***
Bel istirahat telah berbunyi beberapa menit yang lalu. Tapi Sheryl masih sibuk mencatat. Saat ini dikelasnya hanya ada dirinya sendiri. Zizah dan Klara lebih dulu ke kantin. Memesan bakso takut kehabisan. Ntar Sheryl nyusul katanya.
Nathan cs baru saja lewat depan pintu. Nathan yang melihat Sheryl sendiri menepuk pundak teman-temannya dan berjalan ke belakang masuk ke kelas.
"Oy cewek jutek anehnya sangat menarik, ngapain lo diam doang di kelas? Ga ke kantin? Mau gue bayarin? Santai, gue kaya." Celetuk Nathan mencoba mengganggu Sheryl. Tolonglah, jauhkan si petakilan ini dari gadis anggun kita, kasihan sekali, Sheryl yang malang.
Namun sheryl yang sudah serius mana bisa diganggu seperti itu. Sheryl tak memperdulikan Nathan sedikit pun. Merasa Tak di gubris Nathan tentu saja melanjutkan gangguannya itu.
"Kenapa nggak ke kantin? Apa perlu kantinnya gue bawa ke sini buat lo. Atau lo mau gue suapin. Biar romantis kayak di tv-tv gitu, cocok sih, gue ganteng lu cakep." goda Nathan yang sudah duduk di kursi kosong milik Zizah sebelah kanan Sheryl.
Sheryl menoleh ke kanan. Menatap pria itu sinis. Tapi pria yang di tatap malah cengengesan.
Brakk.
Tak sengaja tempat pensil milik Sheryl terjatuh di dekat kakinya. Ingin gadis itu mengambilnya. Namun sudah di ambil Nathan lebih dulu. Membuat Sheryl menarik tangannya lagi.
"Lo kok nggak ngambil tempat pensil ini sih? Padahal gue udah nungguin scane tangan kita nggak sengaja sentuhan. Terus kita tatapan penuh makna. Duh ser-seran gue"
"Jauhin gue, gue enek liat lo." Sahut Sheryl muak.
"Tapi, guenya suka liat lo. Ga tau kenapa, hati gue dag dig dug ser liat lo, pengen gitu deket sama lo terus."
"Jijik sih, asli, mending diem deh. Lo diem lo ganteng."
"Diem aja ganteng, apalagi ngomong, ya nggak?"
Sheryl menatap datar Nathan, dan Nathan hanya menampilkan cengiran manis, beserta alis yang naik turun. Tolonglah, Sheryl hanya ingin sendiri dan menjalani hari-hari sekolahnya dengan tenang. Cukup sudah IPA 5 menghancurkan reputasinya, jangan sampai Nathan mematahkan kewarasannya.
"Fiks, gila nya lo ga ketulungan."
"Makanya gue butuh perawat kayak lo. Yuk ke KUA, rawatin gue sampe tua."
"Pindah nggak lo dari kursi ini?" Sheryl sudah muak, ingin sekali dia menepuk kepala orang ganteng ini.
"Apa lo maunya pindah ke kursi pelaminan? Ntar yah kalo kita udah lulus. Tapi kalo lo udah nggak nahan, dan ngebet pengen nikahan, ya udah deh yuk sekarang ke rumah lo. Biar gue lamar, mau mahar apa? Gue jabanin semua."
Sheryl menatap jengah wajah tengil pria di sampingnya itu. Bagai kehabisan kata-kata, benar-benar gila, untuk pertama kalinya Sheryl tidak bisa menang debat melawan seseorang. Ya, soalnya lawannya satu ini gak waras sih. Sheryl lebih memilih mengalah, baginya melawan kata-kata orang stress tak kan ada habisnya.
Akhirnya cowok itu pindah dari kursi. Namun pindahnya malah ke papan tulis, merentangkan tangan menutup tulisan yang ingin Sheryl catat. Tentu saja amarah Sheryl sudah mendidih di ubun-ubun karna pria itu.
"Gue hitung sampe Lima kalo lo ngga pergi---"
"Tenang aja, cinta gue ke lo ga terhitung jumlahnya, ga ada batasnya." Nathan tersenyum tanpa dosa.
"Satu, dua, Lima!!" Sheryl langsung melempar tipeks di sampingnya. Nathan yang terkejut tak bisa mengelak karna tipuan hitungannya. Jadi Nathan menangkap benda itu. Maklum saja, Nathan itu ahli bela diri, dia menguasai Taekowndo muai thai, dan Silat. Jadi lemparan gadis lemah bukan apa apa baginya.
"Gimana sih? Katanya juara umum, dari IPA 1, masa ngitung satu sampai lima aja ga bener!" ledek Nathan.
"Terus yang bener?"
"Satu, dua, tiga...,
Lo mau ga jadi istri gue selamanya?"
Nathan mengulurkan tangannya layaknya pangeran dari negri dongeng, sedangkan yang di lamar memegang lehernya merinding.
"Minggir deh. Gue laper nih. Mau cepet-cepet ke kantin!"
"Okay, gue minggir. Tapi lo ke kantinnya bareng gue yah?"
"Serah lo deh."
Nathan pun minggir dan kembali duduk di samping sheryl. Selama beberapa menit terus diam menatap wajah imut Sheryl. Terkadang Sheryl juga salting sedikit.
Brakk!!
"Gue udah selesai nulis. Dan lo, udah selesai liatin gue kan?" Kata Sheryl sembari mebereskan bukunya. Nathan juga membantu gadis itu.
"Sini gandeng tangan gue, ntar lo tersesat lagi. Kan gak enak, kalo binik gue ini jauh dari gue, terus kalo lo ilang yang berdiri di sebelah gue entar pas pelaminan siapa?" sahut Nathan mengulurkan tangannya.
"Fyuuuhhhhhh... sabar Sheryl ini ujian mental." ketus Sheryl yang langsung jalan cepat meninggalkan Nathan.
Nathan tersenyum sendiri. Geli sendiri menyadari tingkahnya pada Sheryl. Melakukan apapun untuk Sheryl agar bisa memperhatikannya. Diri Nathan sudah tidak dalam kendalinya lagi. Sheryl mungil telah menghipnotis cowok tengil itu. Segera Nathan menyusul Sheryl.
"Woi Sher, tungguin gue, lo ini jalan apa terbang sih? Cepat amat ngilangnya. Jangan-jangan ada paku nih di kepala lo, Lo napak kan? Nathan mengacak rambut Sheryl dan merangkulnya. Sheryl hanya diam tak bergeming. Pandangannya lurus ke depan. Melihat itu Nathan juga menoleh ke arah sana. Dia seketika menggunakan tatapan tajam nan sinis pada pria itu. Tampak seorang pria tampan sedang bergandeng tangan dengan perempuan. Iya pria itu adalah Andy. Ketua osis dan ketua kelas XI IPA 1. Dan pria yang Sheryl sukai. Dan perempuan itu adalah Renata anak orang kaya. Iya Renata pemimpin nya grup Teri.
"Ayyee, baru beberapa jam, dan Lo Ryl udah akrab sama biang rusuh sekolah? Bener yah kalo bedebah ketemu bedebah jadi gampang akur nya." cibir Renata. "Oh iya karna gue dan Andy udah jadian, gue traktir deh lo makan di kantin sepuasnya. Baik kan gue? Yah udah gue sama Andy masih mau siapin pesta jadian kami, bye Sheryl~" Tolong berikan Sheryl panci, rasanya pasti akam luar biasa kalau Sheryl bisa melparkan panci itu. Cibir Renata yang berjalan pergi, dan sengaja menabrak Sheryl. Sheryl yang kehilangan konsentrasi dengan mudah tumbang karna satu dorongan Renata. Untungnya ada si tengil Nathan yang sigap menolong nya.
"Dari pada duit lo, lo buat pesta mending pake buat lo operasi mata deh, mata lo udah cileran dikali katarak. Beneran rusak parah. Saran gue ganti aja sono pake mata kucing." Sinis Nathan yang langsung membawa Sheryl
Pergi.
Saat ini bukanlah hal yang tepat untuk membawa Sheryl ke kantin. Cowok itu membawa Sheryl di halaman belakang sekolah. Sepi dan sejuk. Juga sedikit menyeramkan. Itulah gambaran dari tempat mereka saat ini. Ingin rasanya Nathan mengoceh dan mengganggu Sheryl. Tapi, sepertinya jangan dulu. Satu yang jelas sakit dan sesak rasanya di dada Nathan melihat Sheryl menangis, panas juga kepalanya menyadari air mata itu di sebabkan pria lain. Apalagi itu Andy, salah satu musuh besar Nathan. Tak dapat di pungkiri juga ada rasa sedikit lega dalam hati Nathan. Karna dia tau saat ini orang yang Sheryl sukai tak menyukainya. Dan ada kesempatan untuk Nathan menerobos masuk.
Terdengar beberapa orang akan lewat. Sheryl sang gadis supel akan menjadi bahan tertawaan saat ada yang melihatnya menangis di bawah pohon. Dia tidak tau harus bagaimana. Nathan yang menyadari hal itu menarik kepala Sheryl dan merapatkan di dada bidang nya sehingga tak ada yang menyadari kalau itu Sheryl. Sheryl terkejut melotot tak percaya Nathan melakukan ini untuknya.
"duh pengen juga deh gue di peluk cewek kayak gitu."
"Apalah daya kita ini yang jomblo dan punya muka pas pasan."
Begitulah desas desus beberapa orang itu melewati Nathan dan Sheryl yang berpose seperti berpelukan.
"Nangis aja, mumpung gratis." ucap Nathan. Ntah apa yang terjadi Sheryl menangis hebat di dalam pelukan Nathan. Mencengkram Erat baju Nathan. Melampiaskan kemarahannya. Beberapa saat telah berlalu. Sheryl yang mulai tenang dan dapat mengontrol emosinya mulai menjauh dari dada bidang milik Nathan.
"Makasih Nat," Sungguh, kali ini Sheryl tulus.
"Jangan Nat, tapi byy."
Sheryl kembali menatap datar Nathan, jika dia bisa dia ingin sekali menarik kata-katanya barusan, tapi menarik kata-kata, itu tidaklah keren.
"Oke, Lo udah baikan? Sekarang tinggal ganti rugi."
"Ganti rugi apaan?"
"Lo nggat liat baju gue udah basah kena air mata yang bercampur sama ingus lo, udah sebelas dua belas ama kain lap."
Ingin rasanya Sheryl bersembunyi di lubang tikus, tolong sembunyikan dia, dia malu sekali sampai salah tingkah dan warna wajahnya sebelas duabelas dengan tomat.
" Gue..., Maaf, maaf deh iya gue cuciin deh."
"Bagus kalo sada, ikut gue." Nathan tanpa permisi menarik tangan mungil gadis itu.
"Kemana??" Sheryl ingin meronta, namun dia kalah tenaga.
"Membina rumah tangga yang samawa."
Mereka menuju ke mobil mewah warna merah gelap. Mobil itu milik Nathan. Nathan masuk dan ganti baju. Dia jadi memakai baju olahraga miliknya. Dan melemparkan seragam putih yang basah itu di muka Sheryl.
"Marah sih marah, tapi nggak usah pake acara ngelempar juga bisa kan?"
"Itu lo cuci, itung-itung trainning jadi istri gue nanti."
"Lo nyari istri apa babu cuci?"
"Gue nyari lo, ga lo gue ga nikah."
Sheryl memutar bola matanya jengah, sepertinya telinganya sudah cukup bersahabat dengan gombalan asal ceplos Nathan. Mungkin itu bakat alaminya. Setidaknya hari ini, Sheryl tau Nathan bukan orang yang sejahat itu.
"Makasih, Udah nolongin gue."
"lo nya sih buta suka kok, ke orang kayak gitu, gue yang ga ada kurangnya malah di cuekin."
Sheryl hanya terdiam. Bel masuk berbunyi menandakan istirahat berakhir. Tentu saja saat di kelas dia mendengar celotehan Zizah dan Klara. Karna tidak datang ke kantin. Saat ini hanya tugaslah yang menjadi satu-satunya alasan nya. Soal kebenarannya mungkin akan sheryl ceritakan di lain waktu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝘕𝘢𝘵𝘩𝘢𝘯 𝘨𝘦𝘴𝘳𝘦𝘬 🤣🤣🤣🤣
2023-05-16
0
Kristi Yani
Nathan kamu mengingatkan q pd cowok q.......dulu
2022-05-24
0
Wulandari
otw kekasih Shena
2022-05-15
0