BRAKKK!!!
Dobrakan keras pada pintu nyaris saja membuat dua laki-laki yang tengah berbaring pada sofa d iruang tamu sebuah rumah sederhana terkena serangan jantung dadakan. Kedua laki-laki itu langsung terbangun dari tidurnya dan menatap horror sosok pemuda tampan yang baru saja memasuki ruangan
"Apa lihat-lihat?" ketus pemuda itu pada kedua temannya, keduanya langsung menggeleng. "Dimana Leo dan Sean?" tanya pemuda itu yang tak lain dan tak bukan adalah Justin.
"Kamarnya. Oya, Hyung kau terlihat buruk. Pasti kau bertengkar lagi dengan paman-"
"Jangan sebut nama itu jika kau masih ingin hidup lebih lama, Felix Nam" ujar Justin dengan nada dingin yang begitu membekukan menbuat Felix yang mendapat glare itu memilih diam dan tidak lagi bersuara.
Sedangkan pemuda tampan disampingnya malah terkekeh geli melihat perubahan pada raut muka si maknae yang terlihat begitu menggemaskan.
Setelah mengatakan kalimat yang begitu dingin dan tajam itu, Justin segera melenggang pergi meninggalkan Felix dan pemuda satu lagi yang terpaku disofa
"Hyung, apa maksudnya senyummu itu?" ujar Felix sambil menekuk wajahnya.
"Siapa suruh kau membangunkan seekor singa jantan yang sedang kelaparan."
"Aku mendengarnya, Thomas Kim," sahut Justin seraya melirik tajam pemuda berkulit putih tersebut.
Justin merebahkan tubuhnya pada kasur king size super nyaman miliknya. Matanya menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan hampa. Saat sedang sendiri seperti ini Justin merasakan kembali rasa sakit pada hatinya, meskipun satu tahun telah berlalu namun Justin masih tetap belum bisa menerima penghianatan yang dilakukan oleh ayah dan mantan kekasihnya.
Justin sadar jika dirinya bukan pria baik-baik, mungkin ia masih bisa memakluminya jika saja laki-laki itu bukan ayah kandungnya sendiri. Rasanya sangat sulit untuk menerima dan memaafkan mereka berdua.
Untuk malam ini saja Justin ingin melupakan sejenak segala hal yang berhubungan dengan ayah dan ibu tirinya juga rasa sesak yang selama ini selalu menghimpit hatinya.
Tiga puluh menit telah berlalu, namun Justin masih tetap terjaga. Berkali-kali pemuda itu mencoba untuk tidur namun tetap tidak bisa. Beranjak dari ranjangnya, Justin berjalan lurus menuju menuju jendela besar yang berada disamping kanan ranjangnya.
Banyak sekali hal yang memenuhi fikirannya yang membuatnya tidak bisa tidur meskipun fajar hampir saja tiba.
Sementara itu. Ditempat dan lokasi berbeda, apa yang dialami oleh Justin juga di alami oleh seorang gadis cantik berparas barbie yang saat ini berdiri dibalkon kamarnya seorang diri. Wajah cantiknya mendongak menatap langit malam yang penuh taburan bintang, begitu indah.
Dari semua bintang yang menghiasi langit malam ini, ada satu bintang yang menarik semua atensinya. Sepasang mutiara coklatnya menatap bintang itu dengan penuh kepedihan, liquid bening terlihat mengalir dari sudut matanya yang kemudian jatuh dan membasahi wajah cantiknya. Jari-jarinya meremas dada kirinya yang terasa berdenyut nyeri.
"Nenek, aku merindukanmu," gumamnya berbisik.
Gadis itu menutup matanya saat merasakan ada sepasang tangan yang memeluknya dari belakang. Tanpa melihatnya pun gadis itu tau siapa gerangan yang memeluknya. "Aku baik-baik saja Kakak, sungguh."
"Kakak, tau kau tidak baik-baik saja. Jika kau baik-baik saja lalu kenapa kau menangis?"
Jia menyeka air matanya kemudian menggeleng. "Aku tidak menangis, sungguh. Aku hanya kelilipan saja." gadis itu Jia melonggarkan pelukannya kemudian berbalik hingga posisinya dan orang yang memeluknya saling berhadapan. "Apa yang Kakak lakukan di sini? Ini sudah hampir pagi, kenapa malah datang kesini? Seharusnya, Kakak dirumah saja."
"Aku di sini karna mencemaskanmu, Jia. Xion, menghubungi Kakak dan menceritakan semua yang menimpamu semalam dan apa orang-orang itu menyakitimu?" Jia menggeleng. "Kau tidak berusaha untuk membohongi Kakak 'kan?" lagi-lagi Jia menggeleng.
"Lalu Kakak kesini dengan siapa? Di mana suami, Kakak?"
"Kakak datang diantar oleh supir, sebaiknya sekarang kita masuk. Kau bisa sakit jika terlalu lama berdiri di sini. Udaranya sangat dingin, Kakak sungguh-sungguh tidak mau jika kau sampai jatuh sakit," Jia tersenyum kemudian mengangguk
"Baiklah." Wanita itu tersenyum seraya mengacak rambut panjang adik sepupunya itu. Meskipun Jia bukanlah adik kandungnya, namun wanita itu begitu menyayanginya karna hanya dirinya satu-satunya keluarga yang Jia miliki.
.
.
.
"THOMAS, FELIX NAM!!"
Suasana pagi yang semula tenang seketika menjadi gaduh karna kelakuan dua pemuda itu yang tidak ada bosannya dalam hal menjahili ataupun mengerjai kedua hyungnya. Lagi-lagi Leo dan Sean menjadi korban kenakalan mereka berdua.
Justin yang merasa terganggu pun segera bangun dan menghampiri ketiga teman satu gengnya itu. "Ada apa ini?" suara dingin terlewat datar itu mengintrupsi ketiganya untuk menoleh pada sumber suara dan mendapati Justn berdiri di ujung tangga dengan tatapan dinginnya.
"Apa lagi jika bukan karna kenakalan kedua bocah setan ini. Masa iya mereka memindahkanku dan Leo ke balkon." Adu Sean pada Justin
Glukkk!!
Susah payah Felix dan Thomas menelan salivanya melihat tatapan tajam penuh intimidasi dari Justin. "Benarkah itu?" keduanya pun menggeleng dengan cepat, meyakinkan pada Justin jika yang dikatakan oleh Sean tidaklah benar meskipun pada kenyataannya memanglah begitu.
"Bohong, Hyung. Jelas-jelas mereka berdua memiliki kebisaan ngelindur saat sedang tidur. Kan bisa saja mereka berdua berjalan sambil tidur. Bagaimana bisa aku dan bocah ini memindahkan mereka berdua sedangkan kami ketiduran di sofa ruang keluarga, bukankah kau sendiri juga melihatnya, Hyung." ujar Thomas mencoba memberikan penjelasan.
Justin mendengus berat, ia tidak tau siapa yang harus dipercaya kali ini, Seon dan Leo atau kedua bocah itu 'Felix dan Thomas.
"Aku tidak mau dengar ada keributan lagi atau kalian semua akan menerima akibatnya." Ucapnya dan berlalu begitu saja meninggalkan keempat temannya yang masih terpaku dalam posisinya.
Melihat kilatan tajam pada kedua mata Justin membuat mereka berempat merinding sendiri, tidak salah jika pimpinan Five Corner itu dijuluki sebagai Iblis oleh musuh-musuhnya. Selain memiliki tatapan seperti Iblis, dia juga ditakuti karna kebringasannya dan tidak memiliki kata ampun untuk mereka yang berani membuat masalah dengannya.
Selain itu, Justin juga begitu disegani oleh beberapa gangster lain dan tidak sedikit pula yang mau bergabung dan menjadi anak buah Justin namun dengan tegas ditolak olehnya. Bukan karna Justin tidak mau tapi baginya keberadaan keempat rekannya sudah lebih dari cukup ditambah beberapa kawan lamanya yang selalu siap membantunya kapan pun mereka dibutuhkan.
Five Corner sendiri adalah sekelompok gangster yang namanya sudah tidak asing lagi ditelinga para penduduk kota. Meskipun mereka adalah sekelompok gangster yang sangat berbaya, namun membuat masalah bagi warga kota seperti merampok dan menindas orang tidak bersalah pantang bagi anggota Five Corner.
Mereka hanya akan berurusan dengan kelompok lain yang berani mencari masalah dan mengusik ketenangan mereka. Kehidupan malam sudah menjadi bagian dari hidup kelima pemuda tampan itu, balap liar, tawuran dan mabuk-mabukkan sudah menjadi kebiasaan mereka sehari-hari.
Tatto besar yang menghiasi punggung Justin merupakan pemberontakkan pertama yang dia lakukan sebagai bentuk protes atas semua penghianatan dan ketidakadilan yang ia terima selama ini.
Justin adalah salah satu korban dari sekian banyak anak yang terlahir ditengah keluarga yang tidak sehat. Ayah dan ibunya berpisah saat usia dia menginjak 15 tahun, kemudian Ibunya menikah dengan laki-laki kaya dan meninggalkan keluarga kecilnya.
Sedangkan ayah Justin terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan semua wanitanya, begitu pula dengan kakak laki-lakinya yang tidak pernah mau peduli pada keadaannya. Sementara kakak sulungnya minggat dari rumah karna hubungannya dengan sang kekasih ditentang keras oleh ayah mereka.
Alex Qin terlalu menyayangi putra keduanya dan selalu membanding-bandingkan dia dengan Justin hingga pertengkaran antara ayah dan anak itu pun tidak dapat terhindarkan. Dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya Justin berani membantah ucapan ayahnya dan berteriak didepan wajah Alex.
Justin yang pada saat itu dikuasai kemarahan memutuskan pergi keluar untuk menjernihkan fikirannya dan disitulah dia bertemu dengan Leo, Sean, Thomas dan Felix yang memiliki kisah hidup nyaris sama dengannya. Kelimanya akhirnya memutuskan untuk berteman dan melakukan sebuah kegilaan yang tidak pernah mereka lakukan sebelumnya.
Seperti membuat tindik dan tatto, mabuk-mabukan, balap liar sampai tawuran dan semua orang sepakat untuk menunjuk Justin sebagai leader mereka kemudian geng itu di beri nama Five Corner yang berarti lima titik sudut. Sebenarnya jumlah mereka lebih dari lima orang, masih ada Kai, Lee Dan, dan Tian sebagai anggota bayangan, mereka membantu dari luar termasuk Xion dan hanya sesekali saja mereka ikut berkumpul bersama Justin cs, mereka setia dan selalu ada saat dibutuhkan oleh kawan-kawannya.
Dan kegilaan Justin semakin menjadi-jadi sejak penghianatan yang dilakukan oleh ayah dan mantan kekasihnya. Sosok Justin yang dulu hangat dan penuh kasih sayang lenyap dan tergantikan oleh Justin yang berhati dingin, kasar dan arogan. Persetan dengan pendidikan, persetan dengan harga diri dan martabat keluarganya, yang terpenting mereka merasakan kebebasan dan kesenangan.
Alex selaku ayah Justin marah besar melihat putra bungsunya pulang dalam keadaan berantakan setelah hampir lima bulan minggat dari rumahnya. Banyak sekali yang berubah pada diri Justin membuat Alex maupun kakaknya nyaris saja tidak mengenalinya lagi.
Aroma alkohol yang sangat menyengat tercium dari tubuh Justin. Beberapa tindik menghiasi kedua telinganya, lidah dan ujung alisnya. Juga beberapa lukisan tinta yang tampak pada lengan, dada sebelah kiri juga punggungnya. Pakaian yang Justin kenakan malam itu pun tidak kalah berantakan, jeans belel dan kaus tanpa lengan yang terlihat kotor juga bekas luka pada wajah tampannya yang terlihat masih basah.
Alex yang melihat perubahan pada diri putranya hanya bisa tertunduk sedih tanpa mampu melakukan apapun untuk menghentikannya.
Brakkk!!!
Dobrakan keras pada pintu bercat putih yang berada dilantai dua rumah itu nyaris saja membuat Leo, Sean, Felix dan Thomas terkena serangan jantung dadakan.
Jika saja bukan Justin pelakunya, pasti mereka sudah membuat perhitungan dengan orang itu, yang bisa mereka lakukan hanyalah mengelus dada. "Hyung, lapar." Renggek Felix sambil mengguncang lengan Sean, pemuda itu memasang wajah polos menggemaskan andalannya membuat Sean tidak sampai hati untuk memarahinya
"Baiklah, sebaiknya kau mandi dulu setelah ini kita keluar untuk sarapan. Thomas, panggil Justin juga karna tidak mungkin kita pergi tanpa dia." ujar Sean.
"Woke, Hyung."
Tokk! Tokk! Tokk!
Ketukan keras pada pintu sedikit menyita perhatian Justin. Pemuda itu menoleh pada sumber suara dan berteriak sedikit lantang, setelah mendapatkan ijin dari sang empunya kamar.... Thomas pun melenggang masuk dan menghampiri Justin
"Ada apa?" Thomas sedikit meringis mendengar nada dingin yang Justin lemparkan padanya.
"Sean Hyung mengajak kita semua sarapan diluar, Hyung. Dan dia-"
"15 menit lagi aku akan turun." ucap Justin menyela kalimat Thomas.
Pemuda itu mendesah panjang, dengan hati sedikit dongkol Thomas meninggalkan kamar hyung kesayangannya itu. Jika tidak mengenal Justin dengan baik pasti akan tersinggung oleh ucapan pemuda itu, namun hal itu tidaklah berlaku pada Thomas, Felix dan kedua seniornya karna melihat sikap Justin yang seperti itu sudah menjadi makanan mereka sehari-hari.
"Huft, baiklah. Hyung, aku keluar dulu."
Setelah mandi dan mengganti pakaiannya, Justin segera turun dan menghampiri keempat temannya. Lagi-lagi Ia disuguhi oleh pemandangan yang cukup menggelikan.
"Siapa yang rakus, Hyung? Aku dan bocah ini hanya meminta sedikit saja ice creammu, semalam kami kelaparan jadi terpaksa kami masak ramen milikmu." ujar Thomas yang tidak terima dikatai rakus oleh Leo.
"Sedikit bagaimana? Jelas-jelas semua ice creamku yang aku simpan di lemari pendingin kalian habiskan semua dan ramenku yang malang. Bagaimana bisa kalian tidak menyisahkan satu pun untukku? Padahal aku belum memakannya satu pun, kalau bukan rakus namanya apa coba? Aku tidak kau tau, pokoknya kalian berdua harus menggantinya terutama kau, Felix Nam." amuk Leo sambil mengacak rambutnya frustasi.
"Hiks! Hiks!" tiba-tiba saja Felix menangis dan hal itu membuat Leo menjadi sedikit panik, sedangkan Thomas dan Sean yang hafal betul tabiat pemuda itu hanya bisa terkekeh menahan tawa.
"Yak Yak! Felix Nam, kenapa kau malah menangis eo?"
"Hiks! Pokoknya aku tidak mau menggantinya, jangan mentang-mentang aku yang paling kecil di sini. Jadi kau bisa menindasku seperti itu. Hiks!! Huaaaaa ... Ibu yang ada di Surga. Kutuklah Leo Hyung supaya menjadu BU-DI. Lihatlah putra tercintamu ditindas seperti ini, hiks!! Ibu..." Felix menjatuhkan tubuhnya pada lantai dan menangis, meraung seperti bayi membuat Leo semakin panik melihatnya.
"Cupcupcup!! Jangan menangis lagi ya. Hyung janji tidak akan meminta ganti tapi jangan kutuk Hyung menjadi BU-DI. Begini saja nanti Hyung belikan dua cup ice cream berukuran jumbo tapi dengan satu syarat, kau harus mencabut kutukanmu itu bagaimana?" Felix menyusut ingusnya dan tersenyum lebar
"SETUJUUUUU."
Justin mendengus geli, ia tidak tau sebesar apa otak yang Felix miliki sampai-sampai dia memiliki begitu banyak ide untuk membuat para hyungnya kalang kabut. Tanpa sepatah kata pun, pemuda dalam balutan jeans belel hitam, tank top yang dibungkus rompi kulit hitam serta sebuah kain hitam bercorak putih melingkari dahinya berjalan begitu saja melewati teman-temannya. Thomas yang menyadari kedatangan Justin langsung menyusulnya.
"Hyung! Tunggu aku."
.
.
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
SoRA🌠🦋
lucu🤭
2022-12-10
0
SoRA🌠🦋
dari awal baca udah bagus semoga seterusnya bagus .
keren banget ceritanya thor👍🏻🥰
2022-12-09
0
Srie wibi
jangan 2, ibu Justin nikah dg ayahnya Jia, kan kejadiannya usia Jia sm justin Bru menginjak 15th
2021-03-04
0