Wwwaaahhh...
Gak nyangka ternyata masih pada setia ya sema kelanjutan novel Author ini.
Kasih semangat lagi dong buat Author.
caranya tambahkan novel ini ke rak kalian. okee..!
Sesampainya di depan kontrakan Clara segera mengambil kuncinya dari dalam tas dan membukanya. Baru saja Clara ingin menutup pintu kontrakanya ia langsung dikagetkan dengan sesosok Aruna berada di depan pintunya. Begitu juga dengan Said. “Astaga!” jerit Clara kaget, dengan kehadiran Aruna.
“Kakak ngapain ikut ke sini? Kenapa enggak pulang ke rumah?” tanya Clara.
“Saya mau numpang istirahat di sini."
“APA!" ucap Clara, Said bersamaan.
“Bos?” Said memanggil bosnya, “Kenapa Bos malah mau menginap di sini? Bukankah kita harus pulang ke rumah?” tanya Said yang masih bingung dengan bosnya yang susah ditebak.
Aruna menoleh sekilas ke arah Said, dengan wajah datarnya.
"Hiss!" berdesis Aruna, ia menoleh kembali ke arah Clara. “Boleh enggak saya menginap di sini? Besok pagi saya akan kembali ke rumah.” tanya Aruan sekali lagi. Berharap Clara mau mengizinkannya.
"Tapi, kakak mau tidur di mana? Kamar saya Cuma ada satu.”
“Saya tidur di depan juga enggak apa-apa, saya mohon sekali ini saja. Saya sudah tidak kuat lagi jika harus sampai ke rumah.” ucap Aruna memohon agar bisa beristirahat di sini.
Awalnya Clara ragu, jika Aruna menginap di sini. Tapi Clara berpikir lagi, jika bukan karena Aruna. Mungkin hari ini, Clara sudah habis ditangkap oleh rentenir, pada akhirnya Clara mengizinkan Aruna beristirahat di sini.
Sedangkan Said harus pulang ke rumah, dan besok pagi ia harus sudah datang ke sini membawa mobil sendiri. Tak lupa Said harus mengembalikan mobil tersebut ke pemilik aslinya.
“Kalau boleh tahu siapa nama Kakak?” tanya Clara.
“Panggil saja saya Aruna," jawab Aruna singkat, ia pun segera tidur di ruang depan, untungnya Clara mempunyai tempat tidur kecil yang cukup untuk Aruna.
“Itu pundaknya apa enggak sakit?” tanya Clara melihat pundak Aruna yang saat ini sudah diperban.
“Ini?" Aruna menujuk ke arah pundaknya. "Enggak apa-apa kok. Nanti juga sembuh," Aruna mengakhiri pembicaraannya, ia segera tidur karena sudah cukup lelah.
Aruna Naresh, pria berumur 28 tahun dengan tinggi mencampai 180 cm. Mempunyai kulit sawo matang. Tidak terlalu tampan, namun manis untuk dipandang.
Biasa dipanggil dengan sebutan Dewa Pencabut Nyawa oleh para musuhnya. Seorang anak dari mafia terkenal bernama Najandra Naresh. Ia ditugaskan oleh ayahnya untuk menjalankan bisnis gelap ayahnya yang menjual persenjataan secara ilegal, dan dikirim ke berbagai negara yang ingin membutuhkan senjata dari Najandra Naresh.
Ia juga ditunjuk oleh ayahnya untuk menjadi Pemimpin bagi anak buahnya yang berada di Keluarga Naresh. Akan tetapi sempat di tolak oleh Aruna kerena ia tidak ingin menjadi seorang mafia seperti ayahnya.
Ia ingin hidup normal seperti orang lain, hidup bahagia, tanpa adanya musuh yang menyerang dirinya.
Ia sudah muak akan kehidupannya sebagai seorang anak mafia, karena penolakannya itu ayahnya tidak akan mengizinkan Aruna untuk bertemu dengan Ibunya. Untuk selama-lamanya, jika ia menolak perintah dari ayahnya.
Saat ini Ibu kandung dari Aruna tengah disembunyikan oleh ayahnya, Aruna akan diizinkan bertemu dengan sang Ibu, jika ia mau menuruti apa kata ayahnya.
Jika tidak! Ayahnya tidak segan-segan untuk membunuh Ibunya, melihat ada ancaman dari sang ayah, dengan sangat terpaksa Aruna menuruti perintah ayahnya untuk menjadi seorang mafia. Aruna sangat menyanyangi Ibunya. Ia tidak ingin ibunya terluka oleh sang ayah, maka dari itu Aruna mengikuti semua keinginan ayahnya.
Dengan kemapuanya yang hebat dan gaya bertarungnya yang sangat mematikan. Aruna dapat menghabisi musuhnya dalam satu serangan tanpa ada kendala apapun.
Karena kemampuan inilah ia disebut sebagai Dewa Pencabut Nyawa!
*****
Pagi hari telah tiba, Aruna masih tertidur di atas kasur kecil milik Clara, sebelum Clara berangkat ke sekolah ia terlebih dahulu membuatkan sarapan, untuk Aruna makan. Setelahnya Clara pergi ke sekolah seorang diri.
Jam sudah menujukan pukul 10 pagi, Aruna baru saja terbangun dari tidurnya, ia melihat sekeliling ternyata di rumah ini sepi sekali.
Aruna beranjak dari kasur kecilnya, ia mencari Clara, namun tidak di temukan Clara di mana pun.
Saat ia kembali ke ruangan depan, ia melihat ada sebuah secarik kertas dan di sampingnya ada piring berisikan nasi goreng, dan juga telur mata sapi. Tak lupa ada susu untuk Aruna.
Aruna pun membaca secarik kertas tersebut { Kak Aruna, itu ada nasi goreng sama telur mata sapi, jangan lupa dimakan ya. Dan satu lagi kalau kak Aruna mau pulang ke rumah, kuncinya simpen aja ya di atas lubang pintu. Clara}.
Membaca surat itu membuat Aruna tersenyum manis, baru kali ini ia diperlakukan baik oleh seorang gadis SMA yang baru saja ia temui.
Kerena perutnya sudah mulai berbunyi ia pun langsung menyantap nasi goreng buatan Clara yang ternyata sangat lezat. Begitu juga dengan susunya.
Tok..tok..
Ada suara pintu terketuk dari luar, Aruna pun segera membuka pintu hendel tersebut dan ternyata itu adalah anak buahnya yang sudah datang menjemput dirinya.
Setelah semua selesai, akhirnya Aruna pulang ke rumah, tak lupa ia memberikan uang sebesar 5 juta pada Clara karena ia sudah mau menolong dirinya dari mara bahaya.
*****
"Aruna?" panggil Najandra ayah Aruna yang saat ini sudah berumur 50 tahun.
Walaupun umurnya sudah tidak muda lagi Najandra masih mampu untuk menjadi pimpinan mafia untuk saat ini.
"Iya, Ayah." Aruna menoleh ke arah ayahnya.
"Apa kau sedang sibuk?" tanya Najandra.
"Hmm, tidak. Apa ada sesuatu yang ingin Ayah bicarakan?"
"Besok siang kita akan bertemu dengan seseorang yang ingin membeli senjata kita. Kebetulan dia teman Ayah."
"Baiklah," ucap Aruna setuju.
Siang hari di sebuah cafe keluarga.
Aruna menemani sang ayah berbicang dengan teman lamanya.
Sedangkan Aruna hanya terduduk diam memperhatiakan pembicaraan kedua orang tua ini.
Di saat Aruna sedang mengamati pembicaraan ayahnya, dan juga temanya. Tak sengaja matanya menoleh ke arah pintu masuk cafe.
Ada sepasang suami istri masuk ke dalam cafe ini sambil mengendong anaknya yang berumur sekitar 2 tahun.
Ada seutas senyuman dari bibir Aruna, ia terus saja memperhatikan keluarga kecil tersebut. Kebetulan sepasang suami istri dan juga anaknya duduk di dekat meja Aruna.
Mata Aruna tidak pernah lepas dari sepasang suami istri itu. Apalagi anak laki-lakinya begitu sangat tampan.
Tanpa sadar, Aruna menggoda anak balita tersebut dengan wajah lucunya. Anak laki-laki berumur 2 tahun itu tertawa melihat wajah Aruna.
Ada rasa damai di hati Aruna saat melihat anak kecil itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Handriyani
lanjut thor
2021-09-01
0
Neng Niehan
jahat bener si bpk x aruna
2021-02-01
0
Andi Fitri
kasian aruna kangen sm ibunya..bpk gmn sich anak bukanx di ajari kerja halal malah di didik jdi mafia.
2021-01-28
0