NovelToon NovelToon

MURDER DETECTIVE

MALAM KEMATIAN

22:45

" John, dengarkan ayah ! Ayah ingin kamu berubah. Maka dari itu dengar dahulu. " Seorang pria tua berjanggut putih tengah bertengkar dengan pria lain yang jauh lebih muda.

" Aku sudah muak mendengarnya ! Cukup untuk hari ini saja atau kita tak akan pernah bertemu lagi ! " Jawab pria yang lebih muda itu. Dilihat dari percakapan mereka, sepertinya pria muda itu yang dipanggil John adalah anak dari pria tua itu.

" John, ada apa, nak ? Mengapa kau jadi seperti ini ? " Pria tua itu berusaha menenangkan anaknya, John. Ia berjalan mendekat dan memegang pundak John yang kaku.

" Katakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi ? " Kata pria tua itu dengan lembut. Ia berusaha untuk membuat John yang ada dihadapannya tenang dan mereka bisa berbicara baik baik.

" Dor ... ! Dor... ! " Sebuah peluru tiba tiba melintas melewati mereka berdua. Pria tua itu langsung mendorong anaknya agar tidak terkena peluru. John terlempar dan kepalanya harus membentur botol botol anggur yang tersusun rapi di rak penyimpanan. Alhasil, seketika John pingsan tak sadarkan diri.

Sementara itu, pria tua itu langsung mendekati orang berjubah hitam yang tadi menembaknya. Orang berjubah hitam itu langsung tertawa melihat pria tua itu.

" William, William... Kau tak berubah ternyata. " Dia langsung menodongkan pistolnya pada pria tua itu yang ternyata namanya adalah William.

" Siapa kau sebenarnya ? " William belum tahu rupa asli dari orang yang dihadapannya. Tapi di dengar dari suara orang itu, William yakin bahwa orang yang ada dihadapannya adalah seorang pria.

" Aku adalah malaikat maut mu. Sebelum kematianmu, katakan apa permintaan terakhirmu ? Katakanlah ! " Kata orang itu dengan tegas. William melihat ke belakang pada John yang tak sadarkan diri di belakangnya. Ia menatap John dengan rasa kecewa bahwa ia tak bisa memberikan yang terbaik bagi putranya.

" Baiklah. Aku minta agar kau tidak membunuh putraku, John. Sekarang kau boleh membunuhku, The Wolf. " Seketika, pria berjubah hitam itu tersentak mundur mendengar kata kata William. Ia terkejut karena identitasnya terbongkar. Maka dari itu, ia segera menodongkan pistol ke kepala William.

Dor... ! Dor... ! Dor... ! William terjatuh dengan darah yang bercucuran dari kepalanya. Sementara itu, pria berjubah itu segera pergi dari ruangan itu.

Bukannya pergi melarikan diri, pria berjubah itu malah berlari mencari sebuah telepon rumah. Telepon itu ada di meja depan, dekat ruang tamu.

Pria itu segera mengambil gagang telepon dan mulai memutar nomor telepon. Setelah selesai memutar nomor, ia menunggu panggilannya dijawab. Menunggu beberapa saat, hingga akhirnya panggilan itu dijawab juga. Dari telepon terdengar suara yang menjawab telepon itu.

" Selamat malam, Kepolisian Kota Phantom disini. Apa yang bisa kami bantu ? "

Pria itu tertawa mendengar suara jawaban dari telepon. Ia langsung menjawab penerima teleponnya yang adalah kepolisian kota Phantom.

" Ya...ya... Memang ada yang bisa kau bantu. Aku telah membunuh William Lock dan anaknya di rumahnya. Aku butuh kalian untuk mengangkut mayatnya sebelum busuk. Hahahaha... ! " Tawa pria itu yang melengking membuat suasana malam itu semakin seram.

Sementara itu, pihak kepolisian yang mendengar kabar itu langsung menutup telepon. Mereka sedikit ngeri dan terkejut dengan pengakuan langsung dari pria itu yang tak lain juga pembunuh keluarga Lock. Kepolisian kota Phantom segera bergegas bergerak menuju kediaman keluarga Lock yang terletak di barat kota.

***

23:15

Mobil mobil polisi telah terparkir di depan kediaman keluarga Lock. Sekitar dua puluh orang polisi telah berdiri mengepung rumah besar itu. Sebagian dari mereka telah bersiap untuk mendobrak paksa masuk lewat pintu depan. Dengan sekuat tenaga, mereka mendobrak pintu depan hingga pintu itu terlepas dari tempatnya.

Setelah pintu terbuka, sepasukan polisi segera memasuki rumah itu dengan cepat mencari keberadaan William dan John yang ada didalam. Mereka berlari membuka pintu satu demi satu, berusaha menemukan keberadaan William dan John.

Hingga salah satu polisi menemukan ada sebuah pintu yang terbuka lebar. Ia segera berlari menuju pintu yang terbuka lebar itu. Ruangan itu gelap, tak ada cahaya sama sekali. Polisi itu menghidupkan senternya dan berjalan turun ke bawah menelusuri ruangan itu.

Bau anggur sangat terasa saat memasuki ruangan itu. Cahaya senter menelusuri ke sana kemari mencari jejak keberadaan William dan John. Hingga, polisi itu menginjak sesuatu. Terkejutlah ia saat disenternya sesuatu itu yang adalah tubuh William Lock.

" Mr. Lock ! Mr. Lock ! " Polisi itu menggoyang goyangkan badan William yang terbujur kaku. Ia berdiri dan berteriak memanggil teman temannya.

" Hey ! Semuanya ! Dia ada disini ! " Seketika datang sepasukan polisi berlari menuju ruangan itu. Mereka segera menyinari ruangan itu dengan cahaya senter untuk menambah pencahayaan di ruangan yang gelap itu. Dilihat mereka bahwa polisi yang memanggil tadi sedang berada di samping seorang pria tua yang mereka kenal sebagai William Lock. Mereka segera bergegas turun menuju polisi yang memanggil tadi.

" Apa dia masih hidup ? " Polisi yang memanggil segera memeriksa denyut nadi William. Tak ada sama sekali. Ia menatap pada teman temannya dengan wajah sedih.

" Tak ada. Dia telah tiada. " Kepalanya tertunduk sedih.

" Astaga ! " Pasukan polisi itu terkejut dan seketika bergerak mundur. Tak ada yang berani menatap William yang telah menjadi mayat.

Seorang polisi iseng dan mencoba untuk mengarahkan senternya ke sekitar mencoba untuk mencari sesuatu. Tiba tiba, ia melihat seorang pria yang juga tergeletak di dekat rak penyimpanan anggur. Ia mengenali pria itu walau tak sering melihatnya.

" John ! Dia ada disini ! " Polisi itu langsung berteriak. Seketika rekan rekannya datang mendekati polisi itu.

" Cobalah kau cek, apakah dia masih hidup ? " Polisi yang menemukan John segera mengecek denyut nadinya. Masih ada, namun terasa lemah.

" Kita harus membawanya ke rumah sakit. Segera ! " Maka diangkatlah tubuh John dan William keluar dari ruangan itu. Mereka di angkat secara bersamaan masuk ke ambulance yang sudah tiba di rumah itu.

" Orang orang yang malang.. " gumam seorang polisi yang melihat dua mobil ambulance mengangkut William dan John ke rumah sakit.

***

John membuka matanya dan langsung menyadari bahwa dirinya berada di rumah sakit. Dilihatnya ada seorang polisi berbadan tegap sedang duduk membaca koran di dekatnya. Ia memandang polisi itu dengan heran.

" Hei... Mau apa kau ke sini ? " Polisi itu segera melipat korannya. Ia berdiri dan tersenyum pada John.

" Ah.. kau sudah sadar, Mr. Lock. " John semakin heran pada polisi itu setelah dirinya dipanggil Mr. Lock olehnya.

" Masih ada Mr. Lock yang seharusnya kau panggil demikian. Yaitu ayahku. Panggil aku John atau Mr. John. "

" Tapi.. sayang sekali. Beliau sudah meninggal. Apa kau tidak mengetahui bahwa ayahmu sudah tiada sejak tadi malam, Mr. Lock ? " John terbelalak mendengar ucapan polisi itu. Ia benar benar terkejut mendengarnya. Tanpa basa basi, langsung saja ia menarik kerah baju polisi itu.

" Jangan kau sekali berkata demikian ! Atau kau ingin merasakan pukulanku ini ? Hah ? " Tapi, polisi itu tetap tidak gentar. Tak ada ketakutan diwajahnya. Ia tetap tersenyum dan maklum dengan sikap John yang terguncang saat mendengar berita kematian ayahnya.

" Tenang, Mr. Lock. Anda bisa melihat pemakaman ayah anda. Akan saya antarkan saat ini juga. " Kata kata polisi itu bukannya membuat John tenang tapi malah semakin terbakar amarah. Ia tak percaya bahwa ayahnya telah tiada.

" Omong kosong ! Jika ayahku masih hidup, aku yang akan mendatangi pemakamanmu. " John bangkit berdiri dan berjalan keluar. John berjalan masih dengan menggunakan pakaian biru khusus pasien. Sementara polisi itu berjalan mengikuti John dari belakang.

" Ah, ada ada saja tugas yang diberikan oleh Komandan. " Kata polisi itu dalam hatinya yang harus menghadapi John yang demikian keras kepala.

***

Sebuah peti mati dibawa oleh para pelayat dengan haru. Para warga kota telah menunggu untuk peti mayat itu tiba di pemakaman. Guna melihat kali terakhir orang yang menjadi teladan bagi orang banyak di Phantom.

William Lock memang bagaikan dewa bagi warga kota Phantom. William adalah dewan kota yang terhormat. Satu dari sekian banyak dewan kota yang memerhatikan kesejahteraan kota daripada kesejahteraannya sendiri. Itu yang membuat William Lock dicintai oleh warga kota melebihi siapapun di kota. Bahkan walikota itu sendiri.

Dari arah barat, datanglah mobil polisi yang tiba tiba berhenti tepat di depan taman pemakaman. Dari dalam, keluar seorang pria berusia tiga puluhan yang berpakaian serba hitam dan wajahnya penuh dengan kecemasan. Orang itu tak lain adalah John Lock.

John segera berlari menembus orang banyak yang akan berjalan ke dalam taman pemakaman. Melihat John yang akan berlari masuk, terbukalah jalan itu seketika. Orang banyak itu membuka jalan bagi anak dari sang dewan kota.

John terus berlari hingga berteriak menghentikan para pelayat yang membawa peti mayat ayahnya.

" Berhenti ! Berhenti ! Letakkan peti ayahku. " Tapi, para pelayat itu tak mau berhenti. Sepertinya mereka sudah maklum jika John memang terguncang dengan kematian ayahnya.

Tapi, John tak patah semangat. Ia terus berlari hingga mendekati peti mayat itu. Setelah dikiranya sampai, ditariknya sekuat tenaga peti mayat itu. " Yeakhh... ! "

Para pelayat itu terkejut. Mereka menarik balik peti mayat itu agar tidak jatuh ke tangan John.

" Pergilah, John ! Ayahmu akan segera beristirahat. Berilah dia waktu itu. "

Kata seorang pelayat yang berusaha mempertahankan peti mayat itu.

" Tidak ! Ayahku masih hidup, Bodoh ! Aku yakin itu. Ia..ia.. hanya mati suri. Itu saja. " John terus berusaha menarik peti mayat itu. Hingga, polisi yang mengantarnya datang dan berusaha untuk menghentikan tindakan John yang bodoh.

" John ! John ! Lepaskan ! " Polisi itu berusaha melepaskan jari jari tangan John yang berusaha menarik peti mayat itu. Akhirnya setelah sedikit usaha, seorang pelayat menendang tangan John. .

Peti terlepas dari tangan John, tapi mampu ditahan oleh para pelayat. Para pelayat itu kembali membawa peti mayat ke dalam liang kubur yang telah di sediakan. Sementara John amat marah. Setelah ayahnya yang akan di kubur, ia juga telah dihina dengan di tendang oleh salah seorang pelayat. Tak pernah dirinya merasa serendah ini.

" Sudahlah, John. Aku pikir tak baik kau ada di sini. " Kata polisi itu sambil membawa John pergi dari taman pemakaman agar tidak menimbulkan kerusuhan lagi.

***

PEMERIKSAAN

John dibawa menuju ke kepolisian kota Phantom. Bukan tanpa alasan ia di bawa, melainkan karena ia adalah satu satunya orang yang berada di lokasi pembunuhan William. Setibanya di kantor kepolisian, John di antar polisi itu masuk ke dalam.

" Silahkan anda masuk, Mr. Lock. " Polisi itu mengantar John turun dari mobil masuk ke dalam kantor polisi. John bersikap dingin dan tak peduli dengan polisi itu. Sebelum masuk, ia ingin tahu siapa nama polisi itu.

" Siapa namamu ? " Tanya John pada polisi itu.

" Mason. Mengapa kau bertanya ? " Polisi itu bertanya balik pada John.

" Tak ada. Hanya ingin tahu kemana aku akan mengirim uang ongkos perjalanan ini. " John tersenyum sinis. Ia memang sombong dan dingin. Kata katanya selalu menggambarkan dirinya yang sebenarnya.

" Sampai nanti, Mr. Lock. " Mason masuk kembali ke dalam mobilnya. Ia sangat kesal sebab dirinya telah dihina oleh John. Mason langsung tancap gas meninggalkan kantor polisi karena kesalnya.

Sementara itu, John telah masuk ke dalam kantor polisi. Melihat John telah tiba di kantor polisi, seorang polisi berbadan besar, dan dengan rambut klimis datang menghampirinya.

" Selamat pagi, Mr. Lock. Bagaimana kabarmu ? " Sapa polisi itu. John melihat polisi itu dengan tatapan yang tidak suka. Sebenarnya ia sangat tak nyaman saat dipanggil oleh kepolisian. Tapi apa daya, ia hanya memenuhi panggilan ini untuk formalitas saja.

" Ah... Seperti yang kau lihat. Aku baik baik saja. "

" Ya. Aku pun juga baik. " Polisi itu kembali tersenyum. Nampaknya ada yang disembunyikan dari polisi itu dari John. John masih menduga duga apa yang sebenarnya disembunyikan polisi itu.

" Nah, bagaimana jika kita langsung saja ke ruangan ? Atau kau ingin minum dulu ? Melepas dahaga sejenak ? " John tak suka berbasa basi. Jika diberi pilihan seperti ini, maka ia akan memilih pilihan yang pertama.

" Lebih baik lebih cepat. Aku langsung ke ruangan saja. " Polisi itu kembali tersenyum. Ia langsung berjalan mengantar John ke sebuah ruangan yang terletak paling belakang. Di sekitar luar ruangan, hanya ada satu lampu. Itu pun lampu yang redup yang sebentar lagi akan padam.

" Ini ruangannya, Mr. Lock. Komandan Max telah menunggumu. " Polisi itu menunjukkan ruangan yang dimaksud. Walaupun sudah sampai di ruangan, John tetap curiga pada polisi itu. Sebelum masuk, ia menanyainya lebih dulu.

" Apa yang kau mau sebenarnya ? " Polisi itu langsung mengerutkan kening tanda tak paham dengan perkataan John.

" Apa maksud anda, Mr. Lock ? " John langsung menarik polisi itu ke sudut. Ia mulai membisikkan sesuatu ke telinga polisi itu.

" Aku akan membayarmu seribu dolar jika kau mau menjadi mata mata ku. Tak ada kejahatan. Hanya penyelidikan pembunuhan ayahku. " Polisi itu tersenyum senang. Tampaknya, John sudah paham dengan sifat polisi itu. Sehingga, ia tak ragu untuk menyuap polisi itu.

" Baiklah, Mr. Lock. Aku terima. " John senang polisi itu menerimanya.

" Temui aku setelah ini. Tuliskan nomormu dan siapa namamu ? " John masih belum mengetahui siapa nama polisi itu.

" Bill. Aku akan menemui setelah ini. " Bill berjalan kembali ke bagian depan. Sementara John masuk ke dalam ruangan pemeriksaan yang ternyata tak ada seorang pun. Tapi ada sebuah pintu yang terbuka di dalam ruangan itu.

Dari dalam muncul seorang polisi berbadan besar yang tangannya penuh bulu. Wajahnya sangar dengan kumis hitam tebal. Ia membawa tumpukan berkas di tangannya.

" Oh, kau sudah datang, Mr. Lock. " John tak menjawab. Ia langsung duduk di kursi yang tersedia didepannya.

" Nah, kita bertemu lagi setelah lima tahun. Waktu begitu cepat. " John sangat ingat pada polisi yang sekarang dihadapannya. Polisi itu adalah Max Buttler. Lima tahun yang lalu, Max menangani kasus hilangnya Nathan Harper, teman John yang hilang di hutan. Tapi bukannya bekerja dengan benar, Max malah menuduh John yang membunuh Nathan. Setelah itu, Max dan pihak kepolisian akhirnya menutup kasus Nathan sebagai kasus bunuh diri karena tak ada bukti bahwa John yang membunuh Nathan.

" Tak usah berbasa basi, Max. " John semakin tak nyaman berlama lama di ruangan itu. Terutama setelah ia harus bertemu dengan Max, orang yang menyebabkan dirinya benci pada kepolisian.

" Baiklah. " Max mulai membuka satu persatu tumpukan berkas yang ia letakkan di atas meja.

" Aku akan mulai bertanya... " Max membuka lembaran pertama. " Pada pukul 22:40, kami menemukanmu dan ayahmu di ruang penyimpanan anggur. Kami menemukan dirimu yang dalam keadaan pingsan. Menurut perkiraan, kau telah pingsan selama satu jam sebelum akhirnya kami temukan. Nah, yang menjadi pertanyaan kami adalah apakah pembunuhan terjadi setelah kau pingsan atau sebelum ? "

" Aku tak tahu apapun soal ini. Aku bahkan tak tahu ayahku telah mati. " John bingung ingin menjawab apa. Ia sendiri juga masih syok dengan berita kematian ayahnya yang tak ia sangka telah dibunuh kemarin malam.

" Baiklah. Berarti kami simpulkan, bahwa kau pingsan sebelum terjadinya pembunuhan. " Max menuliskannya di sebuah buku kecil. Setelah selesai, ia kembali membuka lembaran yang kedua.

" Menurut kesaksian para tetanggamu, pada sekitar pukul 22:30 - 22:50, ada sebuah keributan yang terdengar dari rumahmu. Mereka mendengar suaramu dan ayahmu yang sedang bertengkar. Apakah itu benar, John ? " Senyum lebar terpancar dari wajah Max. Ia yakin bahwa John akan segera panik dan akhirnya mengaku.

" Iya. Aku terlibat pertengkaran dengan ayahku. " Jawab John dengan santai. Walaupun dingin, John adalah pribadi yang jujur. Ia tak suka untuk berbohong kepada orang lain.

Max terkejut bahwa John masih memiliki mental untuk menjawab pertanyaannya. Apalagi setelah ia lihat, John sama sekali tak panik dengan pertanyaannya.

" Baiklah. Aku akan lanjutkan ke pertanyaan ketiga. Apakah dalam pertengkaran kau menggunakan senjata untuk melawan ayahmu ? " John menggeleng tanpa menjawab apapun. Tapi gelengan kepala John malah membuat Max geram.

" Maaf, Mr. Lock. Sebagai seorang yang bermoral, anda seharusnya menjawab saya dengan kata kata bukan dengan gelengan kepala. " Mendengar kata kata dari Max, John langsung berdiri dan memukul meja.

Brak... ! Brak... !

" Kau diam saja ! Hentikan omong kosong ini ! Mengapa orang sepertimu masih saja hidup ? Mengapa ? " John berteriak keras pada Max. Tapi, Max tidak terpengaruh. Ia tetap tenang walaupun diteriaki oleh John dengan amat keras.

" Maaf, Mr. Lock. Anda berhak untuk menjawab. " John keluar dari kursinya. Ia mulai berjalan mendekati Max.

" Katakan padaku. Apa yang lebih bodoh dari seorang polisi bijak yang mengubah kasus pembunuhan menjadi kasus bunuh diri ? Mulanya kau buat aku bersalah. Lalu, tiba tiba setelah itu kau nyatakan kasusnya adalah bunuh diri. Apa maksudmu, Max ? "

" Tak ada hubungannya dengan kasus ini, Mr. Lock. "

" Apa kau mau membuatku menjadi pembunuh ayahku ? Begitukah ! " John melemparkan berkas berkas itu ke lantai. Max tetap tak bergeming. Ia masih menahan dirinya.

" Baiklah. Anda berhak diam, Mr. Max. Aku sudah selesai. Sampai jumpa. " John membuka pintu dan berjalan keluar dari ruangan pemeriksaan. Sementara Max hanya melihatnya hingga John benar benar keluar dari ruangan pemeriksaan.

" Merepotkan sekali bocah itu ! Tentu saja psikopat tak akan mengaku. Aku akan buat dia mengaku ! " Kata Max sambil mengepalkan tinjunya.

***

BERSIAP MENYELIDIKI

John telah resmi menerima seluruh harta warisan dari ayahnya. Saat ini, ia menjadi orang terkaya di kota Phantom dengan kekayaan sebesar sembilan puluh juta dolar. Kekayaan sebesar itu dicapainya sebelum dirinya genap berusia tiga puluh tahun. Walaupun, semua kekayaan itu adalah hasil dari warisan ayahnya.

" Selamat, Mr. Lock. Anda telah resmi menjadi orang terkaya di kota ini. " Kata notaris itu pada John. Ia memberi jabat tangan sebagai tanda dirinya memberi selamat pada John. Tapi, John malah menolaknya.

" Orang asing akan memberi selamat padaku untuk warisan yang ku dapat. Tapi, orang dekat akan mengucapkan belasungkawa kepadaku. Sebagai notaris ayahku, seharusnya kau katakan dukamu terlebih dahulu. " Mendengar kata kata John, notaris itu menjadi salah tingkah. Ia malu atas apa yang telah ia perbuat.

" Maaf, Mr. Lock. Saya turut berduka atas kematian ayahmu. Beliau adalah orang yang baik. "

" Tentu saja. Sekarang kau bisa pergi dari sini. " Notaris itu segera pamit kepada John dan pergi dari sana. John mengawasi notaris itu hingga benar benar meninggalkan rumahnya.

" Dasar penjilat ! " Kata John dalam hatinya. Ia tahu bahwa notaris itu hanya berpihak pada uang ayahnya bukan pada ayahnya.

***

John terbangun di pagi hari dengan suara bising orang banyak. Ia segera turun dan memanggil penjaga rumah.

" Joe ! Joe ! " John berteriak keras memanggil Joe, penjaga rumahnya. Joe segera datang menghadap John.

" A.. a.da apa, Mr. Lock ? " Tanya Joe dengan tergagap gagap. Ia menduga bahwa majikannya terganggu dengan suara bising orang banyak dirumahnya.

" Mengapa ada banyak orang di rumah ini ? Apakah ada tamu ? " Joe terdiam sejenak. Ia tahu bahwa John tak suka dengan kehadiran orang banyak itu.

" Itu.. ada polisi polisi yang datang untuk memeriksa tempat kejadian. " John terbelalak mendengar jawaban dari Joe. Ia sangat kesal tahu bahwa para polisi datang untuk memeriksa rumahnya.

" Kau..... ! " John menatap dingin pada Joe. Ia marah ketika Joe membiarkan para polisi masuk ke rumahnya. Tapi, ia tahu bahwa Joe tak berdaya. Jadi, ia memilih untuk berjalan dan menemui para polisi yang sedang memeriksa rumahnya.

John menemukan para polisi yang sedang mengobrak abrik sekeliling ruang penyimpanan anggur. Ia juga melihat ada seorang polisi yang sedang membuka sebuah botol anggur dan meminumnya. Betapa geramnya John yang melihat semua itu. Ia langsung berteriak pada para polisi yang ada di ruangan itu.

" Dasar kalian ini... ! Apa yang kalian lakukan di rumahku ? " Para polisi langsung melihat pada John yang berdiri di atas tangga. John berjalan menuruni tangga dan menghampiri para polisi itu.

" Mengapa kalian diam ? Apa kalian malu ? Ha ? Jawab ! " John membentak para polisi itu. Tiba tiba seorang polisi tertawa keras diikuti polisi lainnya. Ia langsung berbicara pada John.

" Hahaha... Rupanya psikopat ini tak tahu bahwa ia sendiri yang membunuh ayahnya. Dasar penjahat yang tak tahu malu ! Kau lah penjahatnya ! " John tak terima dirinya dituduh, langsung menampar pipi polisi itu.

Plak... !

Polisi itu langsung terhuyung huyung memegangi pipinya yang ditampar oleh John. John menatap polisi lain yang melihatnya dengan tatapan amarah.

" Keluar kalian ! Aku tak mau kalian ada di sini lagi ! " Teriak John yang sudah terbakar amarah. Para polisi segera meninggalkan rumah John dengan perasaan kesal. Kesal karena mereka diusir seenaknya oleh John. Tapi itu juga salah mereka yang tidak minta izin terlebih dahulu padanya.

John langsung menutup semua pintu rapat rapat. Ia ingin agar tak ada orang yang mengganggunya termasuk Joe, penjaga rumahnya yang ia anggap gagal dalam menjalankan tugas.

" Joe, cobalah untuk berusaha bekerja lebih baik di tempat lain. Aku tak bisa memperkerjakan dirimu lagi. " Joe terkejut saat mendengar ucapan John. Ia tak percaya bahwa majikannya akan memecatnya.

" Mr. Lock, a..anda jangan begitu. Saya akan bekerja dengan baik. Tapi, jangan pecat saya. " Joe terus memohon pada John. Ia bahkan sampai berlutut di bawah kaki John memohon agar tidak di pecat.

" Aku akan kirimkan uangnya. Minta saja berapa. Aku akan berikan. Tapi, untuk saat ini aku memiliki rencana lain yang tidak akan melibatkan dirimu. "

" Rencana apa, Mr. Lock ? " Tanya Joe penasaran. Ia menduga John akan melakukan hal hal yang nekat ketika didengarnya bahwa John tidak akan melibatkannya.

" Penyelidikan pribadi. Hanya aku. Tak ada yang lain. " Ucap John dengan nada tegas. Ia bersungguh-sungguh dengan ucapannya.

" Baiklah, Mr. Lock. Jika itu yang kau inginkan. Aku hanya meminta seribu dolar untuk gaji terakhirku. " Seribu dolar untuk penjaga rumah ? Itu adalah gaji yang lumayan. Tapi, tak bisa di pungkiri bahwa Joe memanfaatkan momen ini untuk mendapatkan uang lebih dari gaji biasanya.

Tapi, John tampaknya tak keberatan. Ia adalah orang terkaya di kota. Baginya, uang seribu dolar bukan apa apa. John mengeluarkan sebuah cek dari saku celananya.

" Ini seribu lima ratus dolar. Aku beri padamu. " Joe langsung sumringah menerima cek itu. Ia tak menyangka bahwa ia akan mendapat uang yang sedemikian banyak.

" Terimakasih, Mr. Lock. Saya tak akan melupakan anda. Saya akan bersiap pulang ke desa. " John mengangguk. Sebenarnya ada sebuah rencana besar yang dirahasiakan oleh John. Ia tahu bahwa Joe menyimpan rahasia besar dan terlibat serius dalam pembunuhan ayahnya. Karenanya, Joe harus segera pergi atau ia akan bertindak lebih jauh lagi.

***

22:40

John belum juga tertidur. Ia masih menulis semua daftar yang ia miliki di sebuah buku catatan kecil yang selalu ia bawa di saku celananya. Ia menulis satu persatu informasi yang ia dapat. Merangkumnya menjadi kesatuan sehingga nantinya bisa ditarik menjadi kesimpulan.

" Tersangka pertama, Joe. Penjaga rumah. Terlibat serius dalam kejadian pembunuhan. Alasan, sebagai seorang penjaga rumah seharusnya ia menjaga rumah dari orang yang masuk, tetapi mengapa orang lain bisa masuk dan membunuh ayahku ? Pasti dia adalah alasannya. " Begitulah isi informasi yang ditulis oleh John. Ia terus saja memikirkannya hingga benar benar tertidur.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!