Memory Juwita
Juwita adalah gadis berusia 22 tahun. Dia tinggal di Jakarta. Juwita tinggal bersama Tante Siska adik dari mamanya, orang tuanya sudah lama meninggal. Juwita adalah anak orang kaya, namun hidupnya selalu diatur atur oleh tantenya hingga iya tak punya kebebasan. Juwita lebih memilih tinggal bersama sahabat sahabatnya yaitu Andin (23 tahun), Hani (22 tahun) dan Joana (22 tahun). Mereka bersahabat dari bangku SMP hingga sekarang kuliah pun bersama.
Sahabat sahabatnya itu sama sama non muslim. Mereka mempunyai karakter masing masing. Andin adalah perempuan yang sudah bersuami namun mereka masih bersahabat, Andin pun masih berstatus sebagai mahasiswi, sikapnya hangat dan keibuan. Hani yang genit dan sering berganti ganti pacar hanya untuk kesenangan dan mendapatkan uang. Sementara Joana adalah gadis tomboy yang bisa dikatakan galak.
Andin tinggal bersama suaminya. Sementara Hani dan Joana tinggal disebuah kosan putri. Juwita lebih memilih tinggal di kosan bersama Hani dan Joana ketibang tinggal di rumahnya yang penuh dengan kemewahan namun tak tak ada cinta. Tante Siska yang berambisi ingin menguasai hartanya Juwita nampak senang jika Juwita tinggal bersama sahabat sahabatnya itu.
Suatu hari Juwita terbangun dari tidurnya. Iya bermimpi ada sebuah cahaya yang menghampirinya disaat dirinya dalam kegelapan.
"Apa arti dari mimpiku itu ya?, sudah hampir 3 kali aku bermimpi seperti itu. Sebenarnya cahaya apa yang menghampiriku itu?" batin Juwita.
Juwita pun melirik kesebelahnya, dilihatnya Hani dan Joana masih tidur terlelap. Juwita pun tersenyum, baginya harta yang iya miliki adalah sahabat sahabatnya, yang selalu ada disaat suka dan dukanya. Mereka berempat pernah mengikrarkan sebuah sumpah bahwa mereka tidak akan mencintai lelaki yang sama, dan mereka juga pernah mengikrarkan sebuah sumpah dalam satu kalimat: SAHABAT SEJATI AKAN TERUS HIDUP BERSAMA, MAKA MATI PUN AKAN BERSAMA SAMA:
Juwita tidak pernah tau apa yang akan terjadi pada sahabat sahabatnya itu. Iya hanya berharap susatu saat akan ada cahaya yang akan menerangi hidupnya.
Pagi pagi sekali Juwita sudah berdandan rapih untuk pergi ke kampus. Sementara Joana sudah menggedor gedor pintu kamar mandi.
"Hani buka pintunya, buruan mandinya" gerutu Joana sambil menggedor gedor pintu.
Cekleeek.
Pintu pun terbuka. Hani pun keluar dengan hanya menggunakan handuk saja yang melilit dada hingga pahanya.
"Lama banget sih, mandi hampir 2 jam gak selesai selesai" gerutu Joana.
"Gak usah protes, beginilah kalau selebritis sedang mandi" jawab Hani percaya diri. Saat Hani melewati Joana, tiba tiba Joana melihat tanda merah dileher sahabatnya itu.
"Tanda apa yang ada dilehermu itu?" tanya Joana sinis.
"Sssttthh anak kecil gak usah ikut campur" ucap Hani sambil berlalu mencari baju dilempari. Joana langsung mengernyit.
"Menjijikan" ucap Joana sambil masuk ke kamar mandi. Hani malah tertawa tawa. Meski mereka sering berantem, namun tak pernah ada dendam diantara mereka. Hani memang sering pergi ke hotel bersama mangsa mangsanya yang berduit. Juwita sering memperingatkannya, namun tak pernah didengarnya.
Setelah Hani dan Juwita sudah bersiap, dilihatnya Joana belum keluar dari kamar mandi.
"Jo buruan udah siang nih nanti kita terlambat" teriak Juwita.
"Bentar"
Joana pun keluar kamar mandi sudah dengan baju khasnya, Joana sosok yang tomboy, hobynya pun main basket.
"Ayo berangkat" ucap Joana.
"Aduh Jo, bisa gak sih dandanamu itu peminin dikit, biar mata gak sempet lihatnya" ucap Hani.
"Berisik"
Mereka bertiga pun naik mobilnya Juwita. Juwita memang diberikan fasilitas mewah. Semua hartanya dikelola oleh Tante Siska.
Tiba tiba Andin datang.
"Pagi semua" sapa Andin.
"Pagi Andin, si AL gak ikut?" tanya Hani. Andin langsung mengernyit.
"Suamiku namanya Andre, bukan AL" ucap Andin mengingatkan.
"Si Hani korban sinetron tuh" ucap Joana.
Mereka pun ke kampus bersama sama.
_ _ _ _ _ _ _
Sementara di tempat lain. Disebuah pesantren di kota A. Seorang pemuda bernama Syakir (22 tahun) tengah duduk ditepi perkebunan. Iya baru menyelesaikan pendidikannya di Kairo bersama sahabatnya Fadil (24 tahun). Syakir ingin sekali melanjutkan pendidikannya kembali namun iya ingin belajar ke Jepang. Tentu saja itu membuat keluarganya tidak setuju. Kehidupan pesantren dan negri sakura itu sangatlah berbeda. Hingga Syakir diberi kesempatan untuk mengenal dunia luar yang tak begitu jauh.
Ustad Rasyid (46 tahun) ayahnya Syakir dan kakeknya Syakir yaitu kiyai Samsul, menyuruh Syakir untuk melanjutkan pendidikan di Jakarta. Biar Syakir tau bagaimana kehidupan diluar pesantren.
Saat Syakir duduk sendirian, tiba tiba ustad Rasyid datang dan duduk disebelahnya.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Ustad Rasyid pun tersenyum lalu membelai kepala putranya itu.
"Apa kau sedang bimbang?" tanya ustad Rasyid. Syakir malah menunduk.
"Sesuai kesepakatan kita, kau akan melanjutkan pendidikan di Jakarta. Di sana kau bisa membandingkan kehidupan yang berbeda dengan yang ada disini. Banyak tantangan disana, petiklah sebuah pelajaran berharga disana" tutur ustad Rasyid. Syakir pun langsung menatap Abinya.
"Abi akan tetap melarang ku untuk ke Jepang?" tanya Syakir. Ustad Rasyid pun mengangguk.
"Maafkan Abi, sepertinya ini yang terbaik untukmu, kau tidak sendirian kuliah disana, Fadil pun akan ikut bersamamu. Dengarkan Abi, kau adalah calon pemimpin pesantren, Mbah Samsul sangat berharap suatu saat kau bisa memimpin pesantrennya" tutur ustad Rasyid kembali. Syakir pun terdiam lalu mengangguk.
"Ustad Usman dan ustad Soleh akan mengurus kepindahan mu ke Jakarta"
Syakir pun mengangguk.
"Kapan aku akan ke Jakarta?" tanya Syakir.
" Minggu depan" jawab ustad Rasyid.
Ustad Rasyid pun meninggalkan putranya itu.
Lalu datanglah Fadil menghampiri.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Fadil pun berdiri dihadapannya Syakir.
"Hadeeuuuh Syakir, aku cari cari ternyata kau ada disini" ucap Fadil.
"Kenapa?" tanya Syakir.
"Aku sudah cari cari rumah didekat kampus kita biar kita bisa irit bensin" ucap Fadil.
"Dil, kau terlalu percaya diri, memangnya kau sudah tau kalau kita disana diberi fasilitas rumah dan mobil" ucap Syakir. Fadil pun terdiam.
"Abi ku memang akhir akhir ini rada pelit sih, masa iya kita harus ngekos" ucap Fadil sedikit tak percaya. Syakir pun berdiri dan menggandeng Fadil pergi dari tepi perkebunan.
"Nanti kita pikirkan lagi. Sebentar lagi azan, kita ke masjid saja" ajak Syakir.
Mereka pun berjalan menuju masjid. Ditengah jalan mereka mendengar suara orang berlari.
blug blug blug BRUUUGH.
Syakir dan Fadil pun terdiam.
"Suara apa itu Syakir?" tanya Fadil. Syakir sudah mencari cari sumber suara, sementara Fadil sudah mengadah ke atas langit mencari sumber suara.
"Itu suara orang jatuh, bukan suara bintang jatuh" ucap Syakir.
Mereka pun mengedarkan pandangan mencari cari. Dilihatnya ada Syifa (22 tahun) yang terjatuh tersungkur dijalan, badan Syifa sudah mirip mirip dengan Dewi ibunya.
"Awww"
Syifa meringis kesakitan.
"Hadeuuuh ternyata yang jatuh itu anaknya Tante Dewi, kufikir bintang jatuh" gerutu Fadil. Syakir pun berbisik pada Fadil.
"Bukankah dia bintang jatuh dihatimu" bisik Syakir. Fadil langsung mengernyit.
Syakir dan Fadil pun mendekati.
"Kau kenapa Syifa?"
"Kalian tidak lihat, aku ini baru saja jatuh masih nanya" jawab Syifa. Fadil malah cekikikan. Hingga Syakir mencubit lengan sahabatnya itu.
"Bukannya ditolongin malah pada ketawa, kalian Zahara" ucap Syifa sambil bangun dan melanjutkan kembali perjalanannya. Syakir dan Fadil hanya tersenyum menatap kepergian Syifa yang merajuk. Kini mereka pun melanjutkan perjalanan kembali menuju masjid.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
idk bre
dri jaman Aisyah Sampek sini, Sampek ganti akun nyari² authornya
2021-12-03
1
Pravangasta Waninghiu
karyanya bnr menarik , gx mbembuat pembaca bosan , sukses buat penulis
2021-03-28
1
Dina Purwasih
Syfa kalo sama dokter Iqbal ak setuju loh ka othor
2021-03-15
2