Yooshh..!! Siapa yang masih penasaran sama kelanjutan ceritanya? Ayolah kawan bari semangat buat saya Author, agar tetap bisa melanjutkan novel ini.
“Kak! Ayo kita kabur dari sini?” gadis tersebut menarik lengan Aruna yang saat ini tengah terluka.
“AArrgghh” Aruna berteriak kesakitan karena lengan nya ditarik paksa oleh gadis SMA tersebut.
Gadis itu tidak tahu jika pundak Aruna sedang terluka, “kak, Buruan! Kita pergi dari sini!” perintah gadis tersebut, ia berusaha membantu Aruna agar bisa lari secepat mungkin.
“Tapi saya sudah tidak kuat lagi untuk lari.” eluh Aruna
“Aduh! Harus dipaksaain dong! Kalau enggak kita bisa mati konyol!” gadis itu sudah tidak punya waktu lagi, ia ingin cepat berlari dan pergi dari sini agar dirinya tidak tertangkap oleh pria bertubuh kekar yang sedang mengejar dirinya.
Akan tetapi, tidak bisa ia lakukan. Kerena disisinya ada seorang pria yang harus ia selamatkan.
Gadis itu tidak bisa meninggalkannya begitu saja, ia tidak mau jika Aruna mati di sini.
Pria berpenampilan seperti preman tersebut sudah hampir dekat, gadis itu sudah pasrah akan keadaan nya.
Mungkin jalan takdir ini sudah ia akhiri. Di saat gadis itu merenung.
Door..!!
Tiba-tiba pria yang mengejar gadis SMA itu sudah tersungkur ke jalan. "Kkyyaaaa....!" gadis SMA itu berteriak kencang, menutup wajahnya dengan kedua tanganya. Ia tidak sanggup melihat preman ditembak mati.
Ternyata Aruna lah yang menembak salah satu teman dari pria kekar tersebut.
Gadis itu begitu terkejut, akan perbuatan Aruna. Baru kali ini ia melihat ada orang dibunuh di depan matanya dengan sebuah tembakan.
“Ayo kita pergi dari sini!” ucap Aruna menyuruh gadis itu untuk pergi.
Bukannya malah cepat-cepat pergi dari sini untuk menyelamatkan hidupnya, gadis ini malah banyak bertanya. “Kak! Kenapa mereka malah ditembak?” tanya gadis tersebut namun tidak ada jawaban dari Aruna.
“Kakak enggak takut dosa apa? Asal ngebunuh orang pake tembakan kaya gitu! Dari pada ngebunuh orang dapet dosa. Mending jualan martabak aja dapet duit!” gadis tersebut terus saja berbicara hingga Aruna yang mendengarnya menjadi sangat pusing.
“Kak!?" panggil gadis SMA sekali lagi karena diabaikan.
“Sudahlah, jangan banyak bicara! Pusing kepala saya dengerin ceramah kamu!" Aruna kesal mendengar ocehan si gadis.
Akhirnya mereka berdua berhasil lolos dari maut,
Gadis itu menghela nafasnya agar dadanya merasa plong karena insiden tak terduga ini.
Aruna yang sudah tidak ada tenaga lagi, langsung ambruk begitu saja.
“Kakak!” gadis SMA itu menjerit tak kala melihat Aruna sudah tergeletak di jalan tak sadarkan diri.
Ia menoleh ke segala arah jalan, namun tidak ada yang lewat disekitar sini. Apalagi hari sudah sangat larut malam. Jangankan orang. Mobil saja tak ada satu pun yang lewat di jalan ini.
Ia mencoba untuk mengangkat tubuh Aruna, namun tubuh Aruna terlalu berat untuk ia angkat, "Ya, ampun! Berat banget!" eluh dirinya. Tiba-tiba."heh, ini apa?" gadis itu melihat ke arah seragamnya. Ia kaget karena ada darah di seragam sekolahnya.
Gadis itu baru sadar jika pria yang baru saja menolong dirinya mempunyai luka.
“Aduh mati gue! Gimana ini!” panik Clara nama gadis SMA tersebut.
Clara begitu sangat panik melihat Aruna sudah banyak mengeluarkan darah, jika tidak ditolong dia bisa mati kehabisan darah.
Akhirnya Clara menyeret Aruna sekuat tenaga, ia tidak kuat jika harus mengendong Aruna.
Di saat Clara menarik Aruna yang tidak sadarkan diri, datanglah anak buah Aruna dengan menggunakan mobil.
“Bos!” teriak anak buah Aruna dari dalam mobil, bernama Said ia lantas segera turun dari mobil. Menghampiri Clara, dan juga Aruna.
Clara yang begitu sangat terkejut dengan kedatangan Said, berusaha untuk melindungi Aruna. Clara tidak tahu jika Said adalah anak buah Aruna.
Yang ia tahu. Said adalah salah satu anak buah Farrel yang ingin menghabisi dirinya dan juga Aruna. Itulah yang ada dipikiran Clara saat ini.
“Kamu siapa? Jangan coba-coba mendekati kami ya!” tegas Clara menatap tajam ke arah Said.
“Te-tenag lah. Jangan khawatir, saya adalah pengikut setia dari orang itu. Nama saya Said." Said menujuk ke arah Aruna.
“Benaran?” tanya Clara yang masih tidak percaya dengan ucapan Said.
“Iya benaran, percaya deh sama saya. Itu kasian bos saya sudah pingsan.” panik Said melihat Aruna tergeletak di jalan.
Clara sempat lupa dengan keadaan Aruna yang saat ini tengah kritis.
Dengan cepat Said mengangkat tubuh Aruna dibantu juga oleh Clara naik ke dalam mobil. “Kamu juga ayo ikut saya!” ajak Said masuk ke dalam mobil.
“Kemana?”
“Ke pasar malam! Ya, kerumah sakitlah."
“Hoh, gitu ya. Oke deh.” Clara masuk ke dalam mobil untuk menemani Said ke rumah sakit terdekat.
“Bos! Bertahanlah.” ucap Said, ia menjalankan mobilnya dengan kecepatan penuh, agar bisa sampai di rumah sakit.
Said memang tidak berhasil untuk meminta bantuan pada kelompoknya dikerenakan ponsel yang ia gunakan mati. Akibat batrai ponselnya habis.
Ia bingung dan panik setengah mati, kemana lagi dia harus mencari bantuan? Sedangkan bosnya dalam keadaan bahaya.
Ditambah lagi teman-teman nya sudah mati lebih dulu karena ulah anak buah Farrel yang secara tiba-tiba menyerang mobilnya saat ia baru saja pulang dari klub malam.
Dengan terpaksa ia mencuri sebuah mobil yang terpakir di jalan untuk kembali menolong bosnya.
Saat Said sudah kembali ke tempat di mana bosnya berada, ternyata bosnya sudah tidak ada di tempat. Said juga sempat melihat Farrel masih terkapar di jalan dengan luka tembak di pahanya.
Farrel menyeret tubuhnya ke tempat yang lebih aman tanpa mengetahui ada anak buah Aruna di sini dengan mobil curianya.
Tanpa menunggu lama lagi Said memutarkan mobilnya dan mencari bosnya.
Dia yakin, jika bosnya selamat dan tidak mati. Buktinya tidak ada mayat bosnya di area sini. Justru ia melihat Farrel sedang tak berdaya.
Di area ini cuma ada mayat anak buah Farrel dan juga teman-teman Said yang sudah tewas terbunuh.
Mobil yang dikendarai oleh Said menelusuri jalan, ia tidak sengaja. Matanya menoleh ke arah di mana bosnya sedang diseret oleh seorang gadis yang masih memakai seragam lengkap.
Dengan cepat Said menghampiri bosnya yang ternyata sudah ambruk tak sadarkan diri.
Said merasa senang karena telah menemukan bosnya, walau sudah tidak sadarkan diri.
Ia pun langsung turun dari mobil dan mengangkat tubuh bosnya masuk ke dalam mobil curian.
tak lupa Said mengajak Clara untuk ikut menemani dirinya.
***
Akhirnya Said, dan Clara sudah sampai disebuah rumah sakit, dengan cepat Dokter dan juga perawat membawanya ke ruangan operasi untuk mengambil peluru yang bersarang di pundak nya.
Sudah 1 jam lebih Aruna belum keluar dari ruang operasinya, Said merasa tidak tenang dengan keadaan bosnya yang belum keluar dari ruang operasi.
Setelah sekian lama menunggu, dokter yang menangani Aruna keluar dari ruang operasi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Callysta Nungrum Amira
jualan martabak🤣🤣🤣🤣🤣🤣🥲🥲🥲
2021-12-06
0
anggita
tmbah 👍biar author smngat.
2021-01-23
0