Syifa

Satu Minggu pun berlalu, Juwita sedang asik membaca buku di perpustakaan kampus. Tiba tiba Andin dan Hani datang menghampiri.

"Duuh serius amat bacanya" ucap Andin. Juwita pun tersenyum.

"Kita kelapangan yu, si Jo lagi tanding basket tuh" ucap Hani. Juwita pun mengangguk. Kini mereka pun pergi ke lapangan menyaksikan Joana yang kini sedang bertanding basket.

"Ayo Jo semangat" teriak Hani di pinggir lapangan.

"Joana, Joana" teriak Juwita dan Andin.

Setelah pertandingan selesai, mereka pun pergi ke kantin.

"Biar aku yang pesan, siapa tau dapat geratis" ucap Hani sambil menggibas gibaskan rambutnya, rok mini pun menjadi andalan penampilannya yang super super sexy untuk memikat laki laki kaya.

"Kalau aku bisa menjahit, ingin rasanya aku menjahit rokmu dan kusambung pake gorden" gerutu Joana.

"Kalau aku bisa menjahit, aku pun ingin menjahit mulutmu yang suka nyerocos itu" gerutu Hani membalas.

"Berisik akh kalian" protes Andin.

Juwita hanya tersenyum saja, iya sudah biasa melihat dan mendengar perdebatan mereka. Hani pun pergi memesan makanan.

"Semalem dia pulang mabuk, pas kutanya dia bilang habis dari hotel sama gebetan barunya. Aku hanya kasihan sama hidupnya, ngenes lihatnya" tutur Joana.

" Kita kan sudah pernah bahas masalah ini, kita gak boleh ikut campur dengan hidupnya Hani. Dia sudah memilih jalan hidupnya sendiri" ucap Andin.

"Eh ngomong ngomong, nanti malamkan adalah malam Minggu, ada acara kemana nih kita, masa cuma di kosan aja kan gak seru" ucap Joana.

"Aku sih terserah kalian" jawab Juwita.

"Duuh aku izin dulu ya sama suami, takutnya gak boleh" ucap Andin.

"Makanya jangan mau nikah muda, ribed kan urusannya" sindir Joana.

"Jo"

Juwita memberi isyarat agar Joana tidak membahas masalah pernikahannya Andin. Andin menikah karna dijodohkan, sebenarnya dia tidak mencintai suaminya itu.

"Makanan datang"

Hani membawa beberapa makanan yang dipesan. Mereka un makan bersama di kantin itu.

"Eh ngomong ngomong kosan sebelah, hari ini ada penghuni baru, siapa tau bisa jadi mangsa baru he he" ucap Hani.

"Kosan laki laki?" tanya Juwita.

"Hmmm"

Joana malah tertawa.

"Ha ha ha, nyari mangsa yang tinggalnya di kosan, bukankah kemungkinan duitnya tipis" ucap Joana menyindir.

"Aku kan bukan hanya butuh duit, tapi juga butuh kehangatan" ucap Hani dengan nada menggoda.

" Menjijikan" gerutu Joana.

"Han, hati hati loh dengan pergaulanmu, tidak sedikit perempuan yang terkena penyakit kelamin. Mereka yang sering berganti ganti pasangan, besar kemungkinan terkena penyakit semacam itu" tutur Juwita mengingatkan. Hani malah tertawa.

"Ha ha ha, dengar ya Tata, hidupku itu tak seberuntung dengan hidupmu yang serba wah dengan harta peninggalan orang tuamu yang tidak akan habisnya itu. Aku ini hanya wanita biasa yang bisa mendapatkan uang dengan cara seperti ini" tutur Hani.

"Aku hanya sekedar mengingatkan Han" ucap Juwita. Hani pun langsung memeluk Juwita.

"Terima kasih sahabatku yang cantik kau selalu memperingatkanku akan hal itu, tapi maaf untuk kali ini, aku masih senang dengan kehidupanku yang sekarang" ucap Hani kembali.

"Semoga suatu saat Tuhan merubah hidupmu menjadi lebih baik sebelum terlambat" batin Juwita.

_ _ _ _ _ _ _ _

Sore itu. Syakir sudah berberes pakaiannya, memasukannya kedalam tas besar dibantu uminya, ustadzah Yasmin. Sebenarnya ustadzah Yasmin kurang setuju jika Syakir harus kuliah di Jakarta. Namun apalah daya ustad Rasyid yang meminta. Anum (16 tahun) adiknya Syakir sedang menangis di pojokan pintu.

"Ka Syakir jangan pergi, ka Syakir itu belum lama pulang dari Kairo, eh sekarang malah mau pergi lagi" tutur Anum. Syakir pun tersenyum lalu mendekati Anum dan memeluknya.

"Kau jangan sedih, Jakarta itu dekat, ka Syakir bisa pulang satu Minggu sekali atau dua Minggu sekali" ucap Syakir.

"Benarkah??"

"Hmmm"

Syakir mengangguk ngangguk.

"Kau mau ikut tidak ke rumahnya om Riziq (ustad berondong) sama bibi Aisyah?" tanya Syakir. Anum pun mengangguk. Mereka pun jalan berdua menuju rumahnya Riziq omnya Syakir. Ditengah jalan mereka bertemu dengan Zahira (32 tahun), dia adalah tantenya Syakir.

"Asalamualaikum"

"Waalaikum salam"

"Syakir, kau jadi hari ini ke Jakarta?" tanya Zahira. Syakir pun mengangguk.

"Waaah Tante Ira pasti akan merindukanmu, disana jangan judes judes ya, biar wajahmu tampan tapi sikapmu judes, perempuan akan pada kabur. Tapi nanti Tante akan kehilanganmu" ucap Zahira pura pura sedih. Syakir dan Anum pun langsung mengernyit.

"Tante lebay deh, padahal Tante senengkan kalau ka Syakir pergi, jadi Tante gak ada yang ngeledekin" ucap Anum. Zahira malah tertawa kecil.

"Ha ha ha, ternyata keponakan keponakan durhaka ku ini tau saja isi hatiku he he" ucap Zahira.

"Hadeuuuh Tante Ira Zahara deh" ucap Anum.

"Sstthhh, jangan pada berisik, Tante pergi dulu ya, mau nitip tapi rambut sama ka Dewi. Assalamualaikum" pamit Zahira.

"Waalaikumsalam"

Anum dan Syakir pun menatap kepergian tantenya itu.

"Tante Ira dari jaman dulu hingga sekarang gak pernah berubah, tetap saja menyebalkan. Tapi aku masih penasaran kenapa Tante Ira suka beli tali rambut banyak banget, apa Tante Ira itu suka main salon salonan sama om Yusuf?" tutur Anum.

"Sssttthh"

Mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju rumahnya Riziq. Sesampainya disana.

Tok tok tok.

"Asalamualaikum"

"Waalaikum salam"

Riziq pun membuka pintu. Syakir dan Anum pun mencium om mereka itu.

" Kau belum siap siap Syakir?" tanya Riziq.

"Aku kesini mau pamit sama om, sama bibi Aisyah juga" ucap Syakir.

"Ayo masuk" ajak Riziq.

Mereka pun mengobrol ngobrol di ruang tamu bersama Riziq dan Aisyah.

"Hati hati ya Syakir, di Jakarta itu banyak tantangannya" ucap Riziq. Syakir pun mengangguk.

"Apa ka Usman menyediakan rumah untukmu dan Fadil?" tanya Aisyah.

"Kami akan tinggal di kosan yang dekat dengan kampus, kami juga hanya diberi fasilitas motor saja" ucap Syakir. Aisyah langsung mengernyit.

"Idiiih ka Usman pelitnya kebangetan deh, kalau ngomong uangnya ada di mana mana bahkan dibawah tidur pun berhamburan, giliran anaknya kuliah gak dikasih fasilitas apa apa" gerutu Aisyah.

"Uni tidak boleh bicara begitu, pasti ustad Usman melakukan itu ada maksudnya, mungkin biar Syakir dan Fadil itu mandiri dan tidak tergantung pada fasilitas mewah yang bisa membuat mereka sombong" tutur Riziq.

Sementara dengan Fadil yang menggerutu sambil berjalan, iya sudah menghentak hentakan kakinya.

"Hadeuuuh si Abi pelitnya kebangetan deh, masa aku sama Syakir cuma disuruh tinggal di kosan sih, mana gak dikasih mobil. Pasti jadi bahan bulian mahasiswa lain, apalagi cuma dikasih motor bebek doang, haiiiih" batin Fadil menggerutu.

Tiba tiba BRUGHHH.

"Astaghfirullah alazim"

"Awww"

Fadil dan Syifa bertabrakan.

"Hadeuuuh anaknya Tante Dewi, hobi banget ya jatuh jatuhan. Jatuh cinta baru tau rasa loh" gerutu Fadil. Syifa langsung mengernyit.

"Aku kan gak sengaja ka Fadil, aku gak lihat ada ka Fadil lewat" ucap Syifa sambil menjilati permen lolipop ya.

"Aduuh Syifa, makanya jangan makan mulu, biar badanmu sedikit lebih langsing. Kau memang tidak sebesar ibumu, tapi kau ada bahan untuk berproses seperti Tante Dewi, jadi setiap kau berlari berasa bergetar" tutur Fadil. Syifa langsung mengerucutkan bibirnya dan langsung memberikan permen lolipop ya pada Fadil.

"Pegangin dulu, dengarkan aku ya Fadil bin Usman, mulai sekarang aku akan diet biar langsing, biar tidak mirip ibu. Tapi awas ya jika nanti kau pulang ke pesantren badanku sudah kecil seperti Hawa, kau tidak boleh mengejekku lagi. Satu lagi, awas ya kalau kau jatuh cinta padaku. Asalamualaikum" Syifa pun pergi dengan sedikit menggerutu.

"Waalaikum salam"

Fadil pun menatap kepergian Syifa.

"Kesambet apa itu si Syifa binti Muklis, sepertinya dia sedang mengancamku. Aneh minta dirukiah mungkin" tutur Fadil Sambil menjilat permen bekas Syifa.

"Astaghfirullah, kenapa aku menjilati permen si Syifa, hadeuuuh tiba tiba gagal fokus"

Syifa pun berlari menuju rumahnya. Kebetulan Dewi pun sedang menunggunya.

"IBUUUUUUUUUUUUU"

teriak Syifa. Dewi pun tersenyum.

"Syifa sayang, ibu cari cari dari tadi"

"Ibu aku mau diet" ucap Syifa sambil mengerucutkan bibirnya hingga Dewi mengernyit.

"Haiiiih jangan ngomongin diet, ayo kita makan. Ibu sudah siapin menu sepesial untukmu. Ada bakakak ayam, SOP kentang, telor dadar, telor ceplok, bakwan jagung, tumis jamur, sambal dan ada lalabannya juga, uuuh pasti sangat nikmat, ayo kita makan, ayahmu sudah menunggu" tutur Dewi.

"Ibu aku gak mau makan, aku mau diet biar badanku gak gendut kaya ibu"

Dewi kembali mengernyit.

" Untuk apa diet?" tanya Dewi heran.

"Itu Fadil anaknya ustad Usman meledeku, katanya aku ada bahan berproses seperti ibu yang gemuk. Katanya kalau lari lari berasa bergetar" gerutu Syifa. Dewi langsung mengernyit.

"Si Fadil itu matanya bermasalah, kau itu bukannya gendut, tapi kau itu semok. S Ese M omOK SEMOK" tutur Dewi.

"Pokonya aku mau diet, aku mau langsing kaya Hawa, Anum sama Silmi, aku tidak mau makan nasi, aku mau makan salat saja biar cepat kurus"

"Ya sudah nanti ibu ngiris ngiris daun pandan sama daun singkong untuk kau makan" ucap Dewi

Terpopuler

Comments

Sartika Fajar

Sartika Fajar

masih aja suka beli tali rambut y Zahira??? Yusuf masih ganas y Zahira 🤣🤣🤣😂😂😂🤭🤭🤭

2022-03-15

1

Agus Purnomo

Agus Purnomo

#################

2022-03-07

1

mieya723

mieya723

Jodoh bersemi gara gara permen 😁😁😁😁

2021-08-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!