“Luke?” ucap lelaki itu.
“Abang mengenalnya?” tanya Ina. Matanya menatap Luke dan suaminya secara bergantian.
“Hmm ... yah, kami satu kelas dulu saat SMA,” ucap Dede.
“Oh, benarkah? Berarti kakak kelasku juga, dong,” seru Ina.
Luke tersenyum kecut. Jemarinya menggenggam ponsel erat-erat. “Kenapa ia harus tinggal di sini? Di saat keadaanku seperti ini?” ucap Luke dalam hati.
Luke menatap dirinya sendiri. Ia mengenakan kaus oblong, celana training, rambut yang diikat seadanya, serta wajah yang tidak tersentuh polesan bedak. Sungguh tidak menarik.
Sementara pria itu terlihat rapi dengan kemeja navy, rambut pendek yang ditata rapi dan memiliki istri cantik yang sangat ramah.
“Eh, tapi aku tak ingat memiliki kakak kelas seorang bule?” tanya Ina menatap Luke. Ya, rambut Luke tampak pirang kemerahan dan kulitnya yang putih pucat. Maka ia diberi nama Lukella yang artinya gadis berambut merah.
“Oh, itu-”
“Luke ini dulu jarang berada di sekolah. Ia lebih banyak menghabiskan waktu di karantina sebagai peserta olimpiade fisika dan astronomi tingkat Provinsi,” jelas Dede, memotong ucapan Luke.
“Wah, benarkah? Hebat sekali,” puji Ina.
“Halah, bullshit. Kelebihanku hanya berkulit putih dan sedikit pintar. Tetapi aku bukanlah siswi populer,” ucap Luke dalam hati. Ia kembali teringat kenangan pahit ketika duduk di SMA.
“Senang bertemu denganmu lagi, Luke. Kamu bekerja di mana sekarang?” tanya Dede
“Aku ... aku menulis,” jawab Luke ragu-ragu.
“Oh, kamu menjadi penulis? Wah, enak ya. Kau bisa bekerja dengan jam bebas. Tidak seperti kami yang menjadi zombie pukul delapan hingga lima sore,” ujar Dede.
Luke menyengir. Ia sangat tidak mengharapkan pertemuan ini. “Kamu sendiri bekerja di mana?” tanya Luke datar, sekedar basa-basi.
“Aku bekerja di salah satu perusahaan swasta dekat sini. Yah, pegawai kontrak biasa. Tapi istriku di rumah. Ku harap kamu bisa menjadi teman yang baik untuknya,” ucap Dede. Ina pun mengangguk senang.
“Uh, aku tidak menginginkannya,” pikir Luke. Namun ia tetap berusaha memasang senyum di wajahnya.
...*****...
Seharian ini pikiran Luke kacau balau. Ia sama sekali tidak bisa menyelesaikan tulisannya.
“Penulis? Hah, apaan?” Pikir Luke.
Satu buku pun belum ada yang diterima di penerbit mayor. Ia hanya seorang pengangguran sejak menyelesaikan S2-nya dua tahun yang lalu.
Dahulu ia pikir menempuh pendidikan fisika dengan segudang prestasi, akan lebih mudah memperoleh pekerjaan. Ternyata tidak. Hubungan baik dengan orang dalam lebih di prioritaskan, dibandingkan skill dan prestasi. Sungguh ironis.
Hingga saat ini Luke masih mengirimkan puluhan lamaran ke berbagai tempat. Ia pun mengirimkan essay, cerpen dan novelnya ke berbagai penerbit online untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Kenapa ia harus muncul saat hidupku berantakan, sih?”
Luke memandang wajahnya di cermin. Rambutnya ikal kemerahan, mata yang besar, serta alis dan bibir tebal. Haah, memang hanya berkulit putihlah yang patut dibanggakan dari dirinya. Selebihnya ia memiliki perawakan standar seperti orang Indonesia lainnya. Tingginya pun cukup standar, 155 cm.
Meski kecantikan bukanlah hal mutlak sebagai pengikat para lelaki, tetapi tetap saja yang pertama kali dilihat adalah berpenampilan menarik. Lihat saja kalau membaca lowongan pekerjaan, ‘Berpenampilan Menarik’ lebih diutamakan.
“Tidak, Luke. Kamu harus percaya diri. Kamu mempunyai kelebihan sendiri. Ayah dan ibumu pasti sedih melihat dirimu rendah diri begini,” ucap Luke pada dirinya sendiri.
Ia lalu mengumpulkan mood. Rambutnya di sisir rapi, lalu diikat ekor kuda. Tak lupa memoleskan bedak tabur di wajahnya. Ia memang lebih suka make up sederhana. Luke memilih baju yang sesuai untuk dipakai ke pasar.
Setelah setengah jam berkeliling pasar tradisional, Luke pun melengkapi kebutuhan dapurnya untuk persediaan seminggu ke depan. Saat akan beranjak ke halte menunggu angkutan kota, matanya tertuju pada sebuah toko yang cukup menarik. Ragu-ragu ia melangkah ke sana.
“Ah, beli sajalah. Siapa tahu suatu hari nanti akan berguna,” gumam Luke.
“Selamat pagi, Kakak. Mau cari kosmetik apa?” sapa pegawai toko itu dengan ramah.
...*****...
Burung gereja berlompat-lompatan di dahan bunga melati. Sesekali mereka berebut remah-remah kacang yang ditebarkan Luke. Sementara itu, seekor kucing kecil tidur dengan pulas di atas pangkuannya. Dede tersenyum melihatnya. Wajahnya tampak lelah, sepertinya ia baru pulang kerja.
“Kebiasaanmu masih sama seperti dulu, ya. Berkebun, memberi makan hewan-hewan liar,” kata Dede.
Luke tak menyahut. Ia tidak terlalu terkejut dengan kehadiran lelaki di hadapannya.
“Sifatmu begitu manis dan lembut,” lanjut Dede.
“Tapi itu tidak membuat lelaki suka padaku. Bukankah teman-teman sekolah justru menganggapku memiliki sifat yang aneh?” tukas Luke dengan ketus.
“Hmm ya … Tampilanmu dulu cukup tomboy, meski rambutmu kini telah panjang. Orang pun jarang mengetahui sifatmu yang lembut dan penyayang itu,” jelas Dede.
“Orang di dekatku juga tidak memahami itu,” lanjut Luke.
“Kau masih menyukaiku?” tanya Dede.
Suka? Sebagai seseorang yang pernah menyukainya selama tiga tahun di SMA, bagaimana ia bisa lupa? Tetapi apakah benar ia masih suka? Justru yang ia rasakan itu sakit yang teramat pedih.
“Luke? Kok malah melamun?” tegur Dede.
“Pulanglah. Istrimu pasti menunggumu di dalam,” ujar Luke. Ia pun meninggalkan Dede yang masih termenung menatapnya.
...*****...
Srrr … Luke membasahi seluruh tubuhnya dengan air bak. Di sini tidak ada shower, cukup menggunakan gayung plastik. Huff.. Ia menggosok rambutnya dengan gusar. Ia berharap air yang sejuk dapat menjernihkan kepalanya, ternyata tidak.
“Apakah aku mampu bertetangga dengannya? Berapa lama ia akan tinggal di sini?” gumam Luke. Pikirannya menerawang jauh. Mengingat kejadian empat belas tahun lalu, ketiga ia duduk di kelas satu SMA.
“Luke, tolong berikan kertas ini pada Dede Purwanto, kelas XF. Katakan padanya, ia harus remedial fisika dengan saya paling lambat besok pagi. Kalau tidak, nilai raportnya tidak lulus,” ujar Pak Datson, guru fisika mereka yang cakep namun killer.
“Baik, Pak,” jawab Luke. Ia segera menuju ke kelas XF mencari siswa yang disebutkan tadi. Cukup lama ia mencarinya, karena ia tidak begitu mengenal teman-teman dari kelas ini.
“Dede Purwanto?” tanya Luke pada seorang siswa yang ditunjuk oleh beberapa temannya tadi.
“Iya, ada apa?”
“Ini, aku disuruh menyerahkan kertas ini oleh Pak Datson. Ia juga mengatakan, remedial fisika paling lambat besok pagi. Kalau tidak nilaimu akan merah di raport.” Luke menyampaikan pesan Pak Datson.
“Oh, terima kasih,” ucapnya sambil tersenyum.
Deg! “Manis sekali senyumnya,” ucap Luke dalam hati.
“Kamu anak kelas XA yang mendapat nilai fisika paling tinggi, kan?”
“Mmm.. Iya,” jawab Luke malu-malu.
“Kamu mau ajarin aku fisika untuk remedial besok, nggak? Aku udah remedial dua kali, nih,” pinta Dede.
“Boleh aja. Tetapi aku tidak bisa sepulang sekolah. Karena aku naik bus sekolah pulangnya,” jawab Luke.
“Kalau istirahat kedua nanti gimana?” tanya Dede.
“Boleh.”
“Wah, terima kasih, ya... ehm...?”
“Lukella, panggil saja Luke.”
“Trims, Luke. Nanti istirahat kedua aku ke kelasmu, deh,” jawab Dede riang.
“Duh, manis banget sih senyumnya,” batin Luke.
Sejak itu Luke selalu mengagumi Dede Purwanto, seorang siswa biasa berkulit sawo matang yang tak begitu populer. Namun mampu menjerat hatinya, hingga pada akhirnya membuatnya terluka dan trauma.
Slep. Sesuatu menyentuh punggung Luke. Ia segera membuka mata dan menoleh ke belakang.
“Hiyaaa…!” pekik Luke.
Duk! Duk! Duk! “Luke, ada apa?” panggil Kak Tyas, tetangga nomor lima. Ia menggedor-gedor pintu rumah Luke.
“Enggak apa-apa, Kak. Tadi ada tikus,” Luke berbohong. Matanya menatap sebuah benda putih yang melayang di depannya.
“Beneran?” tanya Kak Tyas lagi. Sepertinya ia sangat khawatir pada Luke.
“Iya, beneran gak apa-apa,” seru Luke.
“Ish, siapa sih yang meletakkan baju putih di sini? Ku pikir tadi hantu,” gerutu Luke saat kesadarannya telah kembali. Hmm… Dasar cewek pelupa. Padahal siapa lagi yang menggantung baju di dalam kamar mandinya sendiri?
(Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Sandisalbiah
susah move on si Luke
2024-06-16
3
Neng Isgie
suka
2022-03-03
1
Miuuuu
woah...
2021-09-26
0