Pagi hari datang. Kirana bangun dan menyiapkan semua kebutuhan suaminya. Makanan, pakaian, dan air hangat. Lalu ia menggoyangkan tubuh suaminya untuk membangunkannya.
"Om- Eh mas, bangun. Sudah pagi"
"Hng.."
"Ayo mas bangun, sudah ada air hangat, ayo mandi"
"Aduh! Kenapa sih?! Orang masih libur juga! Ini mumpung libur saya bisa tidur! Udah sana, saya masih mau tidur! Kamu aja sana yang mandi" Bentak Rei.
"..Iya.." Sambil menunggu suaminya bangun, Kirana keluar dari kamar dan membersihkan rumah.
"Kiranaaa" Panggil Rei dari dalam kamar.
"..."
"Ran!!"
"Iya mas, ada apa?" Ran berlari memasuki kamar.
"Ke mana sih? Lama banget"
"Abis masak tadi, kenapa?"
"Mau mandi.." Ucap Rei yang sudah terduduk di kasur.
".. Ya tinggal mandi.." Balas Ran berusaha sabar.
"Kamu siap-siap. Kita pindah"
"Pindah ke mana?"
"Ke rumah kita lah! Kamu mau tinggal di rumah orang tua terus?"
"Engga.."
"Yaudah, cepet sana siap-siap" Rei mengacak rambutnya kesal.
"Laksanakan.." Kirana bersiap, membereskan semua barangnya yang ada di kamar, termasuk pakaiannya.
"Sudah?" Tanya Rei yang sudah habis kesabarannya untuk menunggu.
"Sudah"
"Ayo berangkat. Oh iya!" Rei menggenggam tangan Kirana dengan kasar.
"B-bentar, sakit"
Rei menarik tangan Kirana dengan kasar, membawanya ke ruang tamu dan berpamitan pada orang tua Rei.
"Pah, mah.. Rei pamit"
"Rumahnya sudah bersih memang? Udah mau pindah aja" Tanya papah.
"Sudah pah, Rei sudah suruh orang"
"Ya sudah, hati-hati ya.."
"Iya. Berangkat ya pah, mah"
Mereka keluar dari rumah dengan membawa banyak tas dan koper. Setelah memanaskan mobil, mereka berangkat menuju rumah yang baru.
Seperti yang dikatakan oleh Rei, rumahnya sudah bersih dan tertata rapi. Namun, saat mereka sampai, rumah itu kotor, kumuh dan berantakan.
"M.. Anu, mas.. Katanya rumahnya sudah bersih?" Tanya Ran.
"Cuma kamar doang yang bersih. Kamu beresin ini ya, di pel"
"Mas bantuin kan?"
"Saya mau keluar, beresin sendiri" Balas Rei acuh.
"Rumah segede ini beresin sendiri?" Batin Ran merasa keberatan.
"Bisa?!" Tanya Rei sedikit meninggikan suaranya.
"Bisa.."
"Yaudah, saya jalan dulu" Rei kembali masuk ke dalam mobil.
"Ya Allah.. Sadarkan lah om itu.. Kasian udah tua.." Batin Ran, ia mengusap dadanya dan menggelengkan kepala tak habis pikir.
Kirana masuk ke dalam rumah, dan perlahan membersihkan rumah, merapikan perabotan yang ada di dalamnya.
"Hah, selesai juga akhirnya.. Tapi, ga ada makanan, ke pasar dulu deh.. Pasarnya di mana ya?"
Ia melihat ke sana dan ke sini, melihat keadaan sekitar rumah. Ia melihat ada segerombolan tukang ojek yang sedang menunggu penumpang.
"Naik ojek aja kali ya? Minta anter ke pasar"
Setelah mengambil uang, Kirana bergegas ke tempat ojek dan minta di antar ke pasar.
Setelah pulang dari pasar, ia segera menuju dapur dan memasak makanan untuk suaminya.
Hari berganti menjadi malam. Rumah sudah rapi dan bersih, makananpun sudah tertata dengan rapi di atas meja. Ran mengendus ketiaknya, memastikan tidak bau sedikitpun. Tak lama, terdengar suara pintu yang di ketuk dengan keras.
"Sebentar" Kirana berlari ke arah pintu dan segera membukakan pintu.
"Selamat datang.. Om?!" Ran terkejut saat melihat sosok Rei yang pulang dalam keadaan mabuk. Wajah lelaki itu memerah.
"Lama banget sih.. Hik.. Bukain pintu nya.." Omel Rei.
"Mas.. Mabuk?" Tanya Ran yang padahal sudah tahu jika Rei mabuk.
"Berisik! Bawa saya ke kamar!" Rei mengalungkan lengannya di leher Kirana.
"Sebentar mas kunci pintu dulu"
"Halah!"
"Sabar om!" Kirana mengantar Rei ke kamar dan mendudukkannya di kasur. Ia berlari ke dapur dan mengambil segelas air putih.
"Diminum dulu" Ran menyodorkan gelas berisi air putih dengan rasa jengkel yang teramat. Bisa-bisa nya laki-laki ini pulang dalam keadaan mabuk.
Rei meminumnya sekali teguk. Setelah minum, ia menatap wajah Kirana dengan tatapan yang aneh. "Hik.."
"Apa? Mau makan? Mau diambilin ga? Mau makan apa? Ada telur, ada sayur, daging, mau apa?"
"Bisa diem ga? Saya mau tidur. Keluar sana" Titah Rei yang mulai mengatur posisi untuk tidur.
Ran keluar dari kamar, memasukan semua makanan ke dalam lemari. Berharap besok masih bisa di panaskan.
Jam sudah menunjukkan pukul enam lebih lima belas. Rei sudah kembali bekerja seperti biasa. Setelah semua pekerjaan rumah selesai, Ran pergi ke belakang rumah untuk mencuci pakaian.
Ia memegang baju yang di pakai suaminya tadi malam. Ada bau parfum perempuan, namun bukan parfumnya. Ia terkejut ketika melihat ada bekas lipstik berwarna merah di kerah baju sang suami.
"Apa ini? Bekas siapa? Masa si om..." Ucap Ran menerka-nerka. Kirana berusaha tetap berpikir positif. Ia akan menanyakan tentang ini pada Rei saat ia pulang nanti.
Malam pukul sebelas, terdengar suara pintu yang di ketuk keras. Kirana yang sedari tadi menunggu Rei pulang segera berlari dan membukakan pintu.
"Mas sudah pulang?" Tanya Ran ramah, sekaligus basa-basi.
"Kamu buta?"
"Astaghfirullah! Lagi berusaha ramah ini woi! Kalem dikit kenapa sih.." Batin Ran kesal.
"Kamu ga liat saya sudah pulang?" Tanya Rei ketus.
"..Maaf mas.. Lapar?"
"Ga. Mau tidur" Rei melenggang masuk ke dalam.
"Mau susu?"
"Saya bilang, saya mau tidur" Ulang Rei.
"..Ah ya, mas.."
"Apa lagi?"
"Tadi malam, mas kenapa? Kok mabuk? Dari mana?"
"Apa sih? Ngapain nanya-nanya?" Tanya Rei tak suka.
"Aku mau tau. Terus, mas sama siapa? Kenapa di kerah baju mas ada bekas lipstik?"
"Apa sih?! Pokoknya bukan urusan kamu"
"Jelasin"
"Udah Ran! Saya cape, mau tidur! Lagian kamu siapa sih ikut campur urusan saya"
"ISTRI! Lupa?"
"Kita cuma di jodohin" Balas Rei tak peduli.
"Terus?"
"Malah terus. Denger ya, saya ga sedikitpun ada rasa suka sama kamu, ga usah kamu ngarep apa-apa dari saya"
"Seenggaknya hargain aku sedikit!"
"Apa sih yang kamu mau?!"
"Aku cuma minta dijelasin aja kok? Susah ya? Biar gimanapun saya dan Anda adalah pasangan suami istri yang sah! Aku mengorbankan masa muda aku loh buat nikah sama om! Hargai dikiiit aja. Jadi suami yang bener, sama seperti aku yang ngejalanin tugas aku sebagai istri dengan benar!" Celoteh Ran kesal.
"Kamu ga akan dapetin itu sama saya, ngerti? Udah saya cape" Rei membuka pintu kamar, hendak masuk ke dalam.
"Mas jawab! Tadi malam ada apa?"
"Apa sih Ran?! Ga usah bikin teriak malam-malam"
"Makanya jawab!" Ran menarik lengan kemeja Rei kesal.
"Yaudah! Tadi malam saya minum, sama pacar saya!"
"... Tuhan, bolehkah aku mengumpati manusia ini.." Batin Ran yang sempat membatu beberapa saat.
"..Pacar?" Gumam Ran, namun dapat terdengar oleh Rei.
"Iya! Udah?! Saya mau tidur"
Kirana tidak menanggapi apapun lagi, ia duduk di sofa dan menangis. Kenapa Rei begitu tega padanya. Bagaimana caranya terus melanjutkan pernikahan ini? Untuk sesaat dia terpikir untuk berpisah saja, namun dia teringat pada keluarga dan janjinya pada Allah.
"Oke! Ga papa! Fine! Aku ga sedih! Ga sama sekali! Mulai sekarang, Anda tidak lebih dari seorang kakak! Dasar om-om gila!!" Umpat Ran. Ia berdiri dan pergi ke dapur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
wikha Sandra
horang kaya msa mw mndi ngerebus air dlu,,kn gk lucu thoor
2021-01-26
0
Herniyanti
jangan lemah kirana yaa
2020-06-12
0
Eka oktavia
pdhal ran juga terjebak perjodohan..kenapa si rei yang begitu....jangan lemah ran...
2020-05-14
1