Kematian itu..

“Nda yakin mau ke rumah sakit?“ Tanya kak adib memperhatikan penampilanku dari atas kebawah dengan wajah merah menahan tawa.

“Yakin atuh kak, buruan berangkat, biar gak kesorean, “ ucapku sambil menangis dengan kerudung menutup wajah.

“Kakak yang gak yakin bawa nda, malu-maluin,” ujarnya sambil tertawa.

Ini orang aneh banget, orang berduka malah diketawain. Aku melepas kerudung yang menempel di kepala memastikan apa yang membuat dia tertawa di atas penderitaan orang yang sedang menderita. Dan kulihat penampilanku ... Astaghfirullah aku syok, ada apa dengan penampilanku?? Andaikan aku punya jutsu aku ingin menghilang ke desa konoha, dengan senang hati menjadi istri kedua sasuke.

Pantesan kak adib malu membawaku, ternyata aku memakai sendal silang, yang sebelah kanan sendal capit warna kuning dan sebelah kiri sendal ando warna biru, dengan ukuran berbeda, karena sendal capit abi ukurannya 10 sedangkan sendal ando ummah ukurannya 8.5. Kulihat penampilanku keatas, aku tak kalah syok aku memakai kolor, kolor spongebob siapa ini .... dan setelah kuamati, ternyata ini kolor spongebob bang faiz yang kantongnya sudah bolong. Perasaan tadi aku memakai rok, kenapa bisa memakai kolor bang Faiz, pasti aku salah ambil, pantesan tadi aku bisa lari kenceng ngalahain anjingnya pak rt, ternyata aku memakai kolor. Dan tak kalah malu lagi ketika aku melihat baju, baju siapa yang aku pakai? Baju partai keluaran tahun 2000’an yang warnanya sudah memudar, dengan bolong diketiak, dan banyak noda getah pisang. Perasaan baju ini sering ku lihat di atas kandang ayam periharaan abi, sering digunakan abi jadi alas ayam kalau lagi bertelur, kenapa bisa sampe aku pake? Padahal tadi aku ngambil baju dijemuran kenapa jadi dikandang ayam, pantesan dipakenya adem, angin sampe masuk keketiak, fix aku memakai lap. Dan kuraba kerudung, aku bersyukur untung bukan lap piring, ternyata dari tadi aku memakai handuk, untung bukan handuk tetangga. Bisa dibayangkan bertapa malu nya aku, lari-lari kurang lebih 500 meter dengan penampilan seperti ini, hancur harga diriku, hancur martabat ku sebagai guru madrasah. Untung tak ada peserta didik yang melihatku, kalau ada mau taroh dimana mukaku, di pintu wc?? Rasanya di pintu wc pun aku tak sanggup. Sejujurnya aku ingin menghilang dari hadapan kak adib, pingsan juga gak papa, biar gak malu-malu amat, tapi itu hanya if clause saja. Dan yang kulakukan sekarang adalah menangis keras menutupi rasa malu.

“ Cepet ganti baju yang bener, jangan nangis ... malu sama kolor,” ucapnya tertawa terpingkal-pingkal meledekku, akhirnya aku auto kabur seribu bayangan, lari menuju rumah.

Efek terlalu panik mengkhawatirkan keadaan ummah dan abi, aku sampai salah kostum. Tadi, boro-boro inget cermin, yang ada aku pengen cepet-cepet sampai ke jakarta, gak perduli kondisi jalannya yang penting aku pengen langsung sampai.

Pelajaran yang dapat ku ambil dari kejadian ini, sepanik seketar-ketir apapun perasaan jangan pernah lupakan cermin, karena apa? Karena biar gak malu sepertiku, setidaknya tadi kalau aku bercermin mungkin tidak akan sememalukan ini.

***~~~

“Assalamualaikum ... abang gimana keadaan abi dan ummah?” Tanpa menunggu jawaban salam, aku langsung menyerobot pertanyaan ke bang faiz. Disana ada bi ina, mbak lastri, dan bang zidan, kak amel tak ikut karena sedang hamil besar.

“Waalaikumsalam ... yang sabar yah dek, ummah sama abi kritis, doain terus yah mereka, mudah-mudahan cepat sadar.” Gurat kesedihan masih kentara di wajah bang faiz.

“Ummah sama abi dimana bang? Nda pengen lihat," ucapku menangis dipelukan bang faiz.

“Ummah sama abi masih di ruang ICU, masih ditangani sama dokter, nda terus berdoa yah jangan nangis, nda harus kuat ... kita berjuang bersama-sama.“ Bang faiz menepuk lembut pundakku untuk menenangkan, bukannya tenang suara tangisku semakin keras

“Kita serahkan semua ini pada Allah, hidup mati ditangan Allah, pilihan Allah pasti terbaik, yang penting kita sudah berikhtiar dan berdoa.“ Bi Ina memelukku dari belakang.

Pintu ruang ICU terbuka dan keluarlah dokter diikuti beberapa perawat.

“Dengan keluarga pasien?“ Tanya sang dokter.

“Iya dok, saya anaknya.“ Jawab bang faiz melepaskan pelukanku.

“Jadi begini pak, pasien mengalami banyak pendarahan, dan rangka kepalanya sedikit retak karena terbentur benda keras. Kami membutuhkan banyak darah, sedangkan stok darah dirumah sakit kami habis, pasien membutuhkan donor darah golongan AB+”

“Golongan darah saya AB+ dokter, saya sehat, bisa langsung diambil.” Bang faiz langsung menjawab pertanyaan dokter. Disini aku ternganga berasa ada yang janggal, kenapa golongan yang dibutuhkan AB+ dan golongan darahku O, pasti ada yang mereka sembunyikan dari ku.

“Baik, bisa langsung ikut dengan perawat ini sekarang. Pasien membutuhkan tindakan cepat, saya permisi dulu."

“Baik dokter, silahkan.”

***~~~

Dirumah sakit yang sama, seorang pria berparas tampan berjas putih sedang berjalan menuju kantin, tangannya memegang ponsel dan menempelkan ditelingannya.

“Aku lagi banyak jadwal dad.“

“Pokoknya kamu harus pulang, atau kamu mau mommy kamu depresi lagi hah! gara-gara nanyain kamu terus!” Jawab suara di seberang sana.

“Oke oke dad, nanti aku atur ulang jadwal, biasanya juga aku pulang 1 minggu sekali gak ditanyain, ini dadakan, baru aja 2 hari kemaren aku dirumah. Yaudah ... palingan nanti sore aku pulang, soalnya belum siap-siap.”

“Oke daddy tunggu, jangan lebih dari hari ini, kalau kamu tak tepat waktu jangan harap namamu ada di daftar kk!" Suara ancaman lelaki diseberang sana.

“Iyaiya, daddy bisanya ngancam mulu. Lagian jarak jakarta surabaya itu jauh dad, gak kayak ke malang, belum reservasi tiket pesawat nya belum ... ” saking serius berbicara ditelpon pria ini tak menyadari seseorang didepan dan menabraknya.

“Ehh maaf maaf gak sengaja,” ucap lelaki itu mengulurkan tangan mengambil air mineral yang tergelinding.

“Iya mas gak papa, salah saya jalan gak liat kedepan," jawab wanita itu merapikan jilbab dan berdiri.

“Nih mbak air minumnya.” Lelaki itu menyodorkan air mineral. Gleekk ... tatapan mata mereka bertemu, lelaki itu terdiam, melihat wanita cantik  berhijab di depannya, dia teringat seseorang.

“Terima kasih, mas gak papa?” Wanita berhijab itu merasa risih, tatapan lelaki di depan tak beralih menatap nya.

“Helloo mas.. hello ....” Tangan wanita ini melambai-lambai di depan muka lelaki yang diam mematung itu.

“Ehh ... maaf mbak, saya gak fokus," ucap lelaki itu tergagap sambil menggaruk kepala yang tak gatal, saking salting nya.

“Ohh yaudah saya permisi dulu.“ Wanita itu meninggalkan lelaki yang masih tersenyum gaje kearahnya

“Boleh tau siapa nama mbak?” Teriak lelaki itu menjadi pusat perhatian, dan memberhentikan langkah wanita berhijab itu

“Nama saya Meida,“ jawabnya singkat menengok kebelakang sambil tersenyum, dasar lelaki aneh umpatnya dalam hati.

“Nama yang cantik, secantik orangnya.“ Guman dia tanpa sadar

“Hallo ... Hallo Andres hallo ... orang tua ngomong itu dengerin malah bilang cantik cantik!“ Nada kesal dari suara telpon yang tak ada sahutan, menyadarkan khayalan lelaki yang bernama andress itu.

“Ehh ... iya dad maaf, nanti andres pulang kok, andress makan dulu, bye dad.”

“Dasar anak gak sopan! Orang tua belum beres ngomong udah dimatiin!" Umpat kesal lelaki diseberang sana.

***~~~

Setelah dari kantin aku langsung ke ruangan bang faiz, dia terlihat masih lemas setelah mendonorkan darah, aku sondorkan makanan dan air mineral kehadapannya.

“Makasih dek.” Bang faiz mengambil air dan meminumnya.

“Sama-sama bang.“

“Meida ... Faiz ... meida!" Suara keras bi ina diikuti bang zidan memanggil kami, dengan air mata berlinang.

“Itu ... dokter nunggu kalian didepan.” Tangisnya kembali pecah

“Kenapa bi? Ada apa?” Perasaan ku tak enak.

“Pokoknya kalian segera kedepan, dokter adi menunggu kalian!" Perintah bi ina tak terbantahkan.

“Mohon maaf sebelumnya, setelah melakukan beberapa tindakan kondisi ayah dan ibu anda drop, detak jantungnya semakin lemah, kemungkinan sadar sangat tipis 1% dari 100. Saya berharap anda sabar, sadar dan pasrah kepada Allah, jangan lupa berdo'a mudah-mudahan keajaiban tuhan datang,” ucap dokter adi seperti godam besi memukul jantungku. Dadaku sesak tidak bisa bernafas.

“Dokter dokter pasien laki-laki detak jantung nya berhenti!!” Suara perawat panik memanggil dokter adi.

“Baik saya segera kesana.”

Setelah beberapa menit dokter adi keluar dengan wajah murung, menandakan sesuatu yang buruk terjadi.

“Maaf, saya sudah berusaha semampu saya, Qadarullah Tuhan lebih sayang kepada orang tua anda, Ibu dan Ayah anda telah menghadap Ilahi barusan di jam 19:05, dengan perbedaan waktu 2 menit, saya dan perawat yang menangani ikut berbela sungkawa. Mudah-mudahan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan. Silahkan anda dapat melihat jenazah orang tua anda sebelum dimandikan,“ ucapan dokter adi seperti ultimatum yang tak bisa diganggu gugat, memporak-porandakan hatiku, Ya Allah...

“Inalillahi wa ina Ilahi rajiun.“ Ucap kami serempak berlari memasuki ruang icu, tubuh ummah abi terbujur kaku tertutup kain putih ... Ya Allah apakah ini mimpi? Aku tak kuat Yaa Allah...

Air mataku berlinang tanpa bisa kucegah, aku harus kuat. Ku hampiri wajah ummah kucium keningnya yang masih ada bercak darah.

“Ummah bangun jangan tinggalin nda, ummah kan janji gak bakal ninggalin nda, inget kan janji nda, kita mau belanja gamis bareng, keliling kota, nanti nda beliin gamis apapun yang ummah suka, tapi nda mohon ummah bangunlah ....” Tanganku terus menepuk pipi ummah, air mata bercucuran menghalangi penglihatanku.

“Yang sabar dek, biarkan ummah tenang dialam sana.” Tangan bang faiz merangkul ku kuat

“Lepasin adek bang,“ ucapku marah melepaskan rangkulan, dan memeluk ummah.

“Ummah tunggu sebentar aja, nda akan cepet- cepet kerja wujudin janji nda ke ummah, ummah sadarlah, ummah bangunlah, nda mohon ummah ... ummah nda mohon bangunlah!!! Apa arti hidup nda tanpa ummah ....” Hatiku sakit yaa Rabb, malaikat tanpa sayapku telah pergi, dengan wajah damai menemui Rabbi yang selama ini dirindukannya. Maafin nda yang belum bisa memujudkan impian ummah, maafin nda ummah.

“Yang sabar nda, bi ina juga sedih, tapi mau gimana lagi ini sudah jadi titis tulisnya,” ucapan bi ina menenangkan ku. Bukannya aku tak mempercayai takdirmu Ya Rabb ... tapi ini terlalu menyakitkan, aku belum bisa membalas budi mereka, aku belum bisa menjadi anak yang mereka harapkan.

Kupukul dada untuk menghilangkan rasa sakit dihatiku. Kuhampiri wajah abi, wajah tampan cinta pertamaku, yang terlelap tidur di keabadian, tersungging senyum dibibirnya ... Ya Allah baru  kemarin malam kami bergurau, tertawa bersama, tapi dalam sekejap kau ganti dengan airmata.. Kini aku merasakan, patah hati terhebat itu seperti apa. Aku cium kening nya, ku ucapkan terima kasih  karena sudah hadir dihidupku dan menjadi ayahku, hanya 1 pinta ku Yaa Rabb, jadikanlah kami keluarga abadi di dunia dan akhirat..

Kulihat bang faiz setegar apapun dia, dia tak dapat menahan kesedihan, tangisan menyayat hati, membuat pilu yang mendengarnya.

“Ummah ... abi ... tunggu meida di pintu surga” kata terakhirku sebelum penglihatan mengabur, dan menghitam.

Up nya 1 bab perhari yah kak, jangan lupa like, komen, subscribe. terimakasih 😊🤗 di tunggu yah next part nya

Terpopuler

Comments

Nita Wulandari

Nita Wulandari

sy ikut nangis thor 😭😭😭😭😭😭

2021-12-06

6

Cho Linah

Cho Linah

sampe ikut nangis😭😭

2021-10-16

1

urip karuniati

urip karuniati

gaya bahasa dan cerita bagus ngga halu...

2021-10-16

2

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Kecelakaan
3 Kematian itu..
4 Sendiri
5 Kenyataan Pahit
6 Benci
7 Kekecewaan
8 Pindah
9 Duka
10 Awal Derita
11 Peduli
12 Sakit
13 Kami adalah keluarga mu
14 Penangkapan
15 Hati tak bertuan
16 Kamar Rahasia
17 Diary
18 Permintaan
19 Jodoh
20 Surabaya
21 Tipu Daya
22 Masa lalu Maya
23 Hijab
24 Lelang Keperawanan
25 Senjata makan tuan
26 No Tipu-tipu
27 Kosan
28 Tak masuk perangkap
29 Rencana maya
30 Melisa
31 Penyesalan Andres
32 Bos Misterius
33 Perjuangkan sesuatu yang membuatmu berharga
34 Jangan kau panggil aku dengan sebutan Johan
35 Jaslin.. Bayi yang tak diinginkan
36 Kita Bertemu lagi
37 Fix, itu maya..
38 Melawan Delapan Preman
39 Uang DP
40 Di Pecat
41 Hilang
42 Maafkan mommy nak...
43 Jonathan
44 KTP
45 My Takdir
46 Lantai 20
47 Janji Louis
48 Pengawal
49 Tuan CAPLIN!
50 Curhatan Jonathan
51 Mirip
52 Abang
53 Ini tentang Adib Dek
54 Mencintai mu karena Allah
55 Kamu Wanita Kuat
56 Tuhan, bantu Aku
57 Pergi ke Bandung
58 Aku Pulang Kak
59 Karma itu berlaku!
60 Semoga wanita ini menjadi petunjuk
61 Apa mereka kakak beradik?
62 Pintu Rahasia
63 Foto yang hilang
64 Kotak Kayu
65 Wajah kedua bayi itu sama
66 Melepas mu ...
67 Ikhlaskan ...
68 Atheis
69 Back to Suroboyo
70 Apartemen
71 4 Hari lagi
72 Yang lalu biarlah berlalu!
73 Ajarkan jo lebih dalam tentang Islam
74 Temui Om malam ini
75 Yaa Tuhan
76 Berjanjilah!
77 Liontin Biru
78 Konglomerat
79 Panti Asuhan
80 Masa lalu Johan
81 Kemarahan Johan
82 Tanda itu ...
83 Hospital Internasional Centre
84 Panic Attack
85 Sebentar lagi
86 Sumber informasi saya saat ini
87 Jadilah Lelaki Sejati
88 Keluarga Harmonis
89 Mamih mendukung Mu
90 Foto itu ...
91 Apa sekarang Waktunya?
92 Visual
93 Visual
94 Ciciku hanyalah korban
95 Aku adalah Jaslin
96 Mengetahuinya!
97 Jangan Menghindari Masalah!
98 Saling Memaafkan
99 Ya Tuhan, ini tak mungkin!
100 Menghapus rasa ini
101 Dia Masa Depan Saya!
102 Berusaha Membuka Hati
103 You are so beautiful
104 Boleh Saya Menikahi Mu?
105 Hidup Akhirnya Harus Bahagia
106 Harga Diri
107 Apa Dia Ayahku?
108 Saya Janji Akan Kembali!
109 Dia Tak Bersalah
110 Mencintaimu Tak Bersyarat
111 Semoga Meida Bahagia Bersama Melvin
112 Siapa Wanita Ini!
113 Memperjuangkan Cinta
114 Mereka Membenci Kita
115 One Forever
116 Calon Istri
117 Pulanglah Nak
118 Berkaca Dari Masa Lalu
119 Meraih Surga-Nya
120 Kuingin Melamarmu
121 Apa Gunanya Sekarang?
122 Kedamaian
123 Selamat Datang
124 Pernikahan Kita
125 Daddy Mu Sakit
126 Selama 19 Tahun Ini
127 Akhirnya Kamu Pulang Nak!
128 Bangunlah!
129 Janji!
130 Saya Harus Pulang
131 Tunggu Saya Kembali!
132 Tak Sekuat Mereka
133 Saya Pergi Untuk Kembali
134 Oma Pelakunya!
135 Kampung Sido Mukti
136 Di Culik!
137 Saya Butuh Kamu!
138 Temui Saya!
139 Apa Itu Benar-Benar Meida?
140 Isi Ponsel
141 Menjebloskannya Ke Penjara!
142 Ancaman Grace
143 Di Bumi dan Langit yang sama
144 Paman, Meida Pergi!
145 Pengumuman
Episodes

Updated 145 Episodes

1
Part 1
2
Kecelakaan
3
Kematian itu..
4
Sendiri
5
Kenyataan Pahit
6
Benci
7
Kekecewaan
8
Pindah
9
Duka
10
Awal Derita
11
Peduli
12
Sakit
13
Kami adalah keluarga mu
14
Penangkapan
15
Hati tak bertuan
16
Kamar Rahasia
17
Diary
18
Permintaan
19
Jodoh
20
Surabaya
21
Tipu Daya
22
Masa lalu Maya
23
Hijab
24
Lelang Keperawanan
25
Senjata makan tuan
26
No Tipu-tipu
27
Kosan
28
Tak masuk perangkap
29
Rencana maya
30
Melisa
31
Penyesalan Andres
32
Bos Misterius
33
Perjuangkan sesuatu yang membuatmu berharga
34
Jangan kau panggil aku dengan sebutan Johan
35
Jaslin.. Bayi yang tak diinginkan
36
Kita Bertemu lagi
37
Fix, itu maya..
38
Melawan Delapan Preman
39
Uang DP
40
Di Pecat
41
Hilang
42
Maafkan mommy nak...
43
Jonathan
44
KTP
45
My Takdir
46
Lantai 20
47
Janji Louis
48
Pengawal
49
Tuan CAPLIN!
50
Curhatan Jonathan
51
Mirip
52
Abang
53
Ini tentang Adib Dek
54
Mencintai mu karena Allah
55
Kamu Wanita Kuat
56
Tuhan, bantu Aku
57
Pergi ke Bandung
58
Aku Pulang Kak
59
Karma itu berlaku!
60
Semoga wanita ini menjadi petunjuk
61
Apa mereka kakak beradik?
62
Pintu Rahasia
63
Foto yang hilang
64
Kotak Kayu
65
Wajah kedua bayi itu sama
66
Melepas mu ...
67
Ikhlaskan ...
68
Atheis
69
Back to Suroboyo
70
Apartemen
71
4 Hari lagi
72
Yang lalu biarlah berlalu!
73
Ajarkan jo lebih dalam tentang Islam
74
Temui Om malam ini
75
Yaa Tuhan
76
Berjanjilah!
77
Liontin Biru
78
Konglomerat
79
Panti Asuhan
80
Masa lalu Johan
81
Kemarahan Johan
82
Tanda itu ...
83
Hospital Internasional Centre
84
Panic Attack
85
Sebentar lagi
86
Sumber informasi saya saat ini
87
Jadilah Lelaki Sejati
88
Keluarga Harmonis
89
Mamih mendukung Mu
90
Foto itu ...
91
Apa sekarang Waktunya?
92
Visual
93
Visual
94
Ciciku hanyalah korban
95
Aku adalah Jaslin
96
Mengetahuinya!
97
Jangan Menghindari Masalah!
98
Saling Memaafkan
99
Ya Tuhan, ini tak mungkin!
100
Menghapus rasa ini
101
Dia Masa Depan Saya!
102
Berusaha Membuka Hati
103
You are so beautiful
104
Boleh Saya Menikahi Mu?
105
Hidup Akhirnya Harus Bahagia
106
Harga Diri
107
Apa Dia Ayahku?
108
Saya Janji Akan Kembali!
109
Dia Tak Bersalah
110
Mencintaimu Tak Bersyarat
111
Semoga Meida Bahagia Bersama Melvin
112
Siapa Wanita Ini!
113
Memperjuangkan Cinta
114
Mereka Membenci Kita
115
One Forever
116
Calon Istri
117
Pulanglah Nak
118
Berkaca Dari Masa Lalu
119
Meraih Surga-Nya
120
Kuingin Melamarmu
121
Apa Gunanya Sekarang?
122
Kedamaian
123
Selamat Datang
124
Pernikahan Kita
125
Daddy Mu Sakit
126
Selama 19 Tahun Ini
127
Akhirnya Kamu Pulang Nak!
128
Bangunlah!
129
Janji!
130
Saya Harus Pulang
131
Tunggu Saya Kembali!
132
Tak Sekuat Mereka
133
Saya Pergi Untuk Kembali
134
Oma Pelakunya!
135
Kampung Sido Mukti
136
Di Culik!
137
Saya Butuh Kamu!
138
Temui Saya!
139
Apa Itu Benar-Benar Meida?
140
Isi Ponsel
141
Menjebloskannya Ke Penjara!
142
Ancaman Grace
143
Di Bumi dan Langit yang sama
144
Paman, Meida Pergi!
145
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!