnya.
*
*
*
"Napa sih Yum? Di lihat dari tadi kok cemberut terus!" Vera menyenggol lengan Yumna yang sedang menelungkupkan wajahnya di atas meja kerja.
Yumna mengangkat kepalanya. "Gue mau di jodohin sama nyokap kalau gak bawa pacar ke rumah." Yumna curhat.
"What?!" Vera memekik, lalu langsung membekap mulutnya sendiri. "Serius?" tanya Vera. Yumna mengangguk.
"Ya makanya, elu ganti tuh penampilan, dandan yang cantik biar dapet pacar. Culun gini mana ada yang mau!" ejek Vera.
"Gue gak mau jadi cantik, karena para cowok pasti kejar gue karena itu. Gue maunya yang bisa nerima gue apa adanya!"
Apalagi kalau tau aku anak papa Bima... batin Yumna. Sudah bisa di pastikan kalau Yumna tentu akan menjadi incaran para lelaki. Yumna hanya ingin pria baik dalam hidupnya yang tidak melihat apa yang ada pada dirinya.
"Ah elu mah. Kalau gaya elu culun gini sih pasti yang deketin juga gak jauh beda, Yumna! Noh si Dodi contohnya." tunjuk Vera pada pria berkaca mata tebal yang kebetulan ada di ruangan yang sama.
"Ya, enggak gitu juga kali Ver. Pokoknya gue gak mau ubah penampilan gue!" keukeuh Yumna.
"Ya udah, elu terima aja cowok yang di jodohin siapa tahu ganteng!" goda Vera.
"Au ah!" seru Yumna kesal.
"Papa elu, emang setuju?" tanya Vera lagi. Yumna mengangguk.
"Terus yang papa elu bilang?"
"No komen!" ucap Yumna. Vera tertawa terbahak.
"Papa elu sayang istri banget berarti!"
"Ih Ver, bukannya cariin solusi malah ketawain lagi!" Yumna mendengus kesal.
"Kan udah di kasih solusi, neng. Ubah tuh penampilan!" Vera kemudian meninggalkan Yumna dan duduk di kursinya.
*
*
*
Tinggalkan jejak dan Like nya ya.
Komen dan dukungannya supaya author tetep semangat!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 387 Episodes
Comments
neng aya
🤗
2022-12-23
0
Jo Doang
sangat.. Salam dari Pocong Family dan Juga Sang Kepala Suku ya
2021-11-12
1
Dania
Kalau ditabrak begitu, tabrak ganti
2021-08-12
3