MURDER DETECTIVE

MURDER DETECTIVE

MALAM KEMATIAN

22:45

" John, dengarkan ayah ! Ayah ingin kamu berubah. Maka dari itu dengar dahulu. " Seorang pria tua berjanggut putih tengah bertengkar dengan pria lain yang jauh lebih muda.

" Aku sudah muak mendengarnya ! Cukup untuk hari ini saja atau kita tak akan pernah bertemu lagi ! " Jawab pria yang lebih muda itu. Dilihat dari percakapan mereka, sepertinya pria muda itu yang dipanggil John adalah anak dari pria tua itu.

" John, ada apa, nak ? Mengapa kau jadi seperti ini ? " Pria tua itu berusaha menenangkan anaknya, John. Ia berjalan mendekat dan memegang pundak John yang kaku.

" Katakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi ? " Kata pria tua itu dengan lembut. Ia berusaha untuk membuat John yang ada dihadapannya tenang dan mereka bisa berbicara baik baik.

" Dor ... ! Dor... ! " Sebuah peluru tiba tiba melintas melewati mereka berdua. Pria tua itu langsung mendorong anaknya agar tidak terkena peluru. John terlempar dan kepalanya harus membentur botol botol anggur yang tersusun rapi di rak penyimpanan. Alhasil, seketika John pingsan tak sadarkan diri.

Sementara itu, pria tua itu langsung mendekati orang berjubah hitam yang tadi menembaknya. Orang berjubah hitam itu langsung tertawa melihat pria tua itu.

" William, William... Kau tak berubah ternyata. " Dia langsung menodongkan pistolnya pada pria tua itu yang ternyata namanya adalah William.

" Siapa kau sebenarnya ? " William belum tahu rupa asli dari orang yang dihadapannya. Tapi di dengar dari suara orang itu, William yakin bahwa orang yang ada dihadapannya adalah seorang pria.

" Aku adalah malaikat maut mu. Sebelum kematianmu, katakan apa permintaan terakhirmu ? Katakanlah ! " Kata orang itu dengan tegas. William melihat ke belakang pada John yang tak sadarkan diri di belakangnya. Ia menatap John dengan rasa kecewa bahwa ia tak bisa memberikan yang terbaik bagi putranya.

" Baiklah. Aku minta agar kau tidak membunuh putraku, John. Sekarang kau boleh membunuhku, The Wolf. " Seketika, pria berjubah hitam itu tersentak mundur mendengar kata kata William. Ia terkejut karena identitasnya terbongkar. Maka dari itu, ia segera menodongkan pistol ke kepala William.

Dor... ! Dor... ! Dor... ! William terjatuh dengan darah yang bercucuran dari kepalanya. Sementara itu, pria berjubah itu segera pergi dari ruangan itu.

Bukannya pergi melarikan diri, pria berjubah itu malah berlari mencari sebuah telepon rumah. Telepon itu ada di meja depan, dekat ruang tamu.

Pria itu segera mengambil gagang telepon dan mulai memutar nomor telepon. Setelah selesai memutar nomor, ia menunggu panggilannya dijawab. Menunggu beberapa saat, hingga akhirnya panggilan itu dijawab juga. Dari telepon terdengar suara yang menjawab telepon itu.

" Selamat malam, Kepolisian Kota Phantom disini. Apa yang bisa kami bantu ? "

Pria itu tertawa mendengar suara jawaban dari telepon. Ia langsung menjawab penerima teleponnya yang adalah kepolisian kota Phantom.

" Ya...ya... Memang ada yang bisa kau bantu. Aku telah membunuh William Lock dan anaknya di rumahnya. Aku butuh kalian untuk mengangkut mayatnya sebelum busuk. Hahahaha... ! " Tawa pria itu yang melengking membuat suasana malam itu semakin seram.

Sementara itu, pihak kepolisian yang mendengar kabar itu langsung menutup telepon. Mereka sedikit ngeri dan terkejut dengan pengakuan langsung dari pria itu yang tak lain juga pembunuh keluarga Lock. Kepolisian kota Phantom segera bergegas bergerak menuju kediaman keluarga Lock yang terletak di barat kota.

***

23:15

Mobil mobil polisi telah terparkir di depan kediaman keluarga Lock. Sekitar dua puluh orang polisi telah berdiri mengepung rumah besar itu. Sebagian dari mereka telah bersiap untuk mendobrak paksa masuk lewat pintu depan. Dengan sekuat tenaga, mereka mendobrak pintu depan hingga pintu itu terlepas dari tempatnya.

Setelah pintu terbuka, sepasukan polisi segera memasuki rumah itu dengan cepat mencari keberadaan William dan John yang ada didalam. Mereka berlari membuka pintu satu demi satu, berusaha menemukan keberadaan William dan John.

Hingga salah satu polisi menemukan ada sebuah pintu yang terbuka lebar. Ia segera berlari menuju pintu yang terbuka lebar itu. Ruangan itu gelap, tak ada cahaya sama sekali. Polisi itu menghidupkan senternya dan berjalan turun ke bawah menelusuri ruangan itu.

Bau anggur sangat terasa saat memasuki ruangan itu. Cahaya senter menelusuri ke sana kemari mencari jejak keberadaan William dan John. Hingga, polisi itu menginjak sesuatu. Terkejutlah ia saat disenternya sesuatu itu yang adalah tubuh William Lock.

" Mr. Lock ! Mr. Lock ! " Polisi itu menggoyang goyangkan badan William yang terbujur kaku. Ia berdiri dan berteriak memanggil teman temannya.

" Hey ! Semuanya ! Dia ada disini ! " Seketika datang sepasukan polisi berlari menuju ruangan itu. Mereka segera menyinari ruangan itu dengan cahaya senter untuk menambah pencahayaan di ruangan yang gelap itu. Dilihat mereka bahwa polisi yang memanggil tadi sedang berada di samping seorang pria tua yang mereka kenal sebagai William Lock. Mereka segera bergegas turun menuju polisi yang memanggil tadi.

" Apa dia masih hidup ? " Polisi yang memanggil segera memeriksa denyut nadi William. Tak ada sama sekali. Ia menatap pada teman temannya dengan wajah sedih.

" Tak ada. Dia telah tiada. " Kepalanya tertunduk sedih.

" Astaga ! " Pasukan polisi itu terkejut dan seketika bergerak mundur. Tak ada yang berani menatap William yang telah menjadi mayat.

Seorang polisi iseng dan mencoba untuk mengarahkan senternya ke sekitar mencoba untuk mencari sesuatu. Tiba tiba, ia melihat seorang pria yang juga tergeletak di dekat rak penyimpanan anggur. Ia mengenali pria itu walau tak sering melihatnya.

" John ! Dia ada disini ! " Polisi itu langsung berteriak. Seketika rekan rekannya datang mendekati polisi itu.

" Cobalah kau cek, apakah dia masih hidup ? " Polisi yang menemukan John segera mengecek denyut nadinya. Masih ada, namun terasa lemah.

" Kita harus membawanya ke rumah sakit. Segera ! " Maka diangkatlah tubuh John dan William keluar dari ruangan itu. Mereka di angkat secara bersamaan masuk ke ambulance yang sudah tiba di rumah itu.

" Orang orang yang malang.. " gumam seorang polisi yang melihat dua mobil ambulance mengangkut William dan John ke rumah sakit.

***

John membuka matanya dan langsung menyadari bahwa dirinya berada di rumah sakit. Dilihatnya ada seorang polisi berbadan tegap sedang duduk membaca koran di dekatnya. Ia memandang polisi itu dengan heran.

" Hei... Mau apa kau ke sini ? " Polisi itu segera melipat korannya. Ia berdiri dan tersenyum pada John.

" Ah.. kau sudah sadar, Mr. Lock. " John semakin heran pada polisi itu setelah dirinya dipanggil Mr. Lock olehnya.

" Masih ada Mr. Lock yang seharusnya kau panggil demikian. Yaitu ayahku. Panggil aku John atau Mr. John. "

" Tapi.. sayang sekali. Beliau sudah meninggal. Apa kau tidak mengetahui bahwa ayahmu sudah tiada sejak tadi malam, Mr. Lock ? " John terbelalak mendengar ucapan polisi itu. Ia benar benar terkejut mendengarnya. Tanpa basa basi, langsung saja ia menarik kerah baju polisi itu.

" Jangan kau sekali berkata demikian ! Atau kau ingin merasakan pukulanku ini ? Hah ? " Tapi, polisi itu tetap tidak gentar. Tak ada ketakutan diwajahnya. Ia tetap tersenyum dan maklum dengan sikap John yang terguncang saat mendengar berita kematian ayahnya.

" Tenang, Mr. Lock. Anda bisa melihat pemakaman ayah anda. Akan saya antarkan saat ini juga. " Kata kata polisi itu bukannya membuat John tenang tapi malah semakin terbakar amarah. Ia tak percaya bahwa ayahnya telah tiada.

" Omong kosong ! Jika ayahku masih hidup, aku yang akan mendatangi pemakamanmu. " John bangkit berdiri dan berjalan keluar. John berjalan masih dengan menggunakan pakaian biru khusus pasien. Sementara polisi itu berjalan mengikuti John dari belakang.

" Ah, ada ada saja tugas yang diberikan oleh Komandan. " Kata polisi itu dalam hatinya yang harus menghadapi John yang demikian keras kepala.

***

Sebuah peti mati dibawa oleh para pelayat dengan haru. Para warga kota telah menunggu untuk peti mayat itu tiba di pemakaman. Guna melihat kali terakhir orang yang menjadi teladan bagi orang banyak di Phantom.

William Lock memang bagaikan dewa bagi warga kota Phantom. William adalah dewan kota yang terhormat. Satu dari sekian banyak dewan kota yang memerhatikan kesejahteraan kota daripada kesejahteraannya sendiri. Itu yang membuat William Lock dicintai oleh warga kota melebihi siapapun di kota. Bahkan walikota itu sendiri.

Dari arah barat, datanglah mobil polisi yang tiba tiba berhenti tepat di depan taman pemakaman. Dari dalam, keluar seorang pria berusia tiga puluhan yang berpakaian serba hitam dan wajahnya penuh dengan kecemasan. Orang itu tak lain adalah John Lock.

John segera berlari menembus orang banyak yang akan berjalan ke dalam taman pemakaman. Melihat John yang akan berlari masuk, terbukalah jalan itu seketika. Orang banyak itu membuka jalan bagi anak dari sang dewan kota.

John terus berlari hingga berteriak menghentikan para pelayat yang membawa peti mayat ayahnya.

" Berhenti ! Berhenti ! Letakkan peti ayahku. " Tapi, para pelayat itu tak mau berhenti. Sepertinya mereka sudah maklum jika John memang terguncang dengan kematian ayahnya.

Tapi, John tak patah semangat. Ia terus berlari hingga mendekati peti mayat itu. Setelah dikiranya sampai, ditariknya sekuat tenaga peti mayat itu. " Yeakhh... ! "

Para pelayat itu terkejut. Mereka menarik balik peti mayat itu agar tidak jatuh ke tangan John.

" Pergilah, John ! Ayahmu akan segera beristirahat. Berilah dia waktu itu. "

Kata seorang pelayat yang berusaha mempertahankan peti mayat itu.

" Tidak ! Ayahku masih hidup, Bodoh ! Aku yakin itu. Ia..ia.. hanya mati suri. Itu saja. " John terus berusaha menarik peti mayat itu. Hingga, polisi yang mengantarnya datang dan berusaha untuk menghentikan tindakan John yang bodoh.

" John ! John ! Lepaskan ! " Polisi itu berusaha melepaskan jari jari tangan John yang berusaha menarik peti mayat itu. Akhirnya setelah sedikit usaha, seorang pelayat menendang tangan John. .

Peti terlepas dari tangan John, tapi mampu ditahan oleh para pelayat. Para pelayat itu kembali membawa peti mayat ke dalam liang kubur yang telah di sediakan. Sementara John amat marah. Setelah ayahnya yang akan di kubur, ia juga telah dihina dengan di tendang oleh salah seorang pelayat. Tak pernah dirinya merasa serendah ini.

" Sudahlah, John. Aku pikir tak baik kau ada di sini. " Kata polisi itu sambil membawa John pergi dari taman pemakaman agar tidak menimbulkan kerusuhan lagi.

***

Terpopuler

Comments

RIMA.R

RIMA.R

Kasian Jhon 😥

2022-03-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!