"Oh, Tuhan. Cobaan apa lagi yang kau berikan pada makhluk jomblo ini," ratap Luke.
Ssrrrrr ... Terdengar suara air di kamar mandi. Sepertinya kedua pasangan muda tersebut langsung membersihkan diri, usai menunaikan ibadah malam jumat.
Luke mendengus sebal. "Mereka pasti udah selesai 'bertempur'," gumam Luke kesal.
"Hei, tetapi kenapa aku harus kesal? Mereka 'kan memang pasangan yang halal," bisiknya kemudian.
Luke menambah volume musiknya. Tetapi sesaat kemudian dikecilkannya lagi. Telinganya sakit sejak tadi mendengarkan musik melalui headphone. Da pun memejamkan matanya.
"Sial, apa sih yang ku pikirkan?" gumam Luke kembali membuka matanya.
Otaknya tadi terbayang mantan teman sekelasnya yang gagah dan tampan, terutama saat memakai setelan kemeja kerja seperti kemarin pagi. Cowok remaja yang dahulu sangat dikaguminya, hingga menyisakan luka dan trauma mendalam, kini menjadi suami siaga bagi istrinya yang cantik jelita. Oh my good!
"Duh, Luke. Malu lah pada dirimu sendiri. Tadi kau menangisi perlakuannya padamu di SMA dulu. Lalu kau sekarang membayangkan apa? Dirinya yang memakai pakaian keren seperti aktor Korea? Nggak konsisten banget sih? Apa kepalamu harus di siram air juga agar kembali jernih?" Luke mengalami perang batin. Akan tetapi di dalam hati kecilnya ia merasa pedih.
Sebelumnya Luke tidak pernah berpikir kotor seperti ini, meskipun belasan pasangan pengantin baru silih berganti menempati rumah disampingnya. Apa karena ia sangat mengenal Dede?
...*****...
Luke mengucek matanya yang bengkak. Semalaman ia tidak bisa tidur. Bawah matanya menghitam. Rambut panjangnya acak-acakan. Jika ada orang yang tidak mengenalnya, melihatnya saat ini, sudah pasti dikira hantu kesiangan.
Sudah pukul tujuh pagi. Ia belum juga beranjak dari kamarnya. Sepertinya ia terlalu malas untuk keluar hari ini. Apalagi kalau sampai bertemu dengan tetangga sebelah.
Tiba-tiba Luke mendengar suara nenek kos, pemilik kontrakan mereka berbincang dengan Kak Nada.
"Oh, iya. Aku harus menyerahkan uang kontrakan Kak Tyas hari ini," seru Luke. Mau tidak mau dia harus keluar dari sangkarnya hari ini. Gadis itu lalu segera mandi dan berbenah.
"Luke?" sapa Lukman. Ia baru saja pulang kerja.
"Ada lihat nenek?" tanya Luke.
"Nggak tuh. Aku juga baru pulang. Kamu kenapa? Sakit?" kata Lukman
"Aku? Memang aku kenapa?" tanya Luke. Dia merasa penampilannya sudah jauh lebih baik dari pada tadi.
"Lingkar mata kamu sudah mengalahkan panda, tahu?" ucap Lukman. Wajahnya tampak khawatir.
"Eh, masa sih? Ini pasti karena tadi malam. Malam jumat itu benar-benar horor," ujar Luke.
"Horor? Memangnya ada apa di rumahmu tadi malam? Penampakan?" Lukman tidak mengerti.
"Ah, jomblo seperti kamu mana paham. Ini lebih parah dari pada penampakan," jawab Luke. "Sudah, ah. Aku mau cari nenek dulu," Lanjut Luke sambil berlalu pergi.
Deg! Luke bertatapan mata dengan Dede yang bersiap pergi bekerja. "Ia tidak mendengar obrolanku dengan Lukman barusan, kan?" Luke panik. Ia buru-buru memalingkan wajah.
"Hei, Luke! Tunggu dulu! Obrolan kita belum selesai. Apa hubungannya jomblo dengan penampakan? Lagian kamu juga jomblo, tuh," seru Lukman.
...*****...
"Kenapa beberapa hari ini Luke terlihat aneh, ya? Apa aku dan Ina ada salah padanya?" Pikir Dede sambil mengganti siaran TV. Dede mencari channel yang menayangkan kartun anak kembar nan jenaka. Sepulang kerja begini, hanya itulah hiburannya.
"Bang, bolehkah aku ikut arisan alumni SMA angkatan aku? Acaranya dimulai Jumat depan," kata Ina sembari menempel manja pada suaminya.
"Jumat? Ah, iya. Luke tadi sempat mengatakan malam jumat itu horor bagi jomblo. Apa ia mendengar kami 'bermain' tadi malam?" pikir Dede lagi. Wajahnya tiba-tiba memerah.
"Tetapi sore kemarin ia juga tak begitu senang melihatku. Arghhh! Sebenarnya aku salah apa sih padanya? Sebelumnya ia memang cuek padaku. Tetapi tatapannya kemarin itu seperti akan membunuhku." Pikiran Dede semakin berkecamuk.
Jika saat ini Luke mendengar suara hati Dede, pasti sudah mengikatnya dan menenggelamkannya ke laut. Enak saja melupakan hal paling menyakitkan yang pernah ia lakukan pada Luke.
"Bang? Ih, kok melamun aja sih sejak tadi? Abang dengar gak sih omongan Ina?" ujar Ina sembari mencium pipi Dede. Tangannya mengusap pipi suaminya yang lembut bak tomat segar.
"Dengar kok, Dek. Iya, gak apa. Berapa arisannya sebulan?" jawab Dede datar. Pikirannya masih berada di rumah sebelah.
Ina cemberut. Suaminya tidak merespon obrolannya. Padahal ia ingin pamer, karena diantara teman-teman seangkatannya, dia lah yang paling cantik dan terawat.
Ketika reuni online melalui video call, para teman wanitanya selalu memuji-muji kecantikannya yang semakin terpancar semenjak menikah.
"Apa sih, Dek? Ini sudah dekat magrib, lho. Kamu kok sekarang jadi ngambekan sih?" Dede mengalihkan tangan Ina dari tubuhnya. Pria itu masih tidak mood untuk mengobrol, memorinya masih mengingat ucapan Luke pagi tadi. Apa mereka juga mengganggu tetangga lainnya ketika sedang bermain?
Ina cemberut. "Siap makan aja ya kita mebgobrol," ujar Dede lagi. Ia pun mengalihkan pandangannya ke TV yang menyiarkan berita terbaru. Tetapi kepalanya masih memikirkan Luke.
"Ah, semenjak pindah ke sini, aku dan Ina belum sempat mengobrol dengan baik padanya. Karena ia lebih sering di dalam rumah. Mungkin sebaiknya aku harus menyapanya lagi. Tetapi masakannya masih sama seperti dulu, enak sekali," ucap Dede dalam hati.
...*****...
Luke mengompres telinganya dengan handuk lembab. Indra pendengarnya itu pedih, karena beberapa hari ini ia selalu menggunakan headshet dengan suara tinggi.
"Apa aku bisa bertahan di sini?" gumam Luke.
Hingga dua hari berikutnya, Luke sama sekali tidak menginjakkan kakinya ke dunia luar. Jendela pun tidak dibukanya. Tanaman yang berada di dalam pot, mulai menguning karena tidak disiram. Benar-benar hanya mengandalkan hujan untuk menyambung hidup.
Untuk saat ini bagi Luke, berkurung di dalam sangkarnya adalah pilihan terbaik. Bukan hanya untuk menghindari kontak mata dengan tetangga baru, tetapi juga melaksanakan sebuah rencana besar.
"Aku harus berubah. Demi diriku sendiri," tekad Luke.
Sementara itu di luar... "Itu Luke masih hidup apa nggak sih? Kok gak ada kelihatan dari kemarin. Kita bobol yuk pintunya." Para tetangga perhatian (baca:KEPO) mulai beraksi. Waduh! Bisa ketahuan nih rencana Luke.
Kira-kira apa sih rencana Luke?
(Bersambung)
Hai para pembaca. Mampir ke Novel aku yang lainnya, yuk. Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
kalea rizuky
pindah aja luke
2024-12-26
0
🌸EɾNα🌸
ceritanya keren ditunggu up nya Thor 👍
jangan lupa feedback ke ceritaku ya
"Kekasih Simpanan Tuan Muda"
makasih 🥰
2021-01-19
5