Suami Tetangga
Brak … brukkk … Grek ... Grek...
“Uhm… Suara apa itu? Bising sekali?” Luke mengucek matanya. Tangan kirinya mencari-cari ponsel di bawah bantal. Hingga beberapa menit kemudian, ia masih juga belum menemukannya. Ternyata benda kecil itu terselip di antara tempat tidur dan dinding.
“Oh, sudah jam lima sore. Aku tertidur lama sekali,” gumamnya lagi.
Dia meraih karet gelang dan mengikat rambut sekenanya. Lalu berjalan keluar kamar dan berdiri di balik jendela depan, melihat sumber keributan di luar sana.
“Oh, ada tetangga baru pindah rupanya,” ucap Luke.
Tampak sebuah mobil pick up yang penuh dengan perabotan parkir di halaman depan rumah induk semang mereka. Dua orang laki-laki tampak bolak-balik mengangkat perabotan-perabotan tersebut. Lalu ada seorang perempuan muda yang juga terlihat sibuk mengangkat benda-benda yang lebih kecil.
“Hmm Lumayan cantik,” pikir Luke.
Tetangga baru tersebut memiliki rambut lurus yang panjang, berwarna hitam dan dibiarkannya terurai. Kulitnya coklat manis, badannya tinggi dan sedikit berisi. Usianya diperkirakan sedikit lebih muda dibandingkan Luke.
Luke memang tingal di rumah petak. Ada delapan rumah petak dalam satu deret bangunan itu. Setiap rumah dilengkapi dengan teras kecil, ruang tamu, satu kamar tidur , dapur dan kamar mandi. Yah, cukup sesuai dikantonglah untuk para pelajar maupun para pekerja dengan gaji pas-pasan.
Luke sendiri tinggal di rumah nomor empat sejak empat tahun yang lalu. Sementara tetangga baru itu mengisi rumah nomor tiga.
“Apa dia bakal betah? Rumah sebelah 'kan sedikit aneh,” gumam Luke.
Sudah beberapa bulan terakhir rumah nomor tiga selalu dihuni tetangga baru. Namun tidak ada yang bertahan lama. Alasan mereka pindah bermacam-macam. Ada yang sering mimpi buruk dan digelitik ketika tidur, keran air yang hidup sendiri, hingga hewan pengerat yang berjalan di atas kasur empuk.
“Yah, dia betah atau tidak bukan urusanku, sih,” ucap Luke.
Luke kembali ke kamar. Keributan di sebelah rumahnya bukanlah hal yang mengganggu. Ia sudah terbiasa dengan tetangga yang silih berganti. Sambil mengunyah keripik pisang, tangannya sibuk menggerakkan mouse. Mengecek draft tulisan yang harus dikirim malam ini.
“Haish! Masih banyak yang harus ku tulis. Aku harus lembur malam ini,” gumamnya.
Adzan magrib menghentikan aktivitas Luke. Tetangga baru pun tampaknya sudah hampir selesai beres-beres. Tidak terdengar lagi keributan seperti sore tadi.
“Mau sholat jamaah, Dek?”
“Ah, tidak. Abang duluan saja. Adek mau mandi dulu.” Terdengar percakapan dari tetangga baru.
“Ah, sial. Pasangan suami istri lagi. Kenapa tidak wanita lajang saja, sih?” gerutu Luke.
Rumah mereka yang saling berdempetan dan hanya dibatasi oleh dinding batu, membuat percakapan di rumah sebelah terkadang dapat didengar. Bukan hal buruk bagi Luke. Terutama jika penghuninya masih pengantin baru. Ehm, maksudnya pengantin baru kan belum memiliki anak yang bisa menangis dan merengek setiap waktu.
Biasanya ia juga tidak pernah menghiraukan obrolan maupun aktivitas tetangga. Tapi entah kenapa, percakapan mereka kali ini membuat Luke sebal. Sungguh keluarga baru yang sangat harmonis.
...*****...
Adzan subuh selalu menjadi alarm wajib bagi Luke. Seperti biasa, setelah sholat subuh ia membuat sarapan, lalu membereskan rumah. Meski tinggal sendirian, ia selalu rajin memasak dan berbenah. Itu membuat mood-nya cukup baik.
Matahari mulai mengintip di sela-sela lubang angin. Luke membuka tirai dan daun jendela. Udara segar menyeruak masuk. Luke juga membuka pintu, membiarkan rumahnya sedikit bernapas.
Luke membawa sarapannya ke meja yang berada tepat di dekat jendela. Scramble egg, mashed potato dan segelas susu. Duh, sejak kapan Luke menyukai western food? Biasanya ia lebih suka membuat sambal tahu pete dan rebus bayam atau daun ubi.
Ah, bukan. Ia hanya sedang kehabisan beras dan cabai. Kakinya pun terlalu malas untuk sekedar melangkah ke warung. yang hanya berada di seberang rumahnya.
Dengan malas Luke mengunyah sarapannya. Jemarinya memain-mainkan ponsel, sementara matanya menatap keluar jendela. Bukan menikmati pemandangan di luar, karena yang ada hanya sederet jemuran dan para tetangga yang bergegas berangkat kerja. Sungguh membosankan.
Tetangga baru tampak mengangkat sebuah ember berisi penuh cucian. Ia melempar senyum ke arah Luke. Ia tampak lebih cantik dengan rambut dicempol.
“Selamat pagi, Mbak,” sapanya.
“Ah, selamat pagi juga. Baru pindah, ya?” balas Luke singkat. Ia paling tidak bisa berbasa-basi.
“Oh, iya. Kami pindah kemarin sore. Aku Ina.”
“Luke.” balas Luke.
“Ehm, siapa?” tanya Ina. Keningnya berkerut.
“Lukella. Panggilanku Luke. Aku sudah terbiasa dengan ekspresi itu ketika mendengar namaku,” ujar Luke sambil tertawa. Banyak orang menganggap, Luke adalah nama untuk laki-laki.
“Oh, maaf,” kata Ina merasa bersalah. “Kenalkan, ini suamiku, Dede.” Seorang lelaki memakai setelan kemeja berjalan menuju teras rumah.
Mata Luke membulat. Rasanya ia tidak mau mengakui kenyataan ini. Kenapa harus dia?
“Luke?” ucap lelaki itu.
“Abang mengenalnya?” tanya Ina. Matanya menatap Luke dan suaminya secara bergantian.
“Hmm.. yah, kami satu kelas dulu saat SMA,” ucap Dede.
“Oh, benarkah? Berarti kakak kelasku juga, dong,” seru Ina.
Luke tersenyum kecut. Jemarinya menggenggam ponsel erat-erat. “Kenapa ia harus tinggal di sini? Di saat keadaanku seperti ini?” ucap Luke dalam hati.
(Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Sandisalbiah
mantan gebetan Luke, yg baca juga bertanya² Luke ini cowok pa cewek.. 🤭
2024-06-16
3
Winsulistyowati
Mampir Thor..🖐️
2022-12-04
2
Neng Isgie
masih nyimak
2022-03-03
1