TAKDIR CINTA SEORANG GANGSTER
Cinta? Apakah itu cinta? Semenjak hatinya disakiti oleh wanita, Justin tidak pernah lagi menganggap bila cinta itu ada karna baginya cinta itu hanyalah hal rumit yang akhirnya membuatnya terluka.
Ya, mungkin terdengar gila dan kejam karna baginya cinta hanyalah hal tabuh yang menyesatkan. Namun tidak sedikit pula orang di dunia ini yang menganggap cinta adalah hal yang sangat indah, tapi hal semacam itu tidaklah berlaku bagi Justin
Setelah dia disakiti dan dicampakkan begitu saja oleh wanita, definisinya tentang cinta bukan lagi hal yang indah.
Masih sangat segar dalam ingatannya saat wanita itu memutuskan untuk berpisah darinya pergi meninggalkannya demi bisa bersama laki-laki lain.
Bersama ayah kandungnya....
Sebuah mobil sport hitam keluaran terbaru tampak melaju kencang membela jalanan yang legang. Gelapnya malam tidak membuat sang pengemudi mengurangi sedikit pun kecepatannya. Sepasang bola mata berwarna abu-abu itu menatap datar jalanan didepannya.
Langit malam yang semula bersahabat tiba-tiba menjadi gelap. Rintik-rintik tajam tanpa warna perlahan berjatuhan dari langit dan mengguyur bumi. Namun hal itu tidak membuat laju mobil Justin terhambat sedikit pun, mobil sport mewah itu tetap melaju dengan kecepatan yang sama.
Justin yang masih fokus mengemudi hanya menatap rinai-nya dengan wajah datar tanpa ekspresi.
Pemuda itu mendesah dalam keheningan. Jari-jarinya memijit salah satu pelipisnya karna rasa pening di kepalanya. Pertengkarannya dengan sang ayah membuat Justin nekat meninggalkan rumah dalam waktu selarut ini. Kekanakan memang namun begitulah Justin.
Mobilnya berhenti tepat diberanda masuk sebuah Bar elit di khawasan Gangnam. Justin yang dengan penampilan sedikit serampangan keluar dari mobil mewahnya. Salah satu karyawan bar langsung menghampiri Justin dan memindahkan mobil sport mewah itu menuju parkiran.
Suara dentuman musik yang menghentak keras langsung menyapa gendang telinganya. Mata abu-abunya langsung di sambut dengan berbagai macam hal yang membuatnya ingin muntah. Para penari yang menari erotis di dancefloor, para hidung belang yang tengah bercinta dengan para wanita penghibur dan berbagai hal lain yang mampu membuat perutnya seperti ditekan.
Tanpa mempedulikan orang-orang itu. Pemuda dalam balutan jeans belel hitam, t-shirt putih yang dibungkus jaket kulit hitam itu berjalan dengan tenang menuju konter bar. Setibanya di sana kedatangan Justin langsung di sambut oleh seorang bar tender yang sangat dia kenal.
"Sepertinya kau dalam keadaan yang sangat buruk, bertengkar lagi dengan papamu?" tebak bar tender itu 100% benar. Raut keheranan dan meremehkan hadir melengkapi. Justin tidak menanggapi dan hanya memutar matanya jengah.
"Berikan aku segelas cocktail," pinta Justin seraya mendaratkan pantatnya pada kursi tinggi didepannya. Justin membutuhkan sesuatu yang sangat dibutuhkan. Sebuah obat untuk penghilang rasa pening dikepalanya.
"Oke. Pesananmu akan segera datang." Jawab si bartender.
Ada name tag bertuliskan Xion Kim di sisi sebelah kanan dadanya. Justin tidak menanggapi ucapan Xion dan memfokuskan pandangannya pada keadaan disekelilingnya, tidak ada yang begitu menarik sampai mata abu-abunya menangkap sesuatu yang cukup menarik.
Xion yang merasakan keheningan mengikuti arah pandang pemuda itu dan tersenyum tipis. "Gadis itu, eh?" godanya.
Justin yang mendengar jelas ucapan Xion langsung mengangkat wajahnya dan menatap dingin pria di hadapannya. "Namanya Jia, sama seperti dirimu. Dia juga korban dari yang namanya cinta. Dia dihianati oleh keluarganya dan juga calon suaminya.
Ayah dan ibunya berpisah saat dia berusia lima belas tahun. Satu tahun yang lalu calon suaminya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, dan sejak hari itu dia menjadi tidak percaya lagi dengan sesuatu yang dinamakan cinta. Dia menganggap cinta hanya hal bodoh yang tabuh," ujar Xion panjang lebar.
"Untuk apa kau ceritakan kisah hidup orang lain padaku?" sinis Justin seraya menatap Xion tajam.
"Kenapa? Aku fikir kau tertarik padanya."
"Cih, dalam mimpimu."
'Hufftt'
Xion mendesah panjang. Ia tau betul bagaimana perasaan Justin. Memangnya pria mana yang tidak akan sakit hati dan terluka saat wanita yang sangat di cintai tiba-tiba memutuskan hubungan begitu saja dan pergi untuk pria lain, parahnya lagi mantan kekasih Justin meninggalkannya demi bersama ayahnya dan wanita itu kini menjadi Ibu tirinya.
Miris memang, namun itulah yang terjadi pada hidup Justin dan merubahnya menjadi sosok pria yang begitu dingin.
Justin mengangkat wajahnya saat merasakan kehadiran seseorang dan mata abu-abunya langsung bersiborok dengan sepasang mutiara coklat milik dara jelita yang duduk di sampingnya. Justin tidak memberikan respon apapun dan hanya berekspresi datar saat gadis itu melemparkan tersenyum lembut padanya. Dia adalah gadis yang sama seperti yang Justin lihat beberapa saat lalu 'Jia'
Tanpa permisi Jia mendaratkan pantatnya pada kursi berkaki tinggi di samping kanan Justin. Melihat kedatangan gadis itu membuat senyum Xion terkembang lebar. Tanpa diminta pun Xion segera menyiapkan segelas cinder untuk Jia
"Hei, tumben selesai lebih cepat malam ini?"
"Yeah." Gadis itu menjawab malas.
Dengan gerakan cepat jari-jari lentiknya meraih gelas berisi cinder yang Xion sodorkan padanya dan meneguknya hingga tandas tidak tersisa. "Tumben agak sepi barmu malam ini, tidak seperti biasanya."
"Mungkin mereka sedang malas untuk pergi keluar. Tumben kau sendirian saja, di mana sahabat gilamu itu?" tanya Xion penasaran, pasalnya dia tidak melihat keberadaan gadis mungil bersurai blonde yang biasanya ikut datang bersama Jia.
Gadis itu memicingkan matanya dan menatap Xion penuh selidik. "Tumben kau menanyakannya? Apa kau merindukannya?" goda Jia yang langsung membuat pipi Xion merona. Gadis itu terkekeh pelan. "Dia sedang pergi keluar kota dan mungkin lusa baru kembali, dan jujur saja aku begitu kesepian tanpa ada dia."
"Ahhh!! Sayang sekali."
"Tidak perlu merasa sedih. Dia juga akan kembali kok."
Justin mendengar jelas percakapan antara dua orang berbeda gender itu. Tidak ada yang menarik sedikit pun dan percakapan mereka terkesan membosankan. Justin menengokkan kepalanya pada Jia dan menatapnya dari ujung rambut rampai ujung kaki. Sebelumnya Justin tidak pernah memperhatikan seorang wanita sampai sedetai itu.
Namun ada sesuatu dalam diri Jia yang tidak dapat membuat Justin mengalihkan tatapannya dari gadis itu. Xion yang masih bertahan dalam posisinya melihat dengan jelas jika sahabatnya itu sedang memperhatikan gadis cantik disebelahnya
"Jia, sepertinya Tuan Muda ini ingin berkenalan denganmu." ucap Xion sambil menunjuk Justin menggunakan dagunya. Jia pun menoleh membuat matanya kembali bersiborok dengan mata dingin Justin. Xion menyeringai "Bukankah begitu Tuan Muda, Qin!"
"Memangnya kapan aku mengatakannya?" sahut Justin dengan nada kurang bersahabat.
Xion meringis dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Laki-laki berpipi bakpao itu menjadi tidak enak pada Jia. Namun sepertinya Jia tidak terlalu memikirkannya apalagi ambil pusing dengan sikap dingin Justin. Toh itu bukan urusannya dan lagi pula Jia tidak memiliki niat untuk berkenalan dengan pemuda itu.
"Jia, kau mau kemana?" tanya Xion melihat Jia beranjak dari duduknya
"Tentu saja pulang," jawabnya.
"Sendiri?"
"Lantas dengan siapa?" jawabnya.
"Kau yakin? Tapi ini sudah lewat tengah malam. Sebaiknya kau menungguku saja, kita pulang sama-sama. Jujur saja aku khawatir jika kau pulang sendirian saja apa lagi ini sudah lewat tengah malam. Kejadian mengerikan yang terjadi akhir-akhir ini membuatku merasa tidak tenang. Soo, tunggulah sampai jam kerjaku usai." Ujar Xion. Raut wajahnya menunjukkan jika ia begitu cemas.
Gadis itu menggeleng. "Tidak, Xion. Jika aku menunggumu itu artinya aku harus menunggu 2-3 jam lagi. Bisa-bisa aku terlambat kuliah besok. Tidak perlu merasa cemas karna aku pasti bisa menjaga diriku baik-baik dan lagi pula aku membawa mobil kok. Ya sudah aku pergi dulu." Gadis itu beranjak dan pergi begitu saja.
Xion sungguh merasa cemas melihat Jia yang hanya pulang sendiri saja. Banyak sekali kejahatan yang terjadi akhir-akhir ini apalagi dengan hilangnya para gadis muda secara misterius. Xion sangat takut jika hal serupa sampai menimpa gadis itu.
Meskipun ia dan Jia tidak memiliki ikatan apa-apa namun Xion sangat menyayanginya dan sudah menganggap gadis itu seperti adiknya sendiri.
Sementara itu, dengan mata kepalanya sendiri Justin melihat jika ada dua pria mencurigakan yang mengikuti Jia saat gadis itu meninggalakan bar.
Justin segera memberi tau Xion dan kedua laki-laki tampan itu bergegas menyusul Jia. Xion memiliki firasat buruk akan hal ini. Ia tidak mungkin bisa memaafkan dirinya sendiri jika sampai ada hal buruk yang menimpa gadis itu.
Tubuh Xion menegang saat Justin melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi membela jalanan yang legang, Xion sampai menahan nafasnya dan menutup rapat-rapat kedua matanya.
Jika saja ini bukan keadaan darurat, pasti ia sudah melayangkan protesnya pada Justin dan menghujani laki-laki berdarah China itu dengan sumpah serapahnya. "Jangan menutup matamu terus menerus karna aku tidak tau yang mana mobilya." Sampai suara dingin terlewat datar itu masuk dan berkaur didalam telinganya.
Sontak saja Xion membuka kembali matanya dan matanya membelalak melihat sebuah sedan putih tengah dihadang oleh sebuah van hitam. Tampak seorang gadis dalam balutan mini dress berwarna putih berambut coklat panjang ditarik paksa oleh dua laki-laki dan didorong masuk kedalam mobil itu. Gadis itu yang pastinya adalah Jia terus merontak dan menolak namun sepertinya ia tidak memiliki daya sama sekali.
Melihat hal itu membuat Justin tidak tinggal diam. Pemuda itu menambah kecepatan pada mobilnya dan beehenti di samping van hitam itu.
Brukkk!!
Tanpa babibu Justin langsung menendang punggung salah satu laki-laki yang memegangi Jia dan menarik gadis itu untuk bersembunyi dibalik punggungnya
"Brengs**, siapa kalian dan berani sekali ikut campur urusan kami." Teriak salah satu dari kelima laki-laki itu.
"Aaarrrkkkhhhh!
Banyak bicara sekali kau ini." Geram Xion seraya melangkan satu pukulan pada wajah pria itu. "Sialan, berani sekali kalian ingin menculik temanku! Kalian sudah bosan hidup eo?" lanjutnya ditengah perkelahian. "Jangan habiskan semuanya. Setidaknya sisahkan sedikit untukku." Oceh Xion melihat Justin berhasil melumpuhkan empat dari lima pria itu.
"Ck, salah sendiri. Siapa suruh kau terlalu lelet dan terlalu banyak bicara." sahut Justin acuh tak acuh.
"Yakkk!!!"l
"Sebaiknya fokus saja pada lawan didepanmu, Xion Kim."
Bruggg!!!!
"Kkkkyyyyaaaa!!! Mukaku." Justin mendengus geli mendengar teriakan Xion yang tidak sengaja terkena pukulan lawannya. "Sialan, berani sekali kau merusak wajah tampanku ini? Apa kau tau berapa banyak biaya yang aku keluarkan untuk merawatnya." Teriaknya marah.
"Jangan bergerak, atau kepala gadis ini aku ledakkan." Teriak seseorang dari arah belakang.
Sontak saja keduanya menoleh. Mata Xion terbelalak melihat seorang pria yang sepertinya tidak melibatkan dirinya dalam perkelahian tiba-tiba saja berteriak sambil menodongkan sebuah pistol pada kepala Jia.
"JIA? YAKKK!! APA-APAAN KAU ITU? LEPASKAN TEMANKU!!" Teriak Xion marah.
Berbeda dengan Xion yang terlihat panik. Justin justru terlihat biasa saja. Laki-laki itu maju menghampiri Jia dan pria penyanderanya dengan sorot mata dingin dan tajam penuh intimidasi.
Melihat Justin yang semakin mendekat membuat laki-laki itu sedikit gemetar karna ketakutan apalagi saat melihat tatapan dinginnya. "Justin, aku mohon ... hiks ... selamatkan Jia, hiks..."
"Lepaskan gadis itu." pinta Justin.
"Tidak, aku tidak akan melepaskan gadis ini. Dia adalah aset yang sangat berharga, jika aku membawakan gadis secantik ini untuk boss. Pasti dia akan langsung menaikkan pangkatku jadi jangan harap aku akan melepaskannya."
"Sekali lagi aku perintahkan padamu, lepaskan gadis itu secara baik-baik jika kau masih ingin hidup." Pinta Justin sekali lagi, dia masih terlihat begitu tenang. Sejauh ini Iblis dalam dirinya masih bisa ditekan dengan cukup baik.
Justin mencoba bernegosiasi dengan laki-laki itu dengan cara baik-baik, tapi jika tidak bisa maka ia tidak memiliki pilihan lain selain menggunakan kekerasan. Melihat air mata yang terus mengalir dari mata Jia membuat Justin merasa tidak tega. "Aku tidak pernah main-main dengan ucapanku, lepaskan gadis itu atau-"
"Atau apa?" laki-laki itu menyela cepat. "Memangnya siapa kau dan berani sekali kau memerintahku." Lanjutnya meremehkan.
"Justin Qin. Leader Five Corner."
Mata laki-laki itu membelalak seketika begitu pula dengan Jia. "Ka..kau, pasti bercanda. Pasti kau membohongiku agar aku mau melepaekan gadis ini kan? Hahahhaa!! Itu trik murahan anak muda, kau tidak bisa membohongiku. Hahaha." Lagi-lagi pria itu tertawa.
Justin yang sudah mulai kehilangan kesabarannya tanpa babibu melepaskan tembakannya pada kaki laki-laki itu.
DOORRR!!
"Aaarrrkkkhhh!!"
bersama dengan tembakan yang baru saja Justin lepaskan, tubuh Jia juga terbebas dari tangan laki-laki itu. Gadis itu jatuh tersungkur diaspal. Xion segera menghampiri Jia dan membantunya berdiri lalu membawanya bersembunyi ditempat yang aman.
Sedangkan laki-laki itu menggeleng saat Justin berjalan mendekatinya. "Aku sudah memperingatkanmu tapi kau tidak mau mendengarkanku, dan inilah akibatnya."
"Ja-jangan."
'DORRR'!!
Tubuh itu ambruk seketika setelah dua timah panas menembus kepala dan dada sebelah kirinya. Sedangkan teman-teman dari laki-laki itu langsung kocar-kacir melarikan diri. Tanpa mengatakan sepatah kata pun Justin berjalan menuju mobilnya dan meninggalkan tempat itu termasuk Jia serta Xion.
Jia menatap mobil Justin yang semakin mejauh dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Dalam hatinya dia sangat berterimakasih pada pemuda itu.
"Jia ,kau tidak apa-apa?" tanya Xion memastikan, gadis itu menggeleng meyakinkan. "Sebaiknya aku antar kau pulang. Biar aku saja yang membawa mobilnya." Jia tidak mengatakan apa-apa, sebagai gantinya gadis itu mengangguk. Keduanya pun berjalan beriringan meninggalkan tempat itu.
Mungkin malam ini akan mejadi salah satu malam yang tidak bisa Jia lupakan sepanjang hidupnya. Bertemu dengan para penjahat yang nyaris saja menculiknya, melihat pembunuhan tepat didepan matanya juga pertemuan awalnya dengan pria tampan berhati dingin bernama Justin Qin.
.
.
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
SoRA🌠🦋
bagus 👍🏻
2022-12-07
0
Dewi Dina
Five Corner
2022-08-31
0
Cherry
baru baca tp seru
2021-08-15
0