Hari berganti sore. Sekolah nampak sepi, hanya ada Riri dan satu guru fisika di ruang guru. Meskipun hari ini tidak ada jadwal kuliah, Riri sengaja tinggal disekolah lebih lama karena akan kerumah Abel mengingat jarak rumah Abel dan sekolah cukup dekat dan jarak rumah nya ke rumah Abel luamayan jauh. Hari ini Riri tidak ada mengajar di kelas Abel jadi Riri tidak sempat membicarakan perihal les lebih lanjut.
Waktu menunjukkan pukul setengah lima. Riri bergegas meninggalkan sekolah menuju rumah Abel. Karena memang Riri dan Ervan berjanji bertemu pukul lima sore.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit Riri tiba di alamat yang dikirim Ervan padanya. Riri berdiri di rumah gaya minimalis modern berwarna paduan abu-abu hitam dan putih berlantai 2 cukup besar.
Pintu pagar tampak tidak di kunci, Riri yang cukup lama mematung melangkah masuk kedalam halaman rumah.
Bagus juga rumah Abel. Guman Riri dalam hati. Riri Sangat terkejut melihat mobil sporty hitam yang tidak asing dengan goresan yang sama di dekat lampu belakang terparkir di carport rumah Abel.
Hah, apa mungkin? Gumam Riri masih bertanya-tanya dalam hati itu mobil yang dia tabrak kemarin jadi laki-laki itu bisa jadi kakak Abel soalnya dia tidak terlihat seperti bapak-bapak yang punya anak remaja.
Riri menuju pintu rumah mengetuk beberapa kali dan tak lama kemudian wanita paruh baya membuka pintu.
"Pak Ervan ada Bu, saya Rinjani guru les baru Abel ." Riri tersenyum pada wanita itu.
"Silahkan masuk Mbak, saya panggil kan dulu Nak Abel sama Mas Ervan nya." Wanita paruh baya itu mempersilahkan Riri masuk dan menyuruh duduk di sofa kemudian Ibu tersebut menaiki tangga menuju lantai atas.
Mata Riri memandangi sekeliling rumah Abel yang begitu elegan serta berdesain modern. Tidak terlalu banyak perabotan tapi tertata sangat rapi seperti rumah - rumah yang ada di kebanyakan sinetron televisi. Beberapa menit kemudian seorang laki-laki tampan memakai kaos maroon dan Jeans panjang mengandeng anak remaja tanggung yang tak lain adalah Abel menuruni tangga.
Betapa kagetnya Riri sosok laki-laki itu adalah yang dia temui beberapa hari yang lalu, berdiri di hadapannya.
"Mbak, yang malam itu ya?" Kata Ervan sudah menduga tapi sekarang jadi kenyataan.
"Ya Mas. Saya yang malam itu." Kata Riri memulihkan ingatannya.
"Papa, tahu Bu Riri." Kata Abel yang langsung membuat Riri semakin kaget.
Hah,, Papa?? Jadi laki-laki ini Papanya Abel, yang dibilang ganteng itu? Memang benar Bel, Papa kamu ganteng banget bahkan dia kayak bukan Papa kamu, tapi dia lebih pantes jadi kakak kamu. Kalo dia Papanya Abel perempuan itu yang galak itu pasti ibu nya Abel? Ya Alloh kenapa dunia ini begitu sempit. Kata Riri dalam hati
"Ya Sayang. Papa ketemu Bu Riri beberapa hari lalu karena nggak sengaja". Balas Ervan yang berkata sangat bijak dan lebih memilih tidak membahas lebih lanjut. Mereka kemudian duduk di sofa dihadapan Riri.
"Jadi bagaimana Mbak, eh maaf.. Bu Riri." Kata Ervan yang menghormati Riri sebagai guru Abel.
"Jadi Bu Riri bisa nya hari apa saja, terus jam berapa belajar nya dan pelajaran apa yang bisa di ajarkan?" Lanjut Ervan menatap Riri.
"Begini Pak, saya akan mengajar malam hari karena sore saya tidak bisa. Mungkin saya hanya bisa seminggu tiga kali, kalau soal pelajaran saya mengajarkan untuk les matematika utamanya dan di tambah fisika Pak." Penjelasan Riri dan masih penasaran kenapa bukan Ibunya yang menemui Riri malah Bapaknya.
Setelah mendengar penjelasan dari Riri, Ervan mengganguk.
"Jadi kapan bisa mulai Bu, sepertinya anak saya sudah nggak sabar." Balas Ervan lagi.
"Besok bisa Pak. Oh ya Pak, ketika di sekolah saya memang guru Abel tapi ketika di rumah ini saya adalah guru les nya. Jadi kita santai saja ya Bel!?" Kata Riri memandangi Abel.
Abel begitu senang dan setelah cukup lama mengobrol tentang harga dan obrolan lainnya Riri hendak minta pamit sebelum hari gelap.
Riri beranjak dari sofa sedangkan Ervan mengulurkan tangan ingin berjabat tangan tapi Riri menyatukan kedua tangannya menandakan Ervan bukan muhrim dengan Riri yang tidak ingin berjabat tangan.
"Maaf Bu Riri." Ervan mengikuti tangan Riri.
"Nggak apa-apa Pak." Sahutnya tiba-tiba merasa malu. Mukanya memerah.
Apa masih ada perempuan seperti ini di dunia ini sudah sopan, baik, solihah juga sepertinya. Gumam hati Ervan kaget dengan sikap Riri.
"Bu Riri, Abel boleh peluk Bu Riri." Kata Abel yang membuat Riri kaget.
"Tentu saja sangat boleh Bel. Sini..." Riri membuka tangannya, lalu Abel langsung memeluk dengan erat tubuh Riri. Terlihat tinggi badan Abel sedikit lebih pendek dari badan Riri. Riri sebenernya sangat terkejut melihat sikap Abel yang memeluk dirinya di depan Papanya.
Ervan dan Abel mengantar Riri ke teras rumah. Sebelum keluar Riri berbalik dan bertanya pada Ervan.
"Pak Ervan, bagaimana mobil Bapak?" Kata Riri setidaknya mengurangi rasa bersalahnya.
"Bu Riri nggak perlu khawatir dan jangan dipikirkan lagi masalah itu. Oke?!" Balas Ervan tersenyum pada Riri dan Riri membalas dengan senyuman.
Riri menaiki motornya dan bersiap akan pergi tapi Riri masih sangat penasaran kepada perempuan yang bersama Ervan kenapa tidak menemuinya kalau memang dia benar ibu dari Abel.
Riri menganggukkan kepala pada Ervan dan Abel yang masih bediri di teras rumah di susul lambaian tangan dari Ervan dan Abel.
(Semoga di episode selanjutnya terjawab ya rasa penasaran Riri 😀😀😀)
Next...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 256 Episodes
Comments
KomaLia
asiik
2021-11-17
0
Riyani Mam'y Tama Nasa
lanjut ach
2021-08-29
1
Berdo'a saja
👍👍👍👍👍👍
2021-07-10
0