Hingar bingar music terdengar menghentakkan telinga. Gemerlap lampu khas club malam terlihat jelas dan membuat pusing bagi siapapun yang tidak pernah datang ke sana.
Para manusia terlihat begitu asik meliukkan tubuhnya di dance floor. Menikmati music yang dimainkan oleh DJ. Sementara bagi mereka yang merasa tidak berminat memilih duduk dan bermalas-malasan di barstool sambil memandang keriuhan dengan di temani minuman pesanan masing-masing yang tentu saja beralkohol.
Di antara banyaknya manusia yang ada di sana. Terlihat seorang pemuda duduk di salah satu kursi berkaki tinggi sambil menikmati cindernya. Beberapa pasang mata terlihat menatap kearahnya dengan tatapan seolah ingin menerkam, tapi pemuda itu tidak menghiraukannya sama sekali.
Seorang bartender yang berdiri di balik barstool menatap sekilas pada pemuda itu yang terus memandang cairan keemasan di dalam gelas kristal yang ia pegang.
"Teman-temanmu sedang berpesta pora di bawah sana tapi kenapa kau malah diam saja di sini, Rey?" tegur si bartender bernama asli Lee Hyukjae atau yang lebih akrab di panggil Max.
Pemuda itu 'Rey' mengangkat wajahnya dan menatap datar pria didepannya itu. "Itu bukanlah gayaku. Kau sangat tau betul bukan jika aku benci berada di tengah-tengah kerumunan manusia-manusia bodoh itu." ujar Rey.
Sejak kecil Rey memang tidak pernah menyukai keramaian. Dia lebih senang menyendiri dalam suasana yang tenang.
"Dan ngomong-ngomong apakah kau tidak ingin mencoba li*ng kenikmatan wanita-wanita yang ada di sini? Aku yakin mereka tidak akan keberatan dan dengan senang hati akan membuka lebar-lebar kakinya untukmu secara cuma-cuma. Bagaimana, kau merasa tertarik? Atau kita bisa bermain duo jika kau mau?" tawar Max yang otomatis kepalanya menjadi pendaratan sebutir kacang yang dilempar oleh Rey.
"Ck, mata saja kau, Max." sinis Rey sambil menatap Max penuh intimidasi.
Rey menyapukan pandangannya dan tanpa sengaja iris abu-abunya melihat sebuah pemandangan yang mampu membuat darah dalam tubuhnya mendidih. Bukan karna gadis yang dia cintai sedang bersama pria lain karna sampai detik ini Rey masih belum memiliki kekasih.
Dengan mata kepalanya Rey melihat Hoya tengah bercumbu mesra dengan seorang wanita tapi sayangnya orang itu bukanlah Aster. Bisa saja Rey menghampiri Hoya dan menghajarnya hingga sekarat, tapi sayangnya hal itu tidak dia lakukan. dia tidak ingin di sebut sebagai perusak hubungan orang.
Rey memiliki ide.
Pemuda itu mengeluarkan ponselnya kemudian memotret mereka yang sedang berciuman panas. Mungkin foto itu akan berguna suatu saat nanti, Rey ngin mebuka mata hati Aster bila laki-laki yang dia kencani bukanlah orang baik-baik.
"Oya, Rey. Kau memiliki tetangga yang sangat cantik kenapa tidak pernah cerita padaku?"
Rey mengangkat wajahnya dan menatap datar pria didepannya. "Maksudmu, Aster? Jangan macam-macam dengan yang satu itu jika kau tidak ingin aku mencincangmu dan memberikanmu pada hiu kelaparan di lautan." Sorot mata Rey semakin dingin dan berbahaya membuat bulu kuduk Max berdiri seketika.
Menurutnya tatapan Rey lebih menyeramkan dari pada hantu berwajah buruk rupa. "Dia tidak sama dengan semua koleksi Lolitamu, dia berbeda dengan para jalang yang sering kau tiduri dan aku mengenalnya dengan sangat baik." Pandangan Rey terarah pada gelas digenggamannya.
Meskipun hubungannya dan Aster tidaklah sehangat dan sedeket ketika mereka masih kecil. Tapi bagi Rey, Aster tetaplah seorang yang berharga yang selalu ingin dia lindungi.
Max mengangkat tangannya. "Aku mundur dan tidak akan tanya-tanya lagi tentang dia. Paling cuma curi-curi pandang saat bermain kerumahmu, hahahha! Lagi pula mataku ini mana bisa melewatkan mutiara seindah itu."
"Ck, dasar mata keranjang,"
Sementara itu...
Ketiga sahabat Rey terlihat begitu asik dengan dunianya masing-masing. Jimin sedang berada di sudut ruangan dan bercinta dengan wanita berkebangsaan Rusia favoritnya, sementara Rio di manjakan sedikitnya lima gadis sambil menghujani mereka dengan dolar-dolarnya. Sedangkan Aria dan Ren menari riang bersama puluhan manusia dengan seorang DJ yang memimpin mereka.
Des*han dan erangan yang berasal dari sudut ruangan membuat Rey sedikit merinding, di tempat yang remang-remang terlihat sepasang anak manusia tengah bergulat dengan panasnya pada sebuah sofa.
Meskipun banyak pasang mata yang bisa melihat kegiatan mereka, tapi orang-orang itu tidak kau tau dan seakan buta dengan apa yang disaksikan oleh matanya, karna hal semacam itu bukanlah sesuatu yang menggemparkan. Karna hal semacan itu terlalu biasa.
"Rey, kau mau kemana?" Seru Max melihat Rey tiba-tiba bangkit dari duduknya.
"Pulang." Jawabnya dan pergi begitu saja.
🌼🌼🌼
Melihat bintang saat malam hari adalah hal wajib bagi seorang Aster Jung. Tiada malam tanpa melihat bintang, dan itulah kenapa dia sangat membenci turunnya hujan pada malam hari.
Awan hitam yang di bawah oleh hujan tidak meninggalkan apapun selain wajah muram langit malam.
Di saat kebanyakkan gadis mulai terlelap dalam mimpinya, Aster malah pergi kehalaman belakang rumahnya untuk melihat bintang.
Cuaca malam ini begitu cerah. Bintang-bintang bertaburan di atas sana, membentuk berbagai gugusan rasi yang indah, bulan berpendar disinggasananya. Semilir angin membawa hawa dingin yang kian menusuk sampai ke sum-sum tulang.
Kedua matanya terpejam mencoba menikmati hembusan angin membelai permukaan kulitnya. Harusnya Aster merasa nyaman dengan ini, terlebih lagi malam cerah seperti inilah yang selalu dia nantikan setiap malamnya.
Tapi....
Kenapa hatinya justru merasa sepi. Rasa ngilu itu merasuk hingga ke dalam relung terdalamnya, membuat Aster merasakan sesak hingga dia tidak bisa menikmati indahnya malam ini.
Aster menutup matanya, satu persatu kenangan masa kecilnya bersama Rey bermunculan dan memenuhi pikirannya. Membuat dadanya terasa sesak hingga membuatnya sulit untuk bernafas.
Aster menyeka air matanya yang menetes dan membasahi pipinya. "Dasar, Rusa, jelek. Jika saja kau mau sedikit mengalah padaku. Pasti persahabatan kita tidak akan berakhir dan kita masih baik-baik saja. Zian Rey ... aku merindukanmu." Lirihnya parau.
Aster berdiri dari duduknya dan berjalan menuju dinding yang menjadi pembatas antara halaman belakang rumahnya dan rumah Rey. Sebuah ide tiba-tiba melintas begitu saja dikepalanya.
"Sepertinya mengulang masa lalu tidak ada salahnya." Aster menyapukan pandangannya. Matanya berbinar melihat sebuah tangga dan dengan tangga itu Aster akan naik ke atas pagar. Dan dari sana Aster bisa melihat bintang dengan leluasa. Benar-benar indah dan menyejukkan mata.
Kemudian pandangan Aster bergulir pada sebuah kamar yang terlihat gelap seperti tak berpenghuni. Gadis itu memicingkan matanya. "Kemana perginya Rusa kutub menyebalkan itu?" Gumam Aster penuh keheranan, sampai dia melihat sebuah mobil sport hitam metalic yang sangat dia kenal memasuki halaman rumah kediaman keluarga Zian.
Tak lama setelahnya, seorang pemuda berpenampilan serampangan keluar dari mobil tersebut. Aster mengenali betul siapa pemuda itu, sudut bibir Aster tertarik ke atas.
"O-ommo!! Kkkkyyyyyyaaaa!!"
'Brakkk!!'
Tiba-tiba Aster kehilangan keseimbangan , tubuhnya oleng ke samping dan jatuh ke dalam tong kecil yang biasa di gunakan oleh penjaga kebun untuk menyiram tanaman. Dengan posisi pantat masuk ke dalam mulut besar tersebut.
Sementara itu, Rey yang baru saja menapaki satu anak tangga tiba-tiba berhenti setelah mendengar teriakkan dari arah belakang. Khawatir ada maling masuk, Rey bergegas melihatnya.
Bukannya perampok, Rey malah di suguhi sebuah pemandangan yang begitu menggelikan.
Seorang gadis terjebak di dalam sebuah tong air yang ukurannya tidak terlalu besar. Gadis itu yang tak lain dan tak bukan adalah Aster terlihat kesulitan untuk keluar dari tong tersebut. Rey mendengus geli, pemuda itu melangkahkan kakinya dengan tenang dan menghampiri mantan sahabat kecilnya tersebut.
Aster mengangkat wajahnya yang sudah terlihat putus asa karna tidak bisa keluar dari tong air tersebut. Seorang pemuda tampan dalam balutan jeans belel hitam, tshirt putih berlengan pendek yang mengikuti lekuk tubuhnya di balut vest v-neck hitam terlihat menghampirinya.
Pemuda itu terlihat jelas menahan tawa. "Kalau ingin tertawa, tertawa saja. Tidak perlu di tahan." Dumal Aster sambil mencerutkan bibirnya.
"Aku tidak tau jika kau memiliki hobi baru yang begitu menggelikan, Aster Jung. Dan moment langkah seperti ini tentu saja tidak boleh dilewatkan. Tersenyumlah, aku akan mengabadikannya." Rey merangkul bahu Aster dan mensejajarkan posisinya dengan gadis bermarga Jung tersebut. "Ck, jangan memasang wajah menyebalkanmu itu. Tersenyumlah, chisss..!!"
"Yakk!! Rusa jelek apa yang kau lakukan? Jauhkan ponselmu dan jangan seenaknya memotretku," amuk Aster dan berusaha merebut ponsel Rey tapi tidak berhasil. Rey mengangkat ponselnya agak tinggi hingga tidak terjangkau oleh gadi itu. "Jauhkan ponselmu atau ku habisi kau." bentaknya marah.
"Tidak mau." Rey tertawa dan terus mengambil potret Aster. Aster yang tidak bisa berbuat apa-apa karna keadaannya saat ini hanya bisa pasrah. Tapi bukan berarti dia akan memaafkan untuk Rey, gadis itu tentu telah menyiapkan balasan untuk pemuda bermarga Zian tersebut.
Aster mengangkat wajahnya dan menatap Rey dengan wajah memelas, mencoba menarik simpatik Rey. "Rey, bantu aku keluar dari tong ini!" Renggeknya memohon. "Pantat dan pinggangku sakit, aku mohon," Rey mendengus geli.
Melihat Aster terjebak seperti itu membuatnya merasa tidak tega. Karna tanpa minta pun tentu Rey akan membantunya. Pemuda itu memegang lengan Aster dan mulai menariknya keluar dari dalam tong tersebut
"Aaaahhh! Sakit, yakk! lakukan dengan perlahan."
"Ck, dasar cerewet. Kau mau keluar atau tidak?" Aster mengangguk. "Ya sudah diam saja dan jangan banyak protes." Gadis itu merenggut kesal. Bisa-bisanya Rey malah memarahinya jelas-jelas dirinya sedang kesulitan.
"Aaaaaaahhh..!!"
Bruggg!! Setelah berusaha dengan keras. Akhirnya Rey berhasil mengeluarkan Aster dari tong tersebut
"Kau tidak apa-apa?" tanya Rey memastikan. Aster mendelik sinis, gadis itu jatuh tepat di atas tubuh Rey.
"Baik-baik bagaimana? Apa kau buta, pinggangku nyaris saja patah karna dirimu." Jawabnya ketus. Susah payah Aste4 berdiri dari posisinya.
"Kenapa kau malah menyalahkanku? Bagus aku mau membantumu keluar dari tong itu." Protes Rey.
"Bagaimana aku harus berterimkasih, jika saja kau langsung membantuku dan tidak mengulur-ngulur waktu pasti pinggangku tidak akan sesakit ini." Tutur Aster tak mau kalah. Dan beginilah mereka berdua jika bertemu, pasti ada saja hal yang diributkan.
Aster berbalik dan pergi begitu saja dan meninggalkan Rey sendiri di taman belakang miliknya. Gadis itu berhenti sejenak di pintu yang menjadi penghubung halaman belakang kediamannnya dan Rey.
Aster menjulurkan lidahnya pada Rey sebelum sosoknya kemudian menghilang di balik pintu itu. Reymendengus geli, pemuda itu berbalik dan pergi begitu saja meninggalkan halaman belakang rumahnya. Rey merasa lelah dan ingin segera tidur.
.
.
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
EndRu
ini di negeri mana ya?
2023-09-19
0
Dewi Dina
malang benar nasip mu Aster
2022-08-09
0
tjutnon
best dah
2021-07-25
0