Menemani Ibunya belanja adalah salah satu hal yang paling Aster benci dalam hidupnya. Bagaimana tidak! Dia harus berputar-putar di pusat perbelanjaan yang tempatnya tentu tidak kecil dan hal itu bisa memakan sampai berjam-jam.
Dan selain itu Aster juga masih harus mengikuti kemana pun pun kaki Ibunya melangkah. Pergi dari rak yang satu ke rak yang lain dan hal itu tidak cukup satu kali saja, sudah pasti hal tersebut sangatlah melelahkan dan Aster benci itu.
Gadis itu terus saja menggerutu tidak jelas. Aster kesal setengah mati karna hampir tiga puluh menit dan Ibunya hanya membawanya berputar-putar saja, bahkan belum ada satu pun barang belanjaan yang mereka dapatkan. Dan hal tersebut membuat Aster semakin kesal setengah mati
"Ibu, sebenarnya kau datang ke sini untuk berbelanja atau hanya berputar-putar saja?" protes Aster pada sang Ibu.
"Kau ini dari tadi ngomel terus. Sebentar, Sayang. Ibu benar-benar bingung harus memulai dari yang mana dulu. Daging atau buah dan sayur, atau mungkin ramen dan sejenisnya? Oh tidak-tidak, kita bisa melihat snack dulu atau kalau tidak ice cream dan minuman dingin? Tunggu, beras mungkin pilihan terbaik atau...!!"
"Ibu-." geram Aster menyela ucapan Ibunya. "Kenapa ribet sekali sih, kita bisa mulai dari sayur dan buah dulu baru dilanjutkan ke yang lain." Aster mendorong trolinya menuju tempat buah-buahan segar dan sayur mayur. Kahi hanya bisa menghela nafas, lalu menyusul Aster.
Aster sibuk memilih buah-buahan segar seperti apel, jeruk, anggur, mangga, kiwi, pisang dan strawberry. Sementara Kahi memilih dua buah yang sangat Aster benci, yakini melon dan semangka. Kedua mata Aster membelalak
"Ibu, NO! I don't want that disgusting fruit in our groceries!" Ujar Aster menegaskan
"No, Aster! Melon and watermelons will remain on our grocery list this time." jawab Kahi mutlak.
"Aisshh! Kenapa Ibu harus mempurburuk moodku." Aster merenggut kesal, rasanya dia ingin sekali memusnahkan semua melon dan semangka yang ada di dunia ini agar dirinya tidak terus-terusan melihat buah yang paling dibencinya tersebut.
Aster meninggalkan Ibunya begitu saja dan pergi menuju showcase, dia membutuhkan minuman dingin sekarang juga untuk mendinginkan otaknya yang sedikit memanas. Aster membuka lemari pendingin didepannya.
Di waktu yang sama, seorang pemuda tiba-tiba datang dan mereka mengambil minuman yang sama. Parahnya lagi minuman tersebut hanya tersisa satu. Sontak Aster mengangkat wajahnya dan..!
"Rusa jelek." Gadis itu memekik keras setelah melihat siapa pemuda yang berdiri didepannya. "Kembalikan minuman itu padaku karna aku yang melihatnya lebih dulu jadi aku yang lebih berhak memilikinya." Tegas Aster sambil mengulurkan tangan kanannya pada pemuda itu 'Rey.
Rey menggeleng. "Siapa cepat, dia dapat." Jawabnya santai
"Tapi aku yang membuka lemari pendinginnya, jadi berikan minuman itu sekarang." Pinta Aster menuntut
"Kau ini ribet sekali jadi orang, bukankah masih ada minuman yang lain. Jadi ambil saja itu."
Aster menggeleng. "Tidak mau, pokoknya aku tetap mau yang ada ditanganmu karna aku yang melihatnya lebih dulu." Aster menegaskan tapi tak di gubris sedikit pun oleh Rey. Rey menyeringai jahil, dengan sengaja dia membuka minuman tersebut lalu meneguknya "ZIAN REY, KAU BENAR-BENAR MENYEBALKAN. AKU MEMBENCIMU." Aster berbalik dan pergi begitu saja.
Sementara itu, Kahi yang melihat perdebatan mereka dari kejauhan hanya bisa menghela nafas dan menggelengkan kepala. Dia tidak tau kapan mereka berdua bisa kembali akur lagi seperti dulu. Kahi sangat menyayangkan hubungan persahabatan mereka menjadi berantakkan hanya karna hal sepele.
"Ibu, aku pulang dulu. Kau selesaikan sendiri saja berbelanjanya." ucap Aster dan berlalu. Kahi menghela nafas untuk yang kesekian kalinya, dia tidak memiliki pilihan lain selain melanjutkan berbelanjanya. Ada tamu malam ini dan itulah kenapa dia berbelanja cukup banyak hari ini.
.
.
.
Aster terus saja menggerutu tidak jelas. Bahkan dia tidak peduli meskipun saat ini dirinya menjadi pusat perhatian, tak sedikit yang menyebutnya kurang waras karna bicara sendiri. Tapi Aster tidak terlalu menghiraukannya apalagi memusingkannya.
Ucapan mereka Aster anggap sebagai angin lalu. Saat ini dia sedang berada di taman yang tak jauh dari pusat perbelanjaan, darah dalam tubuhnya semakin mendidih karna Rey. Pemuda itu membuat harinya yang sudah buruk menjadi semakin buruk.
'Tukkk..!!'
"Aduhh!" Aster meringis setelah sesuatu yang kecil menimpuk kepala belakangnya. Sontak dia menoleh dan tidak mendapati siapa pun di sana. Sadar hanya orang iseng saja, Aster memilih membiarkannya. "Aduhh..!" Sekali lagi biji yang sama menimpuk kepalanya
"Yakk! Kalau berani jangan cuma main belakang, keluar kau dan hadapi aku secara langsung." Teriak Aster marah .
Tukk..!'
Sekali lagi sebuah biji menimpuk kepalanya, sontak Aster mendongak dan mendapati seorang pemuda tengah berbaring di tangkal pohon tersebut dengan kedua tangan sebagai bantalan kepalanya "ZIAN REY, BENAR-BENAR CARI MATI KAU RUPANYA! TURUN KAU BRANDALAN." Teriak Aster menuntut.
"Aku tidak mau, kau saja yang naik ke sini."
Aster menggeram kesal. Dia tidak tau mimpi buruk apa yang sudah dia alami semalam sampai-sampai harus mengalami hal yang begitu buruk hari ini. Mengikuti Ibunya berbelanja kemudian bertemu dengan Rey yang menjadi mimpi buruk baginya. Dan masih banyak hal menyebalkan lainnya yang dia alami setengah hari ini.
Rey melompat turun dari atas sana, dia berdiri di depan Aster dengan posisi saling berhadapan. "Jangan marah-marah terus jika kau tidak ingin mengalami penuaan sebelum waktunya. Lagi pula marah-marah juga tidak baik untuk kesehatan jantungmu. Sebaiknya sekarang kau ikut aku." Rey meraih tangan Aster dan membawanya pergi meninggalkan taman
"Yakl! apa yang kau lakukan, lepaskan alu bodoh. Sebenarnya kau ingin membawaku kemana?" amuk Aster sambil berusaha melepaskan genggaman Rey pada pergelangan tangannya. Tapi tidak bisa mengingat jika tenaganya dan Rey jauh berbeda
"Diamlah dan jangan bawel. Lagi pula aku tidak akan menyetubuhimu apalagi menjualmu pada laki-laki hidung belang." Aster mencerutkan bibirnya dan merenggut kesal. Rasanya dia ingin mengutuk Rey menjadi patung agar tidak menyulitkan hidupnya lagi.
Tubuh Aster menegang saat Rey menambah kecepatan pada mobilnya. Mobil sport keluaran terbaru itu melaju kencang pada jalanan yang legang. Rey mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi dan hal itu sukses membuat Aster sport jantung
"YAKK!! ZIAN REY, PELANKAN MOBILNYA. APA KAU INGIN MEMBUATKU MATI MUDA? KKKYYYYAAAA...!! RUSA GILA, KALAU KAU INGIN MATI SEBAIKNYA MATI SAJA SENDIRI, JANGAN AJAK-AJAK. AKU INI MASIH MUDA, BELUM MENIKAH APALAGI MERASAKAN MALAM PERTAMA."
Rey menoleh dan menatap horror gadis di sampingnya. "Ck, kau ini berisik sekali. Lagi pula siapa yang mau mengajakmu mati muda." Sinis Rey menyatuhi. Aster menutup matanya kemudian menakupkan kedua tangannya di depan dada.
"Ya Tuhan, lindungi aku. Jika kau ingin mengambil nyawa seseorang. Ambil saja nyawa rusa gila ini, aku masih terlalu muda untuk meninggal. Aku masih ingin menikmati masa mudaku, menikah dan menikmati malam pertama. Ya Tuhan, kabulkan doaku ini." Rey geli sendiri mendengar doa Aster
Dan setelah berkendara selama tiga puluh menit. Akhirnya mobil Rey tiba di lokasi, pemuda itu menghentikan mobilnya di sebuah bukit yang ditumbuhi jutaan bunga Daisy atau yang sering di sebut bunga Aster. Hamparan putih cantik itu langsung menarik semua atensi Aster. Kedua mata gadis itu membelalak berbinar. Dan tanpa menghiraukan Rey, Aster berlari diantara bunga-bunga tersebut. Rey mendesah berat
"Dasar gadis labil, tadi marah-marah dan sekarang malah tertawa seperti orang gila. Ada-ada saja kau, Aster Jung." pemuda itu menggelengkan kepala melihat tingkah mantan sahabatnya tersebut.
Rey naik ke atas kap mobilnya lalu mengeluarkan sebungkus rokok dari saku vest denimnya. Kepulan asap putih keluar dari sela-sela bibir kissablenya ketika Rey menghembuskan nafas. Iris abu-abunya tak lolos sedikit pun dari sosok barbie hidup yang sedang asik bermain di tengah-tengah hamparan Daisy.
Sudut bibir Rey tertarik ke atas, pemuda itu membaringkan tubuhnya dengan satu lengan sebagai bantalan kepalanya. Wajahnya mendongak menghadap langit. Cuaca hari ini sangat bersahabat dan langit tidak terlalu terik, bahkan dia bisa memandang langit dengan bebas tanpa merasa silau sedikit pun.
"Rusa, kemarilah. Apa kau tidak ingin bermain bersamaku." seru Aster tapi tidak di hiraukan oleh Rey. Gadis itu merenggut kesal. "Dasar Rusa jelek. Awas saja kau."
Aster tak ingin melewatkan moment yang dia miliki. Gadis itu mengeluarkan ponselnya dan langsung mengambil foto. Tak lupa dia juga memosting ke sosmed miliknya dengan sebuah caption yang unik dan menggelikan. Dan dalam hitungan menit saja, postingan Aster mendapatkan ribuan like dan ratusan koment.
Banyak yang ingin datang ke sana juga kemudian tak sedikit pula yang menyayangkan Aster yang hanya sendiri. Dan sebuah ide muncul dikepalanya. Aster menghampiri Rey dan menarik pemuda itu ketengah-tengah lautan Daisy dan langsung mengambil foto dengannya. Setelah itu Aster mempostingnya dengan sebuah caption yang menggelikan pastinya. Lagi-lagi postingan Aster dibanjiri like dan koment.
"Apa-apaan kau ini, memangnya siapa yang mengijinkan mengambil fotoku sembarangan." Amuk Rey karna tidak terima di ajak foto oleh Aster.
"Satu sama, bukankah kita impas." Gadis itu menggerlingkan sebelah matanya dan berlalu begitu saja dari hadapan Rey. Pemuda itu mendengus berat. Mengabaikan Aster yang terus berlarian diantara Daisy, pemuda itu kembali ke mobilnya dan membaringkan tubuhnya di sana.
.
.
.
BERSAMBUNG.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
EndRu
Rey ga ambil fotonya Aster nih. kan cakep tuh
2023-09-19
0
Dengpa 78
Aster sm Rey sj thor
2021-08-09
0
tjutnon
i like
2021-07-26
0