JODOH OM REI

JODOH OM REI

Nikah?!

Kirana Putri, adalah seorang mahasiswi di salah satu universitas ternama di kotanya yang baru saja lulus. Ia memiliki banyak rencana, salah satunya sukses dalam pekerjaannya, membahagiakan kedua orang tua, menyekolahkan adiknya setinggi mungkin, dan mengangkat derajat keluarga. Namun, itu semua hanya menjadi mimpi. Ia harus menikah dengan direktur di perusahaan besar demi hubungan persahabatan ayahnya.

"Lho? Ayah kok ga bilang dulu sama Ran? Kenapa langsung setuju? Ran baru lulus loh yah.. Masa depan Ran masih panjang, kok di suruh nikah.." Keluh Ran tak terima.

"Maaf Ran, tapi ayah tidak bisa menolak perkataan Bagas" Balas ayah nampak sedih.

"Kenapa ga bisa? Ayah, ayo dong.. Ran masih terlalu muda untuk nikah! Ran belum siap" Ran semakin yakin kalau ayahnya sedang bicara serius dan bukan becanda, ia menatap wajah serius ayahnya, melihat dahi yang mengkerut itu, ayah jadi semakin nampak tidak muda lagi.

"Ayah minta maaf Ran, tapi tidak bisa.. Anggap saja ini baktimu pada ayah. Besok mereka datang, bersiaplah, dandan yang cantik" Kata ayah kemudian berlalu pergi meninggalkan Ran di ruang tamu.

"Hah? Besok? Kok besok.. Hati ku belum siap ayahanda!" Ran meremas kerah bajunya dramatis.

"Hentikan Ran.. Ayah serius!" Dari kejauhan ayah membalas perkataan putrinya yang sedang drama.

"Bu... Gimana ini bu? Ran belum siap menikah" Kini Ran berpaling dan menggenggam tangan sang ibu cemas.

"Ibu minta maaf sayang.. Ibu tidak bisa melakukan apa-apa, ibu tidak bisa melawan ayah..." Jelas ibu yang kini mulai menangis.

"Astaghfirullah! Udah bu udah, jangan nangis.. Ran ga papa kok bu, ga papa beneran! Cup cup jangan nangis bu.. Nanti Ran ikut nangis juga loh bu... Cep cep sayang" Ran memeluk dan mengusap punggung Reni, ibunya.

"Ah kamu!" Reni memukul pelan punggung Ran.

"Yasudah, jangan nangis lagi ya bu. Ran yakin, ini yang terbaik buat Ran, Ran percaya sama pilihan ayah" Ran mengangguk yakin.

"... Yasudah, kamu juga istirahat nak, ke kamar sana, tidur" Reni melepas pelukan mereka dan mengusap kepala Ran lembut.

"Iya bidadari surga. Ran ke kamar ya, ibu juga tidur" Keduanya berbalik dan masuk ke dalam kamar masing-masing.

Sesampainya di kamar, Ran segera mengunci pintu kamar. Ia duduk di depan meja belajar, menatap pemandangan malam dari jendela yang gordennya belum tertutup. Ia menghela napas lelah.

"... Emang ya, kalau bukan jodoh ya ga akan di persatukan. Tiga tahun aku naksir kamu Reg, tapi... Yaudahlah ya haha.." Ran menutup buku diary miliknya. Perlahan, air mata turun membasahi pipinya. Ia menangkupkan kedua tangannya menutupi wajahnya.

"Pasang lagu sedih ah! Biar galaunya kerasa" Ran melompat ke ranjang dan memutar lagu galau andalannya. Setelah mendrama sebentar, tanpa sadar ia tertidur.

Hari telah berganti, siang berubah menjadi malam. Ran berdiri di depan cermin sembari merapihkan tatanan rambutnya yang sedikit berantakan. Ia merapikan dress berwarna soft pink yang sedang ia kenakan saat ini.

"Maa Syaa Allah.. Cantik juga xixixi, biasa dekil banget kek ga mandi sebulan. Kamu liat aku auto naksir Reg, yakin deh!" Celoteh Ran yang masih sibuk memperhatikan setiap inci dari penampilannya.

Ran berbalik saat pintu terbuka dan nampak seorang wanita paruh baya masuk ke dalam ruangan. Wanita itu menghampiri Ran dan mengelus lembut pipi Ran yang sudah di hiasi sedikit make up.

"Sudah siap sayang?" Tanya ibu.

".. Sudah bu"

"Kamu ga papa nak?" Tanya ibu masih merasa tak enak.

"Ran ga papa bu, jangan khawatir, pasti Ran bisa melewati ini semua. Doain Ran ya bu.." Pinta Ran seraya menggenggam tangan sang ibu erat.

"Pasti sayang.. Ayo turun? Mereka sudah di bawah" Kata ibu di balas anggukan oleh Ran.

Ran berdiri berdampingan dengan ibu dan perlahan menuruni anak tangga. Ia mengalihkan pandangannya pada ruang tamu dimana para orang tua sedang duduk di sana. Kemudian ia memfokuskan pandangannya pada seorang pria berjas hitam duduk dengan santai di sofa. Kulitnya putih, kakinya terlihat panjang, dan sepertinya dia tidak sepantaran dengan Ran.

"Dia kah calon suami ku?? Kok.. Kaya om-om?!" Batin Ran bertanya tanya.

Ran memberi salam pada tamu seraya sedikit membungkukkan badannya, kemudian duduk di samping ibunya.

"Ran sudah besar ya sekarang. Perasaan kemarin masih kecil haha" Kata Pak Bagas.

"Iya ya pah. Ran ingat ga? Dulu tante sering kasih permen buat Ran" Tambah istrinya pak Bagas.

"Um.. Maaf tante, Ran ga ingat" Jawab Ran kikuk. Mau bohong bilang ingat, tapi nanti malah lebih ditanyai.

"Haha iya sih, waktu itu kan kamu masih tk ya"

"Ayo langsung tentukan tanggal saja" Saran Pak Bagas semangat.

"Boleh boleh, ayo pilih tanggal cantik" Kata ayah menimpali.

"Buset.. Pada ngebet banget kayanya aku nikah.." Batin Ran tak habis pikir.

"Eh iya, mereka belum kenalan kan. Ran perkenalkan, ini Rei. Dia baru pulang dari luar negeri" Kata pak Bagas teringat.

".. Rei" Kata pria itu dengan nada yang amat datar dan dingin.

"Kirana.." Balas Ran sedikit takut. Benarkah ini laki-laki yang akan hidup dengannya.

"Oh ya, mulai sekarang panggil tante mamah ya, dan om papah" Kata istri pak Bagas.

"Baik mah" Balas Ran menurut.

Kirana yang saat ini baru berusia 22 tahun tidak sedikitpun berpikir akan menikah, apalagi kehidupan setelah menikah. Ia hanya diam memperhatikan para orang tua yang asyik dan sibuk sendiri membicarakan pernikahan.

Mereka mulai mempersiapkan semua pernak-pernik pernikahan, undangan, catering, termasuk gaun pernikahan.

Waktu terus berjalan, hingga hari di mana Kirana akan melepas masa lajangnya tiba. Bunga mawar berwarna merah muda dan putih menghiasi rumah. Keluarga mempelai pria sudah tiba, dan kini adalah saatnya Kirana keluar dan bersiap untuk proses akad nikah.

Kirana keluar dari ruangan dengan gaun pernikahan sederhana berwarna putih dan rambut yang digelung, membuatnya terlihat semakin cantik.

Kini ia duduk di samping Rei. Tiba-tiba ia merasa sedih, karena beberapa menit lagi ia akan menjadi istri orang. Dan tentu saja, setelah ini pasti ia akan keluar dari rumah dan mengikuti suaminya. Ia menundukkan kepalanya berusaha menahan air mata yang rasanya sudah ada di ujung mata.

"Angkat kepala, senyum" Titah Rei berbisik dengan nada galak.

"Buset! Udah om-om, galak lagi.. Paket komplit dah ini mah.." Batin Ran kesal. Ia mengangkat kepalanya dan tersenyum.

Akad nikah selesai. Semua orang yang hadir menunjukkan wajah bahagia. Ran tersenyum saat melihat kedua orang tuanya tertawa bahagia di hari itu. Hari berganti menjadi malam, rasanya tubuh sebentar lagi akan tumbang, menyalami banyak tamu dengan keadaan berdiri benar-benar melelahkan. Mulai dari teman Ran, teman kantor suaminya dan rekan-rekan papah, benar-benar ramai.

Ran menghembuskan napas lega saat memasuki kamar, ia berharap bisa cepat-cepat istirahat dan hanyut dalam mimpi indahnya. Apalagi setelah melihat kasur yang ada di kamar itu, terlihat sangat empuk dan nyaman.

Langkahnya terhenti saat melihat Rei keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju ranjang. Rei mengambil bantal dan selimut kemudian melemparnya pada Ran.

"Tidur di tempat lain" Titah Rei kemudian naik ke atas kasur.

".. Di tempat lain? Maksudnya gimana?" Tanya Ran tak mengerti seraya memungut bantal dan selimut yang jatuh ke lantai.

"Kamu pikir saya mau tidur sama kamu? Sana di sofa" Titah Rei ketus.

"What the.. Hey! Ini aku yang tidur di sofa? Aku? Seenggaknya Anda sebagai laki laki yang ngalah dong tidur di sofa! Gimana sih..." Batin Ran tak percaya.

"Iya om..." Ran membuka selimutnya, dan merebahkan tubuhnya di sofa.

"Apa tadi kamu bilang? 'Om'?" Rei menatap Ran ga nyantai, sungguh menakutkan.

".. Ya?" Sahut Ran bingung.

"Jangan panggil saya om!"

"Lha kan emang om-om?" Sahut Ran.

"Jangan asal kalau ngomong! Jangan panggil saya om! Tidur sana!" Titah Rei kesal.

Tak menyahuti, Ran menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya dan memejamkan mata tanpa peduli dengan om-om itu.

Hari berikutnya tiba, saatnya bersiap untuk resepsi di sebuah gedung yang besar dan mewah. Seperti sebelumnya, ratusan orang berkumpul dan merayakan hari bahagia ini.

Gaun berwarna merah muda yang Ran kenakan membuatnya terlihat lebih anggun, ditambah dengan rambut yang digerai ke samping memperlihatkan leher putihnya. Setelah resepsi selesai, mereka melakukan kegiatan foto pengantin.

"Ayo pak, bu, lebih dekat" Arahan si fotografer.

Rei meraih tangan Kirana dan memberikan senyum kecil, terlihat sangat natural.

"Pinter akting nih orang.." Batin Ran kagum.

"Bu, senyum" Titah pak fotografer.

"Senyum, mau cepat selesai kan?" Bisik Rei.

"Iya.."

Mereka mengganti pose mereka. Rei mendekatkan wajahnya pada wajah Kirana, dan menempelkan bibirnya pada ujung bibir Kirana. Kirana memejamkan mata dan melingkarkan tangannya di leher Rei.

"Yak, bagus" Dilanjutkan dengan beberapa foto, kemudian selesai.

Setelah acara yang panjang usai, Rei dan Ran kembali ke rumah papah dan mamah karena sementara mereka akan tinggal di sana sampai rumah mereka selesai di renovasi. Ketika sampai di rumah dan berhadapan dengan orang tua mereka, mereka terlihat sangat romantis layaknya pengantin sungguhan. Namun ketika mereka sampai di kamar mereka, keadaan kembali seperti semula.

"Cuciin" Titah Rei seraya melemparkan jasnya pada Kirana.

"Iya"

"Perasaan ada pembantu deh.. Kenapa saya hello?? Dasar om-om rese!" Batin Ran kesal.

"Siapkan air hangat, saya mau mandi" Titah Rei.

"Iya"

"Setelah itu buatkan saya susu hangat, vanilla"

"Hmm"

"Ga ikhlas?" Rei berbalik dan menatap Kirana tak suka.

"Ikhlas" Jawab Ran berusaha tidak ketus, tapi tetap saja terdengar sedikit.. Tidak ikhlas.

Dengan sabar Kirana menyiapkan semua yang suaminya minta.

"Ran, mana susunya?" Segera Ran menyodorkan segelas susu vanilla hangat pada Rei.

"Saya mau tidur, jangan berisik. Ambil bantal kamu dan tidur di sofa" Titah Rei, sama seperti kemarin.

"Gantian kek!" Batin Ran kesal.

"Hm.. Selamat tidur" Ucap Ran masih dengan nada kesal.

"Hmmm"

"Buset, kenapa 'hm' nya lebih panjang sih.." Batin Ran sebelum berbalik meninggalkan Rei.

Ran menatap bantal di sofa yang sedang ia duduki saat ini. Ia merindukan ranjang di kamar kesayangannya. Ia merebahkan tubuhnya dan beristirahat. Ia hanya berharap semoga kehidupan rumah tangganya dapat berjalan dengan baik kedepannya bersama om-om yang bahkan lebih cocok menjadi kakaknya dibanding menjadi suaminya.

Terpopuler

Comments

イマ🦋

イマ🦋

Permisi....

Aku mampir nih 😅

2020-09-01

0

Yoni Asih

Yoni Asih

datar amatdah kirana lok q yg punya laki kyk gitu q becek2 trs buangdah di tong sampah

2020-05-15

6

octyarine

octyarine

Galak amatsi🤦‍♀️😂

2020-05-15

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!