BAB 3 "Pertemuan Kedua"

Jangan lupa buat tinggalkan ❤, rate ☆☆☆☆☆ dan koment ya para teman-teman sekalian 🙏🙏🙏. Karna dukungan kalian sangat berarti buat Author terus berkarya. Dan buat sesama Author mari saling mendukung 🙏🙏🙏.

.

.

"Jia?"

Seruan keras dari arah belakang mengalihkan perhatian Jia. Gadis itu menoleh dan mendapati sosok wanita bertubuh mungil berlari menghampirinya. Senyum dan pelukan hangat langsung menyambut kedatangan sahabat blondenya itu 'Park Shilla'

Shilla dan Jia berpelukan cukup lama dan saling melepaskan rindu. "Aku merindukanmu Angsa Jelek, kenapa kau pergi begitu lama."

"Aigoo, apa sebesar itu rasa rindumu padaku? Padahal aku cuma pergi beberapa hari saja, Min Sooyeon." ujar Shilla.

"Ck," Jia mendecih seraya menatap Shilla tajam "Berhenti memanggilku Min Sooyeon, Shilla Park. Aku sudah membuang dan mengubur nama itu sejak lama. Nama itu hanya akan mengingatkanku pada luka dan rasa sakit yang aku rasakan selama ini." Tutur Jia, raut wajahnya berubah sendu.

Mendengar apa yang dikatakan oleh sahabatnya membuat rasa bersalah menyelimuti perasaan Shilla, tidak seharusnya dia mengungkit luka lama gadis bermarga Min itu.

"Maaf Jia, aku.."

"Tidak apa-apa, aku baik-baik saja." Jiaa memeluk Shilla membuat senyum diwajah gadis bersurai blode itu kembali terkembang lebar. "Oya. Xion, terus mencarimu. Sepertinya dia sangat merindukanmu."

"Ck, si pipi bakpao itu lagi? Lebih baik aku tidak pernah bertemu lagi dengannya. Kau tau itu hanya musibah untukku." Jia terkekeh mendengar ucapan Shilla, ia tidak tau kenapa sahabatnya itu begitu tidak menyukai Xion padahal mereka terlihat cocok saat bersama. "Apa yang kau tertawakan?" amuk Shilla sambil mencerutkan bibirnya, Jia menggeleng.

Gadis itu merangkul bahu Shilla dan tersenyum lebar. "Aku lapar, bisakah kau menemaniku sarapan? Aku yang akan mentraktirmu." Mata Shilla berbinar seketika mendengar kata traktir yang meluncur beban dari bibir Jia

"Benarkah!" Jia mengangguk. "Oke, lets go."

Tidak sampai lima belas menit kedua gadis itu tiba di cafe langganan mereka. Keduanya berjalan beriringan menuju meja yang berada disudut ruangan samping jendela kaca.

Sudah beberapa hari ini mereka tidak mendatangi cafe itu termasuk Jia, menurutnya tanpa Shilla tidak lengkap rasanya. "Nunna." kedatangan mereka langsung di sambut oleh seorang pemuda bermata besar bernama Dio. Dio terlihat begitu gembira melihat kedatangan mereka berdua di cafe miliknya. "Senang melihat kalian datang lagi. Apa kalian tau, aku sangat-sangat merindukan kalian berdua." Ujarnya.

"Iyaiya, tapi sekarang siapkan makanan untuk kami. Aku sudah sangat lapar." Shilla menepuk perutnya sendiri yang terasa keroncongan, Dio terkekeh kemudian mengangguk.

"Oke, lima menit lagi."

Sembari menunggu makanan mereka datang. Terlihat Jia beranjak dari duduknya dan berjalan menuju piano yang berada disudut ruangan, mungkin tidak ada salahnya menyumbangkan satu atau dua lagu seperti biasanya. Gadis itu membetulkan dressnya kemudian duduk berhadapan dengan piano didepannya.

Ting Ting Ting...

Dentingan piano yang Jia mainkan menggema di seluruh penjuru cafe. Melodi-melodi indah mengalun dengan lembut membuat siapa pun akan terpanah dan terhipnotis ketika mendengarnya termasuk sosok pemuda tampan berwajah stoic yang baru saja memasuki cafe itu.

Sepasang mutiara abu-abunya memandang seorang gadis yang wajahnya tidak begitu asing duduk di atas bangku piano itu. Jari-jari lentiknya menari dengan indah di atas tuts piano tersebut. Kedua matanya sesekali tertutup dan menghayati permainannya sendiri.

Sementara itu, pemuda berwajah stoic itu tidak dapat mengalihkan sedikit pun arah pandangnya dari sosok Jia yang duduk di sana. Dan setelah empat menit berlalu musik pertama berhasil Jia selesaikan dengan sempurna dan kini melodi yang Jia mainkan masuk pada lagu kedua.

Dentingan piano kembali menggema. Alunan melodi yang begitu lembut dan menghangatkan hati, namun jika didengarkan dengan cermat ... lagu itu menyimpan makna yang begitu dalam dan menyimpan sebuah kesedihan.

Walaupun bernada sedih, tapi lagu itu begitu nyaman untuk didengarkan. Pemuda itu begitu menikmati permaianan piano Jia dan menghayati lagu yang dimainkannya sampai pada akhirnya lagu itu berakhir.

Prokk! Prokk!! Prokk!!

Suara riuh tepuk tangan membuat Jia sedikit terkejut, gadis itu menoleh pada para pengunjung cafe yang berdiri sambil bertepuk tangan. Gadis itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "NUNNA, ITU TADI SANGAT BAGUS. KAU SANGAT HEBAT." Seru seorang pemuda dengan suara yang begitu lantang.

"NUNNA, AKU SANGAT MENGAGUMIMU." Sahut pemuda satu lagi.

Sontak saja Jia menoleh dan menatap kedua pemuda itu dengan senyum tipis, mengalihkan pandangannya. Tanpa sengaja matanya bersiborok dengan sepasang mutiara abu-abu milik pemuda dengan penampilan serampangannya yang hanya memandangnya datar.

Namun hal itu tidak berlangsung lama karna Jia langsung melangkah pergi dan kembali pada Shilla. "Jia, itu tadi sangat luar biasa. Kau tetaplah sehebat dulu dan ... YA TUHAN-"

Shilla tidak melanjutkan ucapannya dan memekik kencang melihat beberapa bekas luka sayatan pada lengan Jia dan luka-luka itu masih terlihat sangat baru. "Jia, apa ini? Jangan bilang jika melakukannya lagi? Kenapa kau harus melukai dirimu sendiri?" teriak Shilla dengan suara meninggi membuat perhatian semua orang kini tertuju pada mereka berdua termasuk pemuda berwajah stoic itu.

Jia yang merasa tidak enak langsung membungkuk meminta maaf, Shilla menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan merasa horror melihat tatapan tajam Jia. "Maaf."

"Tidak perlu berteriak juga, Park Shilla. Lagi pula tidak seperti itu, hal ini terjadi begitu saja. Aku-"

Shilla langsung memeluk sahabatnya tersebut. "Aku tidak ingin kau terus-terusan menyakiti dirimu sendiri, Jia-ya. Cukup, sudahi semuanya dan aku sungguh-sungguh tidak ingin melihatmu terus-terusan seperti ini."

"Aku-"

"Pesanan datang." Seru Dio menyela ucapan Jia. Gadis itu kembali mengulum senyum terbaiknya. Jia tidak ingin terlihat lemah didepan orang lain apalagi mahluk yang disebut laki-laki. "Nunna, ini pesanan kalian," ucapnya seraya menata makanan-makanan itu diatas meja

"Oya, Jia Nunna. Itu tadi sangat hebat, bagaimana jika kau bekerja secara tetap di sini sebagai pianis? Aku berani membayarmu dengan harga tinggi, jika kau di sini pasti pengunjung cafeku semakin meningkat begitu pula dengan omsetku dan aku-"

"Berhentilah mengoceh, Mata Bulat. Setidaknya biarkan kami makan terlebih dulu, kami sudah sangat kelaparan." Ujar Shilla menyela ucapan Dio

"Heheheh! Maaf Nunna, baiklah selamat menikmati."

"Dio Hyung." lagi, teriakan itu mengalihkan perhatian semua orang termasuk Jia dan Shilla.

Lagi-lagi mutiara coklatnya bersiborok dengan sepasang mata abu-abu milik adonis dingin itu yang tak lain dan tak bukan adalah Justin. Mereka hanya saling menatap dalam diam, tatapan dingin dan datar Justin membuat Jia sedikit merinding.

BRAKKK!!!

DORRRR!!!

"Kyyyyyaaaaa." Suasana cafe yang semula tenang menjadi riuh karna kemunculan sekelompok pria bersenjata.

"SERAHKAN HARTA BENDA KALIAN SEMUA DAN JANGAN ADA YANG BERANI MELAWAN, ATAU NYAWA KALIAN AKAN MELAYANG."

Doorrrr!!

Tembakan kembali dilepaskan keudara membuat seluruh penjuru cafe menjadi panik dan kalang kabut. Dengan gemetar, semua menyerahkan harta bendanya pada orang-orang itu dan segera tiarap dilantai. Salah satu dari pria-pria itu menyeringai saat melihat keberadaan sosok cantik berparas barbie yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Laki-laki itu menyeringai dan menghampirinya. "Wow. Ternyata ada seorang bidadari di sini." ucapnya menyeringai. Tubuh Jia gemetar dan mulai berkeringat dingin, gadis itu mundur beberapa langkah saat salah satu dari orang-orang itu menghampirinya. "Kau gadis yang paling cantik. Kemarilah Sayang dan aku tidak akan menyakitimu."

"STOP." teriak Shilla sambil merentangkan tangannya dan berdiri didepan Jia.

"Mundur kau, atau aku akan memukulmu." Ancamnya.

"Aaarrrrkkkhhh!! Gadis pendek sebaiknya kau tidak ikut campur." Geram laki-laki itu dan mendorong tubuh Shilla.

Mata Leo terbelalak dengan sigap ia berlari dan menangkap tubuh gadis itu sebelum menghantam lantai. "Nona, kau tidak apa-apa?" tanya Leo memastikan. Shilla menggeleng. Meyakinkan pada Leo jika dirinya baik-bik saja.

"Kau milikku, Sayang."

Grepp!!

Laki-laki itu terkejut saat merasakan sesuatu menempel pada kepala belakangnya. "Jauhi gadis itu atau kuledakkan kepalamu." Ancam orang itu di iringi seringai Iblisnya. "Aku tidak akan mengulagi kata-kataku, jauhi gadis itu atau kuledakkan kepalamu. Dan kembalikan semua harta benda mereka."

"Siapa kau bocah ingusan? Berani sekali kau mengancam dan memerintahku?"

"Justin Qin, Leader Five Corner." Jawabnya santai.

Glukk!!

Susah payah laki-laki itu menelan salivanya sambil menghapus bulir keringat dingin yang mengalir dari pelipisnya. Perlahan laki-laki itu menjauhi Jia. "Kita pergi dari sini." Serunya pada teman-temannya. Mereka tidak ingin sampai berurusan dengan geng Iblis itu.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Justin dengan nada dingin dan datar. Jia menggeleng. "Aku tidak apa-apa, terimakasih untuk bantuannya. Dan ini kedua kalinya kau menolongku. Oya, perkenalkan. Aku Min Jia." Jia mengulurkan tangannya pada Justin namun sepertinya tidak diindahkan oleh pemuda itu.

Justin hanya diam seraya menatap datar tangan Jia yang terulur padanya. Jia hendak menarik kembali tangannya sebelum sebuah tangan lain menyambarnya.

"Nunna, perkenalkan! Namaku Felix Nam. Ini Hyung siamku namanya, Thomas Hyung. Yang dingin ini namanya, Justin Hyung. Yang tinggi mirip tiang listrik itu namanya, Leo Hyung dan yang polos tapi paling mesum diantara kami berlima namanya Sean Hyung. Oya Nunna-ya, jangan kaget apalagi heran dengan Hyungku satu ini. Dia memang paling dingin dan mengerikan diantara kami semua tapi percayalah jika aku yang paling manis dan paling menggemaskan." ujar Felix panjang lebar.

"Nunna, maaf jika bocah ini terlalu banyak bicara." Sesal Thomas sambil menarik Felix menjauh dari Jia.

Suasana cafe sudah kembali seperti sedia kala, semua orang berterimakasih pada Justin dan teman-temannya yang berhasil mengusir para penjahat itu. Atas ide Dio yang meminta agar Jia dan Shilla mau satu meja dengan kelima anggota Five Corner kini mereka duduk pada satu meja yang sama.

Shilla dan Leo langsung terlihat akrab begitu pula dengan Thomas dan Felix yang sesekali menggoda Shilla. Sedangkan Jia dan Justin sama-sama memilih diam dan menyibukkan diri pada kegiatan masing-masing. Seperti Justi yang asik mengutak-atik ponselnya dan Jia yang hanya menatap keluar jendela. Sedangkan Sean membantu Dio yang cafenya tiba-tiba kebanjiran pelanggan.

Ting!!

Lonceng yang berada diatas pintu tiba-tiba berbunyi yang menandakan ada penggunjung yang datang. Dan tanpa berniat Jia menoleh pada pintu masuk dan terkejut melihat dua orang yang baru saja memasuki cafe begitu pula dengan Shilla yang juga sangat mengenali siapa laki-laki dan wanita itu.

"Brian!!"

.

.

.

BERSAMBUNG."

Terpopuler

Comments

💞🎗Yannie🎗💞

💞🎗Yannie🎗💞

cinta akan menemukan jln ny heeeee

2021-03-09

1

ଓεHiatus 🦅💰⋆⃟𝖋ᶻD³⋆ғ⃝ẓѧ☂

ଓεHiatus 🦅💰⋆⃟𝖋ᶻD³⋆ғ⃝ẓѧ☂

lanjut💕💕

2021-03-06

0

🦊⃫⃟⃤Haryani_hiatGC𝕸y💞🎯™

🦊⃫⃟⃤Haryani_hiatGC𝕸y💞🎯™

sukses selalu ka...

2021-03-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!