Kita Berbeda
Setelah beberapa lama menunggu panggilan tersambung, dengan kesabaran yang ekstra akhirnya telpon pun tersambung.
"Assalamualaikum ummah." Aku mulai mengawali pembicaraan di telpon.
"Waalaikumsalam meida." Jawab suara merdu wanita paruh baya yang telah melahirkan ku ke dunia, dan mendidik ku tanpa pamrih di seberang sana.
"Ummah sama abi, ¹kumaha damang?" Pertanyaan sederhana untuk mengawali perbincangan. Walaupun sederhana tapi memiliki arti kualitas paling atas, dan bermakna tinggi yang berfungsi menjaga kerukunan, kenyamanan dan keselarasan dalam sebuah hubungan kekeluargaan, dengan ciri khas logat daerah tempat tinggal kami.
"Alhamdulillah, ummah sama abi damang nda, meida damang?"
"Alhamdulillah damang ummah, abi kemana ummah dari tadi gak ada suara nya?"
"Ohh.. Abi teh lagi ngajar di madrasah nda, ²te acan uih.. makana di rumah teh sepi, ³te aya nu gandeng." Aku baru inget, jam segini kan waktu nya abi ngajar di madrasah. Dasarr meida, masih muda pelupa ... maklum lah masih lama ke tanggal gajian, jadi gak inget hari.
Aku tersenyum sendiri meruntuki sifat pelupa yang begitu dominan diotakku.
"Oh enya ummah, bilangin ke abi ada salam dari meida putri cantik anaknya abi Zulkifli." Candaku di selingi kekehan.
"Iyaiya nda nanti ummah bilangin ke abi. Kamu mah aya aya wae ahh ... nda ntos makan te acan?? Ummah pesan jaga pola makana, jaga kesehatan na, tong seer pikiran, ⁴dugika khilaf makan."
Ahh ummah ... walaupun jauh perhatian dan kasih sayang nya tak pernah luntur. Kalau beginikan aku jadi rindu, rindu masakannya, rindu suasana rumah, rindu semuanya.
"Siapp ibu negaraku.. untuk makan Alhamdulillah udah ummah, meida gak bakalan lupa kalau makan mah, kalau gak makan nanti meida sakit, kalau nanti sakit siapa yang mau ngurusin meida disini, meida bakal nurutin semua nasehat ummah." Jawabku diselingi senyum, untuk menggoda malaikat tak bersayapku.
"Syukur atuh ari kitu mah, meida betah kerja disana?" Nada kekhawatiran mulai terdengar, sebisa mungkin aku netral kan perasaan gundah ku.
"Alhamdulillah betah ummah, temen-temen teh pada baik ka nda, jadi te asa-asa, asa ka saudara ummah," jawabku setenang mungkin menceritakan keadaan ku disini, biar ummah tak terlalu khawatir.
"Sae atuh ari kitu mah nda, sing bisa ngajaga dirinya, jaga pergaulan, ⅝ulah kabawa sakaba-kaba."
"Siapp ummah, Inn sya Allah meida tiasa mawas diri"
"Syukur atuh ari kitu mah nda"
"Ummah, ntos heula nya, meida bade masuk heula, waktu istirahat na ntos rengse. Ummah sama abi jaga kesehatana, doa'in meida terus nya ummah." Aku akhiri percakapan di telpon, karena bel masuk kerja telah berbunyi.
"Enya atuh meida ari bade masuk mah, sing kade we nya."
"Enya ummah, Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam."
***~~~
Rasanya tenang kalau sudah menghubungi keluarga di kampung, walaupun cuman saling menanyakan kabar, tapi rasanya wah banget ... Se simple ini hidupku, aku berharap kebahagiaan ini selalu menyertai setiap langkah ku.
Ehh.. jadi lupa, kita belum kenalan kan?? Perkenalkan namaku Meida Zahra Aulia, kata orang sih aku orang nya ceria, baik hati dan tidak sombong, tapi sedikit absurd. Entahlah bagaimana menurut mereka saja, maklumkan netizen itu gak pernah salah, kalau salah kembali lagi ke pasal 1 hahaha. Faktanya aku orang yang ngeselin, cuek dan rajin menabung. Perbedaan yang begitu signifikan bukan??
Aku hanyalah seorang gadis kampung yang pertama kali merantau ke kota, aku ingin merasakan nama nya hidup mandiri jauh dari sanak saudara, mencari uang sendiri, dan point terpenting adalah mencari pengalaman hidup mumpung masih muda, biar gak parno amat.
Ehh.. sekalian cari jodoh juga sih kalau emang ada, harapan ku sih bisa menemukan laki-laki ganteng kayak oppa-oppa korea, seperti Zayn Malik, ehh salah maksudnya abang ji chan wook itu loh. Perkara jodoh siapa yang tau bukan? Mungkin bang ji chan wook memang jodohku, tulang rusukku yang tertinggal, buktinya sampe sekarang ji chan wook masih saja jomblo. Atau mungkin sengaja jomblo karena menunggu kepastian dariku. Ahh ... dasar aku, kalau ngarep suka gak inget sama jemuran tetangga, sampe menara Eiffel pindah ke Ci leunyi pun gak bakal pernah kesampean, karena apa? Karena bertemu mereka pun hanya lewat mimpi, paling banter liat muka mereka di google, kalau enggak di fb, tapi kalau lihat di fb gambarnya suka gak jelas kadang blur kadang pula tak terlihat sama sekali, karena apa? Karena aku pake mode gratis, dengan menambahkan kata free didepannya. Padahal sekarang udah gak zaman nya sih, orang pasti gengsi kalau pake ini, apalagi sinyal nya yang kadang-kadang Nauzubillah. Anak kecil zaman now yang hobi tok-tokan, kayaknya udah lupa sama website legend ini, karena udah gak famous lagi, apalagi sekarang udah jarang peminatnya, palingan digunakan ketika waktu emergency doang, bener kan?? Dan saat ini posisi free tertindas dengan adanya kuota Unlimited yang kuotanya menggiurkan Hahaha. Free biasa cara ini ku gunakan ketika kuota ku sekarat di tanggal tua. Aduh jadi promosi yah, sok yang berminat bisa ikuti jejak ku, di jejak petualang. Kembali ke topik yah, maka dari itu sangat kecil kemungkinan menjadi jodoh apalagi jadi pasangan hidup, aku mah apa atuh, hanya debu jalanan tol dibandingkan dengan pasir ci mangkok hehehe ... maaf yah khayalannya ketinggian, maklum belum tidur kebanyakan begadang makanya ngomong nya jadi gak berhaluan.
Dilihat dari sana, cita-citaku tak rumit kan? Sesederhana itu bukan? Tapi semua itu susah terealisasikan ketika virus corona datang menghadang, meluluh lantahkan dunia persilatan. Yah.. ketika aku jadi pengacara dikampungku. Apakah kalian tau arti dari pengacara itu apa? Menurutku pengacara itu adalah pengangguran banyak acara, contohnya aku.
Aku terlahir dari keluarga sederhana, aku hanyalah gadis tamatan SMA, yang tidak melanjutkan kuliah. Karena apa? Karena aku tidak ingin membebani orang tua, walaupun orang tua tidak merasa terbebani. Sekolah sampai SMA saja sudah banyak modal orang tua yang dikeluarkan, walaupun orang tua tak perhitungan. Apalagi masuk perguruan tinggi, walaupun abi memaksaku untuk daftar kuliah, tapi aku punya jurus andalan untuk menolaknya dengan alasan, "nanti aja bi kuliahnya sambil kerja." Karena aku belum pernah tau dan merasakan kuliah sambil kerja itu seperti apa. Kalau sudah merasakan dan merenungkan aku akan memilih salah satunya, antara fokus kuliah atau kerja. Karena kuliah sambil kerja itu di lakukan oleh orang tangguh yang bermental kuat, sedangkan aku, kamu pasti tau jawabannya. Aku orang nya gak mau ribet, gak mau pusing, dan gak mau capek. Kalau dipikir-pikir kapan peradaban hidupku maju yah, kalau kelakuan santuyku gak berubah, malahan makin berakar dan mendarah daging.
Harapanku semoga hidayah Allah segera datang kepadaku, untuk mau daftar kuliah. Aamiin.. Orang pasti beranggapan kalau alasanku di atas adalah alasan klasik, kalau itu ... jawabannya terserah pemirsa, gimana cara pandang masing-masing aja biar clear!
Orang suka bertanya, "kenapa gak ikutan beasiswa aja kan enak beasiswa gak bayar" terpaksa otakku berfikir. Dan mendapatkan jawaban, "Tidak semudah itu bamwbang, emang nya kuliah kayak menang lotre"
Aku pun berdalih dengan muka melas. "Aku tidak ingin hidup tertekan dengan otak pas pasan seperti ini, karena otakku jenis otak yang langka, dengan kapasitas memori yang hanya beberapa megabyte, daya tangkap dibawah control, dengan proses input yang loading nya lama, radar sinyal yang tersendat, dan proses penyimpanan nya relatif singkat, jika didiamkan beberapa menit saja auto delete semua. Jika aku gunakan untuk berpikir keras, yang ada bukan makin pinter tapi makin ngeblank, itulah fakta sebenarnya, dan telah aku rasakan efeknya ketika aku masih sekolah, walaupun sedikit orang yang percaya.
Akupun belajar dari pengalaman mereka yang mendapatkan beasiswa, rata- rata mereka yang mendapatkan beasiswa hidup mereka tak berwarna seperti sebelumnya. Yahh.. intinya gak ceria, bawaan mukanya itu di tekuk mulu gak ada senyum-senyumnya, kalau ngomong hawanya serius gak ada becanda-becandanya. Dan lebih miris lagi BB mereka pada turun, alasannya karena uang kiriman orang tua gak cukup dan uang dari pemerintah jangka pengiriman nya bertempo, kayak bang emok aja yah bertempo hahaha, jadi makan seadanya. Makan nasi sama kecap dan krupuk aja, enaknya melebihi makan KFC di restoran bintang lima, minum air kemasan bekas kemaren aja berasa minum mango milk cheese, nikmatnya itu loh Masya Allah. Jangan dibayangkan yah pemirsa.
Nah, dari sana dapat kusimpulkan beasiswa itu besar tanggung jawabnya, makanya yang dapat beasiswa itu rata-rata orang ulet, tekun dan berprestasi. Nah aku, aku cuman anak rebahan yang hanya mampu membedakan mana pelajaran matematika dan mata pelajaran IPS, se concrete itu bukan. Jadi sebelum itu terjadi aku sudah sadar diri dan lapang dada gak bakal masuk kualifikasi. Dan dari situ fix aku memutuskan tidak mengejar beasiswa, malahan beasiswa mengejarku ... upss bercanda. Aku sadar prioritasku sekarang adalah membahagiakan orang tua, mumpung mereka masih ada, ngerikan jika disaat kita sukses tapi orang tua kita udah gak ada. kita kerja buat apa? Uang yang kita hasilkan untuk siapa? Se sempit itu pikiran ku, jangan di tiru yah..
Abi ku bernama Ahmad Zulkifli rutinitas kesehariannya mengajar di madrasah yang dikelola keluarga besarku. Disamping itu, sebagai imam masjid dan guru ngaji anak-anak disekitar rumahku. Ummah ku bernama Ainun permata, seorang wanita tangguh dan hebat yang tak pernah lelah menyayangi dan mencintaiku, ummahku adalah surgaku di dunia, super hero paling kuat yang bisa mengalahkan mak lampir, nenek pelet dan sebangsanya. Pada beliau lah terletak tempat tujuan akhir hidupku dan keridhoan Tuhan.
Aku mempunyai 2 saudara, namanya Bang Faiz dan Kak Amel, mereka semua sudah berkeluarga. Abangku menikah dengan mbak lastri dan sudah dikaruniai 1 orang anak laki-laki yang tampan namanya Fajar. Sedangkan kak amel adalah kakak kedua ku dengan selisih umur yang relatif tipis hanya berbeda 3 tahun, dia sudah menikah dengan bang zidan dan sekarang sedang menanti kelahiran anak pertama.
Sedari kecil aku lebih dekat dengan bang faiz daripada kak amel, tak tau kenapa kak amel selalu bersikap tak suka padaku, dan selalu menyalahkan apa saja yang terjadi pada dirinya padaku. Malang bukan nasibku? Tapi gak malang-malang amat sih dibandingkan nasib bawang putih.
Di lihat dari sikapnya itu dia seperti memusuhiku, terbawa sampai sekarang, padahal aku merasa tidak pernah berbuat salah dan selalu menuruti kemauannya. Aku pun menyimpulkan mungkin sifat kak amel sudah begitu dari zaman azali, saking kuat sifatnya itu sampe terbawa lahir, makanya susah di rubah, palingan berubah nanti kalau udah dapat hidayah dari Allah. Mudah-mudahan hidayah Allah segera datang kepada kak amel. Aamiin..
Jadi di rumah hanya tinggal kami bertiga, dan setelah aku merantau di rumah tinggal berdua abi dan ummah saja.
***~~~
Aku bekerja di Bandara Internasional Soekarno Hatta sebagai Costumer Service Officer di sebuah Travel, kurang lebih selama 2 tahun. Aku bersyukur bisa bekerja disini hanya dengan modal lulusan sekolah SMA saja, dengan gaji yang lumayan dan punya banyak teman. Tapi kebahagiaanku bekerja di Airport tidak berlangsung lama, ketika pandemi covid-19 melanda tanah air. Ekonomi diambang kehancuran, perusahaan terancam banyak yang gulung tikar, dengan pemasukan yang sedikit, dan pengeluaran yang sangat banyak, nasib para pekerja di ujung tanduk. Maka dari sana terjadilah pengurangan karyawan dan PHK besar-besaran, rata-rata temanku terkena pengurangan karyawan, walaupun aku bukan salah satunya. Tapi dengan menjunjung tinggi rasa solidaritas akhirnya aku memilih resign, karena ingin merasa senasib dengan mereka. Mungkin inilah kelakuan paling konyol dalam pencapaian umurku yang ke 21 tahun. Orang pasti kepo kenapa aku resign padahal kerjaannya enak? Yah aku jawab, karena banyak pertimbangan, salah satunya tidak ada teman. Prinsip hidupku dari dulu, lebih memilih teman daripada materi, karena menurut ku teman yang baik itu susah dicari, tidak bisa dibeli, apalagi dikredit, benerkan?? Kata-kata slogan favoritku. “Ketika teman menjadi bangsat, disaat itulah aku membencinya” Yah kalau dipikir-pikir, siapa juga sih yang mau berteman sama bangsat!
Setelah kejadian itu aku memilih pulang kampung dengan tabungan seadanya.
***~~~
3 bulan setelah berada di kampung, keseharian ku membantu abi dan ummah mengajar di Madrasah. Padahal ini tidak termasuk dalam daftar planning hidupku, tapi setelah dijalani ternyata menyenangkan juga, apalagi peserta didik nya pada comel-comel. Waktu juga tak berasa, itung-itung terapi biar gak jadi kaum rebahan mulu, dan mungkin alternatif juga. Di samping menunggu panggilan masuk kerja dengan kondisi alam yang sudah aman, normal, dan kondusif.
Dan baru aku sadari selama ini ternyata hubungan orang tuaku dan kakakku mulai sedikit bermasalah. Mungkinkah ada rahasia besar yang mereka sembunyikan dariku, aku pun tak tahu apa yang terjadi, dan aku mulai berfikir apakah aku penyebabnya??
Note :
¹ kumaha damang :gimana kabarnya
² te acan uih : belum pulang
³ te aya nu gandeng : gak ada yang berisik
⁴ dugika khilaf : sampe lupa
⅝ ulah kabawa sakaba-kaba : jangan terbawa sembarangan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Ummu Sakha Khalifatul Ulum
Semangat terus thor 💪💪💪
2022-05-02
0
Nunuy Unuy
seru ceritanya ada logat sunda..ih aku banget eta mah 😆
2022-03-18
0
Mayra Putri
untung urang Garut..janteun weh ngartos....
2022-02-28
0