Pendekar Pedang Suci
Jangan dibaca karena novel ini tidak akan lanjut. Jadi daripada buang waktu dan berakhir kecewa, lebih baik baca novel saya yang lain.
1. Legenda Petarung - Tamat.
2. Legenda Petarung (2) - Tamat.
3. Kaisar Petarung : Perjalanan Zhang Yu - On Going.
Seorang anak laki laki sedang berjalan sambil memanggul sebuah kapak di pundaknya. Terlihat dari posturnya, dia berumur sekitar delapan tahun.
Meskipun masih muda, dia tidak bisa menikmati hidup layaknya seorang seumurannya.
Wu Sha, itu adalah nama anak lelaki tangguh yang harus hidup dari sisa sisa kediaman Keluarga Wu.
Hidup sebagai seorang putra kepala keluarga tak membuatnya hidup sempurna.
Terlahir dari seorang selir dan tidak mempunyai bakat sebaik saudara seayahnya membuat dirinya di kucilkan, bahkan oleh sang ayah sendiri.
Tidak ada yang peduli dengannya, kecuali sang ibu. Namun sudah tiga tahun dia hidup seorang diri, menghadapi semua nya sendiri.
Ibunya meninggal saat Wu Sha berumur lima tahun. Meskipun ditinggalkan oleh sang ibu, tak membuat keluarga lainnya merasa simpati kepada nya.
"Ibu, kenapa kau meninggalkanku seorang diri di kediaman yang kejam ini." Wu Sha memandang langit dengan mata sedu.
Wu Sha memasuki ruangannya, atau lebih tepat di bilang gubuk.
Gubuk kumuh tak terurus yang berada di belakang kediaman kepala keluarga atau ayahnya menjadi tempat bernaungnya sejak tiga tahun lalu.
Saat ibunya masih ada, masih disampingnya, setidaknya dia memiliki sandaran dan tempat tinggal lebih baik dari sebuah gubuk tanpa ranjang ataupun alas di dalamnya.
"Ibu, bolehkah aku menyusulmu. Aku sangat merindukan dirimu," Ucap Wu Sha yang sudah lelah dengan hidupnya.
Wu Sha masuk ke dalam gubuknya dan menaruh kapak beserta kayu bakar yang diperolehnya di dekat tempatnya berdiri.
Gubuk seluas dua kali dua meter menjadi saksi penderitaan yang Wu Sha alami selama ini.
Wu Sha keluar dan memandang langit yang sudah mulai berwarna jingga.
Senyuman pedih nampak jelas ia ukir di bibirnya.
Tersirat kesedihan yang sangat dalam, dalam senyumannya.
"Ibu, andai kau tahu betapa menyedihkan hidupku setelah kepergianmu, apakah kau masih tidak mengajak diriku untuk pergi bersamamu?" Wu Sha berbicara layaknya sedang berhadapan dengan sosok wanita yang sangat dia rindukan.
Langit mulai menggelap, matahari tak bersinar lagi, karena telah usai sudah tugasnya. Digantikan bulan yang mulai menampakkan dirinya.
"Ibu, semoga kau bahagia disana..."
Wu Sha berbaring dan mengangkat tangannya ke atas, mencoba meraih bulan dengan tangannya.
krkt!
Tangan Wu Sha mengepal erat, kemudian mengarahkan tangan tersebut ke hidungnya dan menghirup aromanya.
Huft...
Wu Sha melepaskan hirupannya, entah mengapa, saat dia melakukan hal yang sama, ia selalu merasa tenang setelahnya.
Wu Sha masuk ke dalam gubuknya, menyalakan api, kemudian berbaring dengan beralaskan sebuah kain tipis.
"Kenapa aku merasa akan ada suatu hal besar yang akan terjadi?" Wu Sha bergumam heran.
Dia mencoba untuk memejamkan matanya, tapi tak kunjung juga dapat tertidur.
Setelah lama mencoba, dia pun terlelap dalam tidurnya.
Pagi hari tiba, suara burung berkicau membuat siapapun tak tahan untuk terus tertidur.
Seperti biasa, Wu Sha sudah bersiap untuk berlatih bela diri di aula klannya.
Meskipun tak ada yang mengharapkan kehadirannya, Wu Sha tetap datang untuk berlatih.
Dia mengingat betul pesan ibunya saat dia berumur empat tahun.
'Kau harus manjadi pria yang kuat! Menjaga semua orang yang kau sayangi.'
Wu Sha mengangguk tanda dia akan melakukan apa yang menjadi pesan ibunya.
Di aula pelatihan generasi muda keluarga Wu....
Wu Sha yang memang tidak pernah dibimbing, dilatih oleh para tetua atau siapun dari keluarga Wu, dia selalu berlatih seorang diri.
Dia selalu berlatih di pojokan, karena tidak akan terlalu banyak yang memerhatikannya saat ia berlatih disana.
Tapi tiba tiba terdengar suara tidak asing, suara yang selalu ingin ia hindari.
"Hei, sampah! Kesini kau!"
Seorang anak lelaki yang terlihat sedikit lebih tua dari Wu Sha memanggil Wu Sha dengan sebutan sampah.
Wu Sha dengan patuh menghampiri anak laki-laki tersebut.
"Ada apa?" tanya Wu Sha.
"Beraninya kau! Apakah kau berhak bertanya kepadaku seperti itu?!" Teriak anak laki-laki itu dengan marah.
Anak laki-laki itu tak lain merupakan saudara tiri Wu Sha, Wu Zetian.
Wu Zetian terlahir dari istri sah patriark, ditambah dia menjadi generasi emas, menjadikan dia sangat disayang ayahnya.
Wu Sha diam, dia tak mau membuat masalah menjadi semakin besar.
Tapi, memang pada dasarnya Wu Zetian ingin mencari masalah padanya, meskipun hanya diam, Wu Zetian terus mencari kesalahan nya.
"Sekarang kau mengacuhkanku! Biarkan aku memberimu pelajaran, agar kau menghormati saudara laki-laki mu!"
Wu Zetian maju dan dengan cepat memberikan pukulan tepat mengenai perut Wu Sha.
Wu Sha jatuh terduduk, dia diam, tak mencoba untuk bangkit.
"Saudara?! Heh... Aku bahkan tak tahu apa yang kau maksud dengan kata saudara." Wu Sha yang sudah mulai bosan hidup tak lagi diam.
Wu Zetian sungguh terbakar mendengar perkataan Wu Sha.
Tapi saat akan memberikan pukulan keduanya, seorang pria paruh baya datang menghentikannya.
"Tuan muda, apa yang ingin kau lakukan?" Pria itu bertanya pada Wu Zetian.
"Aku hanya memberikan sampah ini sedikit pelajaran," Ucap Wu Zetian tanpa beban.
Dia sudah biasa melakukannya dihadapan semua orang, tidak ada yang menegurnya ataupun memarahinya, karena Wu Sha hanya seorang sampah bagi keluarga Wu.
"Aku tahu, tapi kau tak seharusnya membuang waktu berhargamu hanya untuk mengurusi sampah sepertinya." pria paruh baya itu menatap hina Wu Sha.
"Tetua ketiga, kau benar. Seharusnya aku berlatih, daripada membuang waktuku hanya untuk sampah sepertinya." Wu Zetian berjalan mendekati Wu Sha.
"Tapi... Setelah aku memberikan pukulan kepadanya!"
Bugh... Sert....
Wu Sha terseret beberapa langkah akibat pukulan Wu Zetian. Sedangkan pelakunya sudah berjalan menjauh bersama tetua ketiga.
Huk huk...
Seteguk darah kental keluar dari mulut Wu Sha.
Wu Sha mengelap sudut bibirnya, kemudian berdiri dengan kaki gemetaran.
Setelah sudah kembali normal, dia kembali berlatih.
Sudah menjadi hal biasa baginya untuk menjadi sasaran anak muda keluarganya, orang yang melihatnya tak ada satupun yang peduli kepadanya.
Wu Sha akhirnya memutuskan untuk kembali ke gubuknya, setelah melihat matahari sudah berada tepat di atas kepalanya.
Saat gubuknya sudah terlihat dalam pandangannya, seorang pria paruh baya nampak tengah menunggu kedatangannya.
Jarak keduanya yang sangat jauh dan posisi pria itu yang berdiri menghadap kesamping, membuat Wu Sha tak mengenali siapa pria paruh baya dihadapannya.
Jarak semakin dekat membuat Wu Sha membulatkan matanya.
Tanpa sadar dia bergumam, "Ayah.. "
Sosok yang selalu ia harapkan datang memberikan kenyamanan dalam hidupnya saat ini terlihat sedang menunggunya.
Wu Sha dengan cepat mendekat, tapi apa yang ia bayangkan tak seindah kenyataan.
"Apa yang kau lakukan terhadap Zetian."
Wu Sha menghentikan langkahnya, kemudian memasang wajah kecut.
"Seharusnya aku tak berharap lebih darinya, seorang ayah yang dengan tega membiarkan putranya hidup seorang diri, tidak akan begitu cepat akan tersadar." Wu Sha merasakan kesakitan yang amat dalam di hatinya.
Apakah ini yang namanya seorang ayah? Apa kesalahanku, sehingga dia begitu tega terhadapku?
Wu Sha bertanya tanya, dia tak tahu apa kesalahannya yang membuat ayah kandungnya begitu acuh kepadanya.
"Kenapa kau diam? Jawab pertanyaanku!" Wu Dong berseru lantang.
"Aku tidak melakukan apapun, dia yang tanpa alasan yang jelas memukulku," Ujar Wu Sha membela dirinya sendiri.
"Kau jangan mengada ngada, kau pasti memprovokasi Zetian terlebih dahulu." Wu Dong bersikukuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Jimmy Avolution
Hadir....
2023-01-18
0
Pendekar
Wu Sha dapat teguran ayahnya
2021-01-26
0
Kaisar Petir
Ah, judul novelnya mengingatkanku julukan Xiao Chen pada saat kehidupan pertamanya...
2021-01-26
0